kisah cinta seorang pemuda sederhana nan rupawan dan cerdas dalam mengejar mimpi yang terjebak dengan lawan jenis di sebuah kamar kos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhujhu Games, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12.Sebuah Kata Mutiara Yang Sangat Berarti.
"Siapa nama kamu, Nak?"tanya pria tua itu.
" Andika, Bapak sendiri. Siapa namanya? "balas Andika sambil bertanya kembali ke pria tua itu.
" Panggil saja Kakung. Cuma orang gila yang biasa di pinggir taman ini."balas pria tua dengan senyum ramahnya.
Setelah membereskan papan caturnya Kakung nampak menepuk pundak Andika beberapa kali.
"Sering kali dalam hidup, akan lebih bijak untuk berdiam diri dan memikirkan langkah yang selanjutnya, dibandingkan harus terburu-buru melangkah lalu membuat sebuah kesalahan. Sama dengan permainan catur ini." ucap Kakung sedikit memberikan kata-kata mutiara kepada Andika.
"Eh." Andika terkejut dengan kata-kata yang di ucapkan oleh Kakung.
Andika mencoba sedikit merenungi kata-kata mutiara yang diucapkan pria tua tersebut.....
"Sama seperti para penantang catur barusan semua. Mereka semua terburu-buru melangkah karena hanya tergiur hadiahnya. Tanpa menyadari, kalau mereka bisa saja diam terlebih dahulu dan mengamatinya. Mempelajari kesalahan dari orang lain, lalu menggunakannya untuk diri sendiri tanpa rugi sedikitpun."lanjut si Kakung.
Mendengar kata-kata mutiara yang terlontar dari Kakung. Yang bahkan menyebut dirinya hanya "orang gila" itu, membuat Andika bertanya-tanya.
"Apakah aku telah memilih pilihan yang tepat?" gumamnya di dalam hati.
Jika dipikir kembali, semua itu memang ada benarnya, jika diibaratkan hidup itu sama seperti sebuah papan catur. Apakah Andika benar terlalu terburu-buru dalam menentukan pilihan hidupnya.
Yang dari kesalahan terlalu terburu-buru membayarkan uang kos tanpa mengecek terlebih dahulu situasi dan kondisinya.
Juga terburu-buru menuruti keinginan Ana agar dirinya memberikan ruang kepada Rama untuk berada di kamar kos itu. Dimana saat ini harusnya ia sudah berada di dalam kamar kos itu dan bisa beristirahat.
"Apakah benar aku terburu-buru dalam membuat keputusan? Haruskah aku..... Diam dan memperhatikannya dengan lebih baik lagi?" tanya Andika di dalam hatinya.
Meskipun pada awalnya niat Andika menantang pria tua ini hanyalah untuk memperoleh tambahan untuk kelangsungan hidupnya. Namun ternyata kini dirinya telah memperoleh lebih dari sekedar itu.
"Sebuah kata-kata mutiara yang bisa membimbingnya untuk melangkah ke depan dan memilih suatu keputusan dengan tepat tanpa harus terburu-buru."
Tak lama kemudian, Kakung telah selesai mengemasi semua barang-barangnya. Lalu bangkit dan berbicara......
"Berikutnya, Nggak semudah ini, Nak!!" ucapnya sambil tersenyum, lalu pergi meninggalkan Andika dengan masih membawa untung lebih dari 200 ribu rupiah.
"Pak, besok di sisi lagi?" tanya Andika dengan wajah bingung, berusaha mencerna semua kata-kata dari Kakung tadi.
"Dadi jam 4 sampai jam 10 malam. Setiap hari posisi bidak caturnya akan berbeda.
Jadi bersiap-siaplah!!" balas si Kakung dari kejauhan yang sudah berjalan meninggalkan Andika.
'Ding!!! Ding!!!
Setelah lega Andika baru menyadari kalau ponselnya telah menerima puluhan pesan baru. Dan semua pesan itu dari Ana, yang sampai saat ini masih memborbardir ponselnya dengan banyak pesan singkat.
(19.15) "Dik, pacarku udah pulang. Kamu bisa balik sekarang. Sebelumnya maaf ya."
(19.57) "Dik, kok sampai sekarang belum balik? Kamu nggak apa-apa kan di sana?"
(20.35) "Kamu nggak tersesat kan?"
(20.49) "Dik, bales dong. Please!!"
