Erlangga Putra Prasetyo, seorang pemuda tampan dengan sejuta pesona. Wanita mana yang tidak jatuh cinta pada ketampanan dan budi pekertinya yang luhur. Namun di antara beberapa wanita yang dekat dengannya, hanya satu wanita yang dapat menggetarkan hatinya.
Rifka Zakiya Abraham, seorang perempuan yang cantik dengan ciri khas bulu matanya yang lentik serta senyumnya yang manja. Namun sayang senyum itu sangat sulit untuk dinikmati bagi orang yang baru bertemu dengannya.
Aira Fadilah, seorang gadis desa yang manis dan menawan. Ia merupakan teman kecil Erlangga. Ia diam-diam menyimpan rasa kepada Erlangga.
Qonita Andini, gadis ini disinyalir akan menjadi pendamping hidup Erlangga.Mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
Siapakah yang akan menjadi tambatan hati Erlangga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asisten pribadi
Erlangga sudah siap berangkat ke kantor. Papa juga sudah siap bersama Pak Ruben berangkat ke luar kota. Erlangga mengemudi mobilnya sendiri.
Jam 9.10 Erlangga sudah sampai di kantor. Ia langsung naik lift menuju ruangannya. Seorang sekretaris masuk untuk memberi berkas baru kepada Erlangga.
"Ini Pak, berkas yang harus anda periksa lagi."
"Iya Terima kasih. Maaf, siapa namamu?"
"Hans, Pak. "
"Iya, Terima kasih, Hans."
"Sama-sama. Kalau ada sesuatu lainnya, anda bisa memanggil saya."
"Oke."
Siang harinya setelah shalat Dhuhur dan makan siang di kantor, Erlangga masih membuat sketsa untuk proyek barunya. Dia bukan hanya menjadi CEO tapi merangkap sebagai arsitek. Namun pekerjaannya terganggu karena ada tamu tak diundang. Tamu tersebut adalah Pak Dion dan Qonita. Hans menyampaikan kedatangan mereka kepada Erlangga. Erlangga menaruh pekerjaannya lalu keluar dari ruangannya menuju ruang tamu. Karena memang ada ruangan khusus untuk tamu.
"Selamat siang, Om, Qonita. Silahkan duduk."
"Apa kabar, Er?"
"Alhamdulillah baik, Om."
"Om dengar kamu baru kembali dari luar kota?"
"Iya, cuma berkunjung ke desanya Nenek. Ngomong-ngomong, ada yang bisa saya bantu Om?"
"Ini Er, Qonita sedang menulis skripsi. Dia harus punya beberapa data, makanya dia bikin kuisioner untuk pengumpulan data. Bisa lah kamu bantu dia untuk mengisinya"
"Oh iya. Tentu saja. Kenapa Om dan Qonita repot-repot ke sini? Saya bisa menemui kalian di luar kok. Mahon maaf kalau saat ini saya masih harus mengerjakan tugas. Kalau nanti malam saja bagaimana?"
"Sudah Om duga kamu pasti sibuk. Bagaimana Qonita?"
"Iya, nggak pa-pa. Nanti malam."
"Atau tinggalkan saja ini lembar kuisionernya. Nanti malam biar saya antar ke rumahnya Om. Kalau saya tidak sempat, biar sopir saya yang antar."
"Alau bisa kamu saja, Er. Biar sekalian kamu bisa makan malam di rumah Om. Sebagai ucapan Terima kasih kami, begitu."
"InsyaAllah, Om. Ayo diminum dulu Om."
Qonita dan Pak Dion meminum es sirup yang sudah disiapkan untuk mereka.
Setelah kepergian mereka, Erlangga melanjutkan pekerjaannya kembali. Namun entah dari mana datangnya gosip. Di kantor mereka membicarakan Qonita yang yang diisukan sebagai calon istri Erlangga. Erlangga tidak tahu menahu tentang hal tersebut. Karena seharian ia sibuk di dalam ruangannya. Bahkan ia shalat di dalam ruangannya.
Akhirnya tidak terasa waktu sudah sore. Waktunya mereja pulang. Semua karyawan sudah bersiap untuk pulang. Erlangga pun sudah selesai mengerjakan tugasnya. Ia mengirim desainnya kepada perusahaan yang bersangkutan. Setelah itu, ia turun ke bawah untuk pulang.
"Selamat sore, Pak. Mobil anda sedang diambil." Sapa security.
"Sore juga, Pak."
Erlangga pun berdiri menunggu mobilnya datang.
Kemudian mobil pun datang dibawa security yang lain. Kunci mobil diserahkan kepada Erlangga.
"Terima kasih, Pak." Ucap Erlangga."
"Sama-sama, Pak Erlangga."
Erlangga melajukan mobilnya menuju rumah. Ia melewati jalan alternatif untuk menghindari kemacetan. Setelah 30 menit kemudian, ia pun sampai di rumah.
Sesampainya di rumah, ada Oma Widia yang sedang duduk di ruang tengah. Ia mencium punggung tangan Omanya dan sedikit berbasa-basi. Setelah itu ia langsung masuk ke kamarnya.
Erlangga membuka bajunya dan menaruh tasnya. Ia membaringkan diri di atas tempat tidur. Entah mengapa tiba-tiba ia merasa galau.
