Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Maxime Keano, bahwa dia akan menikahi seorang gadis yang masih SMA.
"Barang siapa yang bisa menemukan kalungku. Jika orang itu adalah laki-laki, maka aku akan memberikan apapun yang dia inginkan. Tapi jika orang itu adalah perempuan, maka aku akan menikahkan dia dengan cucuku." Ucap sang nenek.
Tak lama kemudian, datang seorang gadis remaja berusia 18 yang yang bernama Rachel. Dia adalah seorang siswi SMA yang magang sebagai OB di perusahaan Keano Group, Rachel berhasil menemukan kalung sang nenek tanpa mengetahui sayembara tersebut.
"Ingat, pernikahan kita hanya sementara. Setelah nenekku benar-benar sehat, kita akan berpisah. Seumur hidup aku tidak pernah bermimpi menikah dengan seorang bocah sepertimu." Maxime Keano.
"Kamu pikir aku ingin menikah dengan pria arogan dan menyebalkan sepertimu? Menikah denganmu seperti musibah untukku." Rachel Calista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Pluuk...
Maxime tidak sengaja menjatuhkan ponselnya ketika dia sedang mendongakkan kepalanya, melihat penampilan Rachel. Pria itu nampak terperangah. Apakah matanya sedang bermasalah, mengapa si bocah itu terlihat sangat cantik?
"Bagaimana, Tuan? Apakah ada yang kurang dengan penampilan Nona Rachel?" Boy mengulangi pertanyaannya sambil berusaha menahan tawa ketika melihat reaksi Maxime yang sedang memandangi calon istrinya itu
Maxime segera membungkukan badan, kemudian dia membawa ponselnya yang terjatuh di lantai. Lalu dia menjawab pertanyaan dari Boy dengan sikapnya yang datar. "Lumayan, tidak terlalu jelek."
Rachel sangat tidak terima ketika mendengar perkataan Maxime tentang dirinya. "Astaga Om, cantik-cantik begini disebut jelek? Apakah Om tahu, Om adalah orang yang pertama kali mengatakan aku jelek. Padahal di sekolah banyak sekali murid laki-laki yang mengejar-ngejar aku."
Semua orang yang ada disana berusaha sekuat hati untuk menahan tawa ketika mendengar Rachel memanggil Maxime dengan panggilan om, jangan sampai gigi mereka kelihatan sedikit saja, sehingga mereka mengatupkan bibir mereka rapat-rapat.
Maxime mengigit bibir bawahnya memandangi Rachel dengan tatapan kesal. Belum juga resmi menikah, gadis itu sudah membuatnya naik darah.
"Bawa dia masuk ke dalam mobilku!" Maxime memberikan perintah kepada Boy agar segera membawa Rachel untuk masuk ke dalam mobilnya.
Boy pun menganggukan kepalanya. "Baik, Tuan."
"Tunggu dulu. Aku gak mau..." Rachel ingin protes, tali sayangnya tidak ada satu orang pun yang mendengarkannya, sehingga Boy berhasil membawa Rachel masuk ke dalam mobil milik Maxime, pemberontakan Rachel sekali tidak berarti.
...****************...
Tiga jam berlalu, akhirnya setelah menunggu kepulangan Nenek Margaretha, Maxime dan Rachel pun telah melangsungkan pernikahan mereka. Secara sederhana. Hanya Boy dan semua penghuni di mansion yang tahu akan pernikahan tersebut.
"Akhirnya aku bisa menyaksikan cucuku menikah." Seru Nenek Margaretha. Wanita tua itu nampak sumringah dengan wajahnya yang berseri-seri. Tidak sia-sia dia segera pulang ke Indonesia untuk menyaksikan pernikahan cucunya.
Maxime dan Rachel nampak terdiam, wajah keduanya nampak pucat. Karena mereka tidak tahu kehidupan seperti apa yang akan mereka jalani setelah ini. Sama sekali tidak pernah terpikirkan bahwa mereka akan menjadi pasangan suami istri.
Nenek Margaretha mencubit pipi Rachel dengan gemas , "Mulai sekarang kamu adalah cucu Oma. Jika Maxime berani berbuat macam-macam, laporkan pada Oma, oke?"
Rachel hanya menganggukkan kepala. Sedangkan Maxime hanya membuang nafas, baru juga mereka menikah, Nenek Margaretha sudah berpihak kepada Rachel.
Tapi bagi Maxime yang penting neneknya sembuh dulu. Buktinya sekarang neneknya sudah terlihat baik-baik saja setelah Maxime dan Rachel menikah. Walaupun dia tidak akan tinggal diam, akan mencari tahu penyakit apa yang diderita sang nenek.
