Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9.Amora hilang
"Max--
"Apakah aku benar Kek?," tanya Maxime kini dengan intonasi tinggi namun terdengar tegas.
Maxime melirik Amora yang duduk diatas kursi roda dengan kedua mata terpejam. Ia yakin sekali Kakeknya sudah melakukan sesuatu pada Amora sehingga itu seperti sekarang ini.
Maxime mengepalkan kedua tangannya dengan dada bergemuruh hebat. Apa sebenarnya rencana Kakeknya membawa Amora pergi dimasa pemulihannya.
"Max...kita ingin yang terbaik untuk Amora, dia harus ditangani secara tepat," timpal Revan membuka suara.
Maxime beralih menatap pada Revan dan tersenyum miring."Kau pikir aku percaya dengan alasanmu Van, aku tidak akan pernah lagi mempercayaimu. Kau sudah merusak kepercayaanku Revan," jawab Maxime.
"Tunggu dulu Max, kau dan Amora itu baru saling mengenal dan kalian tidak terlalu dekat. Aku--aku Max, yang selama ini dekat dengannya dan melatihnya hingga bisa bergabung dengan kita. Dengar Max, kau tidak mempunyai alasan melarang kami membawa Amora pergi karena--kau bukan siapa-siapanya Amora," tutur Revan menunjuk dada sebelah kiri Maxime.
Maxime semakin mengepalkan kedua tangannya."Aku sudah tahu--
"Max... Revan cukup. Sebaiknya Amora dirawat di negara ini saja. Banyak bukan Dokter hebat di negara ini," ucap Damian menengahi. Ia tidak ingin Maxime keblablasan dalam berucap dan semakin memperkeruh suasana. Apalagi Amora saat ini mengalami hilang ingatanku dan itu akan mempersulit mereka nantinya karena Amora yang tidak mengenali Maxime.
"Dam-- kau jangan--
"Apa Revan?, jangan terlalu banyak bicara. Ingat statusmu hanya asisten pribadi Kakek dan jangan melewati batasanmu," ucap Damian yang geram dengan Revan yang kini menurutnya semakin ngelunjak.
"Ugh...," Amora tampak menggeliat pelan diatas kursi rodanya. Gadis itu memindai ke segala penjuru dimana ia saat ini berada.
"Amora--
"Lepaskan aku, aku tidak mau pergi," teriak Amora tiba-tiba dengan begitu histeris.
Maxime mengguncang tubuh gadis itu dan menenangkannya."Amora, tenanglah. Kau tidak akan kemana-mana," ujar Maxime membuat gadis itu seketika tenang.
"Kak--Max?," gumam Amora yang tampak sedikit terkejut melihat Maxime sudah berdiri dihadapannya setengah berjongkok.
"Kita akan kembali ke rumah sakit!," ucap Maxime dengan lembut sehingga Amora langsung mengangguk patuh.
"I-iya Kak," jawab Amora melirik Kakek Armand dan Revan sekilas dengan wajah pucat pasi. Ia masih ingin kejadian beberapa menit yang lalu di rumah sakit saat Revan dan Kakek Armand memaksanya untuk keluar negeri melakukan pengobatan dan untuknya.
Akhirnya Amora kembali di bawah ke rumah sakit sebelumnya. Namun kali ini Amora memilih ikut bersama Maxime. Ia tidak tahu bagaimana caranya tiba-tiba saja Maxime ada di Bandara. Yang ia ingat hanyalah Revan berusaha membungkam mulutnya dengan sebuah kain sehingga ia tidak sadarkan diri dan tiba-tiba saja saat ia terbangun ia sudah berada di Bandara.
"Amora, kau baik-baik saja?. Ada yang sakit?," tanya Maxime saat melihat Amora diam saja sepanjang perjalanan mereka.
"A-aku-- baik baik saja Kak, terimakasih sudah menolongku," jawab Amora dengan tulus. Ia tidak tahu akan di bawa kemana oleh Kakek Armand andai saja Maxime tidak menolongnya.
Maxime mengulas senyuman tipisnya."Sama sama," jawab Maxime lalu kembali fokus pada jalanan. Ia melirik spion mobil dimana mobil yang ditumpangi Kakek dan Revan masih mengikutinya dari belakang.
"Amora... jadi benar kamu mengalami hilang ingatan?," tanya Maxime melirik Amora yang tampak meringis memegangi bahunya bekas kena luka tembakan kemarin.
"Bahumu sakit?," ujar Maxime kembali bertanya.
"Sedikit Kak, mungkin ini karena baru," jawab Amora mencoba tersenyum.
"Kita langsung ke rumah sakit ya," ucap Maxime menambah kecepatan mobilnya. Ia begitu mengkuatirkan kondisi Amora saat ini.
