NovelToon NovelToon
Vin Araya

Vin Araya

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Perperangan / Kutukan / Roh Supernatural
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: faruq balatif

Sang penjaga portal antar dunia yang dipilih oleh kekuatan sihir dari alam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon faruq balatif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menunggu Pertolongan

Semua orang di dalam ruangan saling bertanya, apa yang harus mereka lakukan. Dom, yang adalah pemimpin desa, meminta agar mereka semua pergi ke desa lain untuk mengungsi dan berkumpul di sana, sekaligus mempertemukan Araya dengan pemimpin desa lain yang, tak lain, adalah seseorang yang sangat dekat dengan ibunya dahulu, yaitu Vaneca.

Sebelum mereka memutuskan untuk pergi, mereka mengirim seseorang ke desa itu terlebih dahulu untuk menyampaikan pesan tentang semua yang terjadi kepada pemimpin desa tersebut. Karena hubungan dengan desa itu tidak terlalu baik akibat cerita masa lalu, mereka harus memastikan bahwa desa tersebut bersedia menerima mereka.

Seorang tetua bernama Jori, ditemani oleh anaknya, Gum, akhirnya setuju untuk pergi ke desa itu untuk menyampaikan pesan. Mereka menunggangi kuda hitam milik pemimpin mereka, Dom. Kini, mereka hanya bisa menunggu, berharap mendapatkan bantuan dari sana.

Setelah rapat selesai, mereka kembali keluar untuk membantu warga lainnya. Mereka bergantian berjaga di berbagai sudut desa, mengantisipasi makhluk-makhluk itu datang kembali. Dalam kesunyian malam yang menakutkan itu, Araya keluar dari tugu dan melihat sekelilingnya; ia menatap rumah-rumah yang hancur serta orang-orang yang terluka yang dirawat di halaman tugu.

Dom menyuruh Araya untuk tetap beristirahat di dalam tugu. Namun, Araya menolak dan memilih untuk melihat kondisi Muya. Melihatnya yang begitu khawatir terhadap Muya, akhirnya Dom mengizinkannya untuk melihat Muya.

"Bagaimana keadaan Muya, Bi?" tanya Araya penuh rasa khawatir kepada Bibi Eva.

"Syukurnya, luka yang ia dapat tidak parah, hanya luka gores," jawab Bibi Eva sambil mengoleskan obat pada luka Muya.

"Tapi kenapa ia tidak sadar? Apa Muya pingsan?" lanjut Araya yang masih panik melihat Muya yang tak sadarkan diri.

Bibi Eva berusaha menenangkan Araya dengan menjelaskan bahwa kondisi Muya baik-baik saja. "Tidak, Bibi baru saja memberinya ramuan obat untuk diminum. Ramuan itu memang membuat kantuk, supaya tubuhnya lebih segar nanti."

Araya memegang tangan Muya sambil menatap wajahnya. Ia mulai tenang karena Muya akan baik-baik saja. Di saat yang bersamaan, semua warga yang berkumpul di halaman tugu itu menatap Araya. Mereka yang belum mengetahui siapa dirinya masih bingung tentang apa yang ia lakukan ketika mengusir makhluk-makhluk itu dengan sihir cahaya dari kalungnya.

Bibi Eva yang juga belum sepenuhnya tahu, menatap Araya sambil memperhatikan kalung yang dipakai Araya. Dia melirik ke arah suaminya, Paman Buno, seolah ingin mengetahui apa sebenarnya yang terjadi dengan Araya. Paman Buno, yang menyadari rasa penasaran istrinya, berkata pelan, "Ini cukup rumit, nanti kau akan tahu."

Waktu terus berjalan, beberapa orang mulai dipindahkan ke rumah-rumah yang masih aman. Warga juga diminta untuk beristirahat, sementara sebagian warga dan para tetua berjaga di luar. Araya dan keluarga Paman Buno yang semula telah kembali ke dalam rumah, tiba-tiba meminta Paman Buno untuk menemaninya keluar menemui Dom dan Evlin.

"Ada apa, Araya? Sebaiknya kamu istirahat," ucap Paman Buno mencoba melarangnya keluar.

Araya dengan napas yang agak cepat menjawab, "Aku merasakan sesuatu yang aneh, Paman. Aku harus memberitahu Nenek Evlin."