"Ada apa ini? Pacar tidak punya, tapi tiba-tiba perasaanku begini?" Lirihnya.
Erlangga ingat kuisioner dari Qonita yang harus ia isi. Ada sekitar 20 pertanyaan yang harus ia isi. Erlangga pun menepis rasa galaunya. Ia mulai menjawab pertanyaan tersebut. Hanya butuh waktu 10 menit untuk menyelesaikannya. Setelah itu, Erlangga mendapatkan telpon dari salah satu teman akrabnya semasa SD dulu. Namanya Kendra.
"Hai bro."
"Assalamu'alaikum."
"Ah iya sampai lupa ucap sala, wa'alaikum salam."
"Ken, ada apa?"
"Bro, kamu sudah di Indo. Tapi kamu belum sama sekali menemuiku."
"Haha... iya maaf aku bukannya lupa. Terlalu sibuk, Ken."
"Mentang-mentang udah jadi CEO. Er, kasih lah aku pekerjaan. Aku sudah berhenti dari pekerjaan yang lama.
"Kenapa?"
"Perusahaannya mau gulung tikar. Sebelum dipecat, aku mengundurkan diri terlebih dahulu. Plis beri aku pekerjaan, Er."
"Boleh, nanti aku minta izin dulu ke Papa. Besok aku kabari. Eh, malam ini kamu ada acara?"
"Nggak ada, Er. Kan pengangguran haha.... "
"Ya kali aja ngedate. Kan, malam sabtu."
"Nggak ada, aku baru putus juga."
"Ya sudah nanti malam aku jemput. Tunggu di depan rumahmu."
"Oke, siap Bos."
Setelah memutus telponnya. Erlangga berpikir sejenak. Ia ingin memiliki asisten pribadi. Mungkin Kendra cocok untuk dijadikan asistennya. Tanpa buang waktu, Erlangga pun langsung menelpon Papanya untuk meminta pendapat dan persetujuan. Memang sebelumnya Papanya menyuruhnya untuk mencari asisten pribadi. Namun Erlangga masih enggan, karena ia masih baru. Setelah memberitahu Papanya, tentu saja Papanya langsung setuju. Apa lagi mengetahui Kendra memiliki pengalaman yang cukup di bidangnya.
"Langsung saja, Bang. Papa mendukungmu."
"Terima kasih, Pa."
"Sama-sama. Oh iya, barusan Pak Dodi menelpon Papa. Dia sangat suka dengan desainmu. good job ya, Bang."
"Semua berkat Papa dan Bunda."
"Ya, sudah, Papa dan Om Ruben mau pulang ke hotel dulu."
"Iya Pa."
Setelah selesai shalat Maghrib, Erlangga bersiap untuk keluar. Ia pamit kepada sang Bunda akan pergi keluar bersama Kendra.
"Hati-hati ya, Bang. Ingat jangan macam-macam!"
"Siap Bundaku, sayang. Mana berani Er macam-macam. Satu macam saja nggak pernah. Haha... "
"Semoga terus begitu."
Bunda Winda mengusap kepala putranya.
Erlangga pun berangkat. Ia langsung menuju rumah Kendra. Butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai ke sana.
Sesampainya di rumah Kendra, orangnya sudah berdiri di depan gerbang.
"Siap bro?"
"Siap."
"Sudah pamit sama On dan Tante?"
"Sudah."
Kendra pun masuk ke dalam mobil.
"Bro, ada kabar baik."
"Benarkah? Apa itu tentang aku, bro?"
"Iya, betul. Selamat ya, kamu diterima di perusahaan ku sebagai asisten pribadiku."
"Yang benar, bro?"
"Iya, mana pernah aku bercanda."
"Alhamdulillah... Terima kasih, bro. Eh Pak Bos."
"Panggil biasa saja, Ken!"
"Nggak mau, nggak sopan!"
"Terserah kamu lah! Tugasmu dimulai malam ini."
"Siap, bos."
Erlangga menuju rumah Pak Dion. Ia tahu alamatnya karena Pak Dion sendiri yang mengirimnya. Erlangga yang tidak enak-an menepati janjinya untuk datang ke rumah Pak Dion.
Mereka pun sampai di rumah Pak Dion. Security membukakan pintu gerbang untuk mereka.
"Maaf dengan siapa?"
"Erlangga, saya sudah ada janji dengan Pak Dion."
"Baik, Pak. Silahkan masuk."
"Rumah siapa ini, Bos?"
"Nanti juga kamu tahu."
Pak Dion sudah tahu jika tamunya sudah datang. Karena ia baru saja melihat dari CCTV.
Pak Dion dan istrinya menyambut kedatangan Erlangga. Erlangga dan Kendra turun dari mobil.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam... mari silahkan masuk."
Pak Dion memperkenalkan Erlangga kepada istrinya. Erlangga pun memperkenalkan Kendra sebagai asisten pribadinya kepada mereka.
Bersambung...
...****************...
Maaf ya kak belum bisa maximal
Author dan suami lagi kurang sehat.
Jangan lupa supportnya ya kak. Support kalian sangat membantu kami 🙏
lanjut
semangat untuk up date nya
semoga bahagia terus Erlangga dan Rifka