"Kak--bisa membantuku untuk pergi dari negara ini?," tanya Amora tiba-tiba membuat Maxime terkejut dengan permintaan Amora. Apa maksudnya gadis ini berbicara seperti itu.
"Amora--
"Maaf, lupakan saja permintaanku," ucap Amora mengalihkan tatapannya kearah jendela.
Maxime tidak menjawab permintaan Amora. Pria itu kembali fokus pada jalanan. Ia harus segara sampai di rumah sakit dan memastikan Amora baik-baik saja. Sebenarnya begitu banyak pertanyaan dikepalanya, bagaimana bisa Amora bertemu dengan Revan dan Kakek sehingga baja bergabung dengan kelompok mereka. Tapi ia tahan karena kondisi Amora yang harus segara ditangani oleh dokter.
***
Waktu terus berlalu, Amora kembali di rawat di rumah sakit yang sebelumnya. Dan sesuai hasil pemeriksaan Dokter kemarin sore, Amora hari ini sudah di izinkan pulang.
Namun saat Kakek Armand dan Revan juga Damian serta Maxime memasuki ruangan perawatan Amora mereka dikejutkan dengan Amora yang tidak mereka temukan diruangan itu.
"Dimana Amora?," tanya Kakek Armand yang tampak panik.
Revan tampak langsung memeriksa seluruh ruangan termasuk kamar mandi. Namun hasilnya nihil dan mereka tidak menemukan Amora di manapun.
Maxime juga tampak panik langsung keluar dari ruangan itu mencari keberadaan dokter untuk menanyakan keberadaan Amora. Dan saat ditemui Dokter juga tampak terkejut mendengar pertanyaan Maxime.
Dan didalam ruangan perawatan Amora, Kakek Armand langsung memerintahkan Revan untuk menyelidiki keberadaan Amora melalui GPS yang terpasang di kalung yang dikenakan Amora. Ia benar-benar kecolongan bisa kehilangan cucunya yang satu itu.
"Amora berada dibelakang rumah sakit ini Kek," ucap Revan. Pria itu langsung pergi ke belakang rumah sakit dan berharap Amora ada di sana.
Sementara Damian tampak terdiam mencerna bagaimana bisa Amora hilang sementara pengamanan di depan ruangan ini sangat ketat. Kakek Armand menempatkan dua orang penjaga didepan pintu tapi sekarang kemana perginya kedua orang itu?.
"Kek... Dokter juga tidak tahu kemana perginya Amora," ujar Maxime yang terlihat ikut panik.
"Huff... kemana perginya gadis itu," gumam Kakek Armand. Ia takut Amora diculik oleh musuhnya dan sampai itu terjadi gagal semua rencananya.
"Dam... periksa cctv rumah sakit sekarang!," ucap Kakek Armand.
"Ba-baik Kek," jawab Damian segera pergi dari ruangan itu untuk memeriksa cctv rumah sakit. Ia juga baru sadar sekarang jika dua orang kepercayaannya tidak ada disini. Kemana pergi mereka saat ini.
"Amora tidak ada di sekitaran rumah sakit Kek, dan aku menemukan kalung yang ia kenakan di belakang rumah sakit," ucap Revan yang baru saja datang dan memberikan kalung itu pada Kakek Armand.
"Kemana dia?," gumam Kakek Armand mencemaskan keadaan Amora. Harapan satu-satunya adalah rekaman cctv rumah sakit yang saat ini periksa oleh Damian. Semoga saja ada titik terang kemana perginya Amora.
Namun saat Damian kembali hasilnya nihil, tidak ada jejak apapun yang ditemukan. Damian juga bingung kemana perginya Amora
"Sepertinya semua ini sudah direncanakan dengan matang," gumam Kakek Armand
"Kakek benar," angguk Maxime.
...****************...
..ingin menyakiti Amelia tapi terkena diri sendiri,Terjebak dengan ulahnya..sebab itu jangan iri dan dengki kan dah kena getah nya...
Apa pandangan MU Lukas cintakah,pada wanita tua lampir itu orang yang ingin mencelakai Cucumu juga ..
Max kau jangan mengiba pulak ,bukankah sudah kau mengancamnya namun apa dia peduli malah ingin meracuni grandpa MU sendiri ,
Bastian lelaki yang tidak pernah tegas kepada kedua wanita kembar lampir memiliki seorang ibu yg ingin meracuni suaminya sendiri... mereka tidak tahu berlatar belakang siapa Grandpa Lemos ....
"Musuh DaLaM SeLiMut"....
Max jangan bertele tele lagi seharusnya berbincang dengan lemos dan Lukas mengenai Laura sebelum melangkah jauh ,..