"Kamu tenang saja. Untuk sementara ini pernikahan kalian harus dirahasiakan, karena kamu masih sekolah. Yang penting kan kalian sekarang bisa bebas ngapa-ngapain." Nenek Margaretha berkata Rachel sambil terkekeh.
Maxime nampak salah tingkah ketika mendengar perkataan Nenek Margaretha. Dia tahu perkataan neneknya menjurus ke arah mana.
"Bebas ngapa-ngapain?" Pikiran Rachel bleng. Dia tidak paham dengan apa yang Nenek Margaretha katakan. Mungkin Rachel mengira bahwa dia bebas melakukan apa saja kepada Maxime, karena sejujurnya dia ingin sekali saja menjambak rambutnya Maxime, untuk melampiaskan kekesalan yang selama ini dia rasakan.
Nenek Margaretha terkekeh, dia ingin menjelaskannya kepada Rachel. Tapi keburu tangan Rachel ditarik oleh Maxime.
"Sudah malam. Lebih baik kita tidur." Maxime berkata sambil menarik tangan Rachel. Dia tidak ingin pikiran bocah itu terkontaminasi oleh neneknya.
"Ya ampun, Maxime. Tidak perlu terburu-buru juga. Kan besok juga bisa. Kasihan Rachel, pasti masih capek." Nenek Margaretha salah paham. Dia mengira cucunya sudah kebelet ingin mengeksekusi Rachel.
Wajah Maxime merah merona, rahangnya mengeras. Dia tidak habis pikir mengapa neneknya bisa berpikir bahwa Maxime sangat bernaf-su sekali kepada bocah itu. Dia segera melepaskan tangan Rachel. "Maksudku bukan begitu, Oma."
Nenek Margaretha malah tertawa kecil, begitu pula sang kepala pelayan selalu setia menemaninya. Nikita Wati langsung mingkem ketika Maxime mendelik tajam padanya.
Rachel masih polos. Dia tidak paham dengan pembicaraan orang-orang dewasa yang ada disekitarnya itu. Dia pun menguap, sangat merasakan ngantuk. "Aku sangat ngantuk. Malam ini aku tidur di kamar mana?"
Rachel memilih pasrah saja. Mau bagaimana lagi, sekeras apapun dia memberontak. Tapi Maxime sudah berhasil menculiknya dan menikahinya secara paksa.
"Di kamar Maxime lah, sayang. Kan kalian sudah menikah." Jawab Nenek Margaretha.
Rachel terkejut mendengarnya, sampai dia membelalakkan mata. Dia tidak pernah berpikir sedikitpun akan tidur satu kamar dengan Maxime. Bagaimana kalau pria itu melecehkannya.
Rachel sangat menyadari dia adalah orang miskin dan masih remaja, bukan tipenya Maxime. Tapi tetap saja Rachel tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa dia merasa dirinya sangat cantik, karena cermin tidak akan pernah bisa berbohong. Hal tersebut membuat dia takut jika Maxime berbuat macam-macam padanya.
Begitu pula dengan Maxime, pria itu nampak kebingungan. Karena seumur hidup, dia tidak pernah membawa wanita ke dalam kamarnya. Meskipun dia sudah memiliki kekasih, tapi dia sangat menjaga kehormatan sang kekasih. Seperti itulah pria sejati.
...****************...
...Kebetulan hari ini ada reader yang ulang tahun, saya ucapkan selamat ulang tahun kepada kak Kendarsih. Mari kita doa'kan semoga kak Ken panjang umur, selalu diberikan kesehatan, dan diberikan kesuksesan....
...Mari bersulang es batu 🍹 🥂 🧊 dan makan bersama di rumah masing-masing hehe 😁....
...Buat yang mau saya ucapkan ulang tahun, beritahu saya saya saat mendekati hari ulang tahunnya 🙏...
Dasar kura-kura jantan, pura-pura sok bertahan dari godaan ngga taunya ketagihan 😂😂...
Monggo- monggo makan sepuasnya, mau mulai dari yamg mana dulu. Icip-icip hidangan pembuka 😂 atau langsung ke menu utama 🙈...
Lain kali tolong kondisikan itu mulut, biar kagak gatal buat bikin janji takutnyaa nanti diingkari 😂. Lagian ada bunga mekar wangi nan indah di depan mata mau dianggurin /Facepalm/. Rugi dong 😂... Malah dapat puyengnya kan..