Mendengar hal itu, Paman Buno akhirnya membawa Araya keluar dari rumah yang terletak tepat di depan halaman tugu. Mereka menemui Dom, Evlin, dan tetua lainnya yang sedang mengurus jenazah para korban bersama beberapa warga. Mereka yang melihat Paman Buno membawa Araya keluar bertanya dengan nada serius, "Kenapa Paman membawanya keluar?"

"Ada yang ingin disampaikan oleh Araya," ucap Paman Buno pelan kepada Evlin.

Kemudian, Araya mengatakan kepada Evlin dan yang lainnya bahwa ia merasakan sesuatu di bawah. Mendengar hal tersebut, Evlin menyuruh seorang warga yang berjaga untuk melihat kondisi di bawah. Setelah beberapa saat, orang itu kembali dan mengatakan kepada para tetua, "Warga yang ada di bawah berkumpul sambil memandang ke arah desa kita."

Sontak hal itu membuat semua orang kaget, bukan hanya karena alasan mereka berkumpul, tetapi juga karena Araya yang mampu merasakannya. Evlin berusaha menenangkan yang lainnya, ia tidak ingin warga kembali panik. Dengan berani, Evlin berkata, "Tenanglah, aku akan menemui mereka."

Mendengar hal tersebut, Dom dan yang lainnya tak mengizinkan Evlin untuk turun. "Itu sangat berbahaya," ucap Dom. Namun, Evlin seolah tak ingin mereka naik. Dia mengajak beberapa orang lain untuk ikut ke bawah. Belum selesai perdebatan di antara mereka, seekor burung gagak tiba-tiba datang ke arah mereka. Paman Buno yang menyadari bahwa itu adalah sihir arwah, langsung memeluk Araya untuk melindunginya.

Dom dengan sigap mengangkat pedangnya dan bersiap menebas burung itu. Namun, burung itu tidak menyerang mereka. Burung itu berubah menjadi sosok wanita tua yang wajahnya persis seperti sosok yang pernah ditemui Araya di bawah.

Para tetua yang berdiri mencoba melindungi Araya, takut kalau wanita tua itu menyerangnya. Kemudian Evlin dengan tegas bertanya kepada wanita tua itu, "Apa tujuanmu?"

Dengan suara yang tidak begitu jelas, wanita itu berbicara cukup panjang kepada Evlin lalu menghilang tiba-tiba. Evlin kemudian menjelaskan kepada yang lain bahwa mereka merasakan keberadaan sang penjaga portal dan memberi tahu bahwa akan ada serangan besar. Ribuan makhluk kegelapan sudah siap dan dalam perjalanan menuju desa. Mereka menawarkan bantuan, tetapi dengan syarat.

"Mereka tidak akan terlibat," ucap Dom dengan nada marah.

"Apa yang harus kita lakukan?" sambung Paman Buno sambil memeluk Araya.

"Sebentar lagi pagi datang. Mereka tidak akan menyerang kita jika matahari sudah terbit. Aku tak akan membiarkan mereka menginjak desa ini," tegas Dom kepada semua orang, seolah ia sanggup menahan semua makhluk itu sampai terbitnya matahari.

Evlin menjelaskan kepada Dom bahwa situasinya kali ini berbeda. Para Roh itu bilang bahwa makhluk-makhluk itu tak akan takut walaupun matahari bersinar di atas kepala mereka.

Araya yang mendengar itu dengan nada takut bertanya kepada Paman Buno, "Jadi, mereka semua yang ada di bawah itu adalah Roh? Mereka bukan manusia, Paman?"

"Iya, nak, mereka bukan manusia," jawab Paman Buno.

Araya pun semakin takut. Hal-hal aneh yang datang silih berganti membuat batinnya semakin campur aduk; semuanya terasa seperti mimpi buruk yang tak dapat dicerna oleh akal sehatnya.

Dom yang mendengarkan penjelasan Evlin kini menjadi semakin khawatir dengan nasib warga dan semua orang di desa itu. Dia dan para tetua lainnya yang tak tahu harus berbuat apa, hanya bisa menunggu kabar dari Jori dan Gum yang belum kembali.

1
Bé tít
Kreatif banget!
faruq balatif: terima kasih karena menyukainya, senang bisa berbagi karya dengan kamu.
total 1 replies
ღYaraღ
Karya ini udah bikin aku sampe nangis-nangis, padahal jarang yang bisa buat gitu.
faruq balatif: terima kasih karena menyukainya, senang bisa berbagi karya dengan kamu.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!