Pesan dari Ana itu terus-menerus berlanjut, Diaman Andika membacanya sedikit terkejut.
Yang bahkan pacarnya, Nova saja malah tak mengirimkan sebuah pesan sama sekali.
Tapi semua itu wajar saja, karena keduanya sudah berjanji untuk fokus belajar dan bukannya menyibukkan diri dalam percintaan.
Tapi.....
Entah kenapa, mengetahui bahwa ada seseorang yang mengkhawatirkannya sampai seperti ini....
Membuat Andika merasa sangat bahagia. Jantung Andika semakin lama, berdegup semakin kencang ketika ia terus membaca pesan dari Ana itu.
(22.13) ”Dik,Sorry banget. Kamu pasti marah ya? Iya lah pasti marah kan? Kamu juga udah bayar kos, tapi aku malah ngusir kamu terus-terusan hanya demi urusanku sendiri. Sumpah maaf banget Dik. Please bales, aku bakal lakuin apapun tapi, please maafin aku!!"
Itu adalah pesan terakhir dari Ana barusan. Dan dari semua pesan dari Ana itu membuatnya bertanya-tanya sendiri....
"Enak juga ya, jadi Rama. Punya pacar yang pengertian, perhatian dan sebaik ini." pikir Andika di dalam hatinya membayangkan jadi Rama.
Andika yang sudah membaca semua pesan dari Ana itu, hanya membiarkan semua pesannya dalam status terbaca. .
Andika malah mencoba mengirimkan pesan ke pacarnya, Nova.
Andika :"Sayang,lagi apa?"
Beberapa menit Andika menunggu balasan dari pacarnya sambil duduk di bangku tepat di bawah lampu taman ini.
Akhirnya.......
'Ding!!
"Tuh kan, Nova juga perhatian?"
Bukanya pesan dari pacarnya yang ia dapatkan, tapi pesan tersebut melainkan dari Ana lagi.
(22.20) "Dik, kok cuma di baca doang. Sumpah aku mau nangis nih. Maaf banget, aku nggak bermaksud ngusir kamu, Dik. Please bales pesan aku."
Membaca pesan Ana barusan membuat hati Andika cukup sakit. Mengetahui ada seorang gadis yang akan menangis karenanya.
Ketika Andika akan membalas pesan dari Ana. Sebuah pesan baru muncul di layar ponselnya.
Nova :"Belajar, jangan ganggu dulu."
Betapa tambah sakitnya hati Andika ketika membaca pesan dari sang pujaan hati itu. Pesan yang diharapkan manis dan bisa menghangatkan dinginnya malam hari ini, justru hanya menambah hawa dingin di tubuhnya dengan sikapnya itu.
Andika benar-benar tidak menyangka semua ini. Meskipun ini adalah kebiasaan hubungannya dengan Nova selama kurang lebih satu setengah tahun.
Tapi melihat bagaimana ada seorang wanita lain yang tak memiliki hubungan apapun dengannya bisa sebaik dan sekawatir itu....
"Ibarat seseorang yang telah menikmati manisnya madu, maka air biasa tak lagi nikmat baginya."
Andika yang telah melihat sikap perhatian dan kekhawatiran Ana tadi, kini mulai merasa bahwa sikap cuek Nova yang sebelumnya terasa biasa-biasa saja,tapi kini mulai terasa begitu sangat pahit di hatinya.
"Apakah aku juga terlalu terburu-buru, untuk menolak kebaikan Ana menggunakan Nova sebagai alasan?" tanya Andika di dalam hati kepada dirinya sendiri.
(22.37) "Dik, kamu mau apa? Apa aja bakal aku turutin, tapi please balik dan maafin aku. Aku nggak bermaksud buruk ke kamu, Dik.... "
Akhirnya Andika hanya membiarkan pesan Nova begitu saja tanpa membalasnya. Lalu sesegera mungkin membalas pesan dari Ana dengan cepat.
Andika : "Oke, apa aja bakal kamu lakuin kan? Jangan nyesel nanti,ya?!"
Dengan balasan pesannya ke Ana itu, akhirnya Andika mulai melangkah berjalan balik ke kosnya. Dan tentu saja masih dengan segunung pertanyaan terhadap seluruh pilihan hidupnya selama ini.
Apakah semuanya sudah merupakan pilihan yang tepat?
Sebuah pilihan yang akan membawanya ke masa depan yang lebih baik dan cerah?
Atau mungkin.....
Bersambung......
Semangat yahhh