Nyonya Misterius itulah julukkan yang diberikan oleh Arzian Farelly kepada Yumna Alesha Farhana.
Hari yang paling mengejutkan pun tiba, Yumna tiba-tiba meminta Arzian menikah dengannya. Arzian tidak mungkin menerima permintaan wanita itu, karena wanita yang ingin Arzian nikahi hanyalah Herfiza, bukan wanita lain.
Demi melanjutkan misinya hingga selesai, Herfiza memaksa Arzian menikah dengan Yumna demi cintanya. Untuk cintanya, Arzian mampu melakukan apapun termasuk menikah dengan Yumna.
Mampukah Arzian mempertahankan Cintanya kepada Herfiza, atau ia malah terjebak pada cinta Nyonya Misterius yang tidak lain adalah Yumna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MNM -33- Kamu Ngikutin Saya Ya?
"Yumna," panggil Arzian pelan. Wanita yang dipanggilnya menengok. Yumna kaget sampai melotot ke arah Arzian. Bisa-bisanya Arzian ada di tempat yang sama dengannya.
"Mas ini siapa ya?" tanya seorang wanita paruh baya yang menggunakan seragam, sepertinya wanita itu adalah salah satu orang yang bekerja di panti jompo.
Yumna menghampiri suaminya yang tengah ditanyai oleh salah satu pengurus panti. "Saya Arzian, Bu. Suami Yumna," jawabnya saat Yumna sudah ada di sampingnya.
"Yaampun, saya kira siapa? Soalnya Mas tadi tiba-tiba masuk panti. Sedangkan saya mengenal siapa, Mas." Arzian hanya membalas dengan tersenyum kikuk.
"Suaminya Mbak Yumna? Mbak Yumna sudah menikah lagi?" tanya wanita paruh baya yang baru keluar dari dalam. Arzian menyergitkan keningnya bingung, wanita paruh baya itu sampai tahu tentang pernikahannya dan Yumna bukanlah pernikahan Yumna yang pertama.
"Iya, Bu Nita. Saya dan Mas Arzian memang baru menikah beberapa bulan ini, maaf saya lupa memberitahu Bu Nita dan Bu Susi." Arzian menjabat tangan kedua wanita yang dipanggil Bu Susi dan Bu Nita oleh Yumna.
"Mbak Yumna dulu cuma sekali ya, bawa suaminya ke sini? Kalau nggak salah namanya Mas Gustav, sekarang sering-sering dong Mbak ajak suaminya ke sini," goda Bu Susi. Wajah Arzian tiba-tiba berubah jadi tidak enak, saat mendengar nama Gustav disebut. Padahal Gustav adalah Abangnya sendiri, bukan orang lain.
"Iya, Mbak. Oma, Oma, Opa, Opanya kan enak kalau kenal suami Mbak Yumna, agar mereka tidak lagi menjodohkan Mbak Yumna dengan anak serta cucu mereka."
"Maaf, Oma dan Opa di sini punya anak, cucu kok malah tinggal di sini? Bukankah lebih enak para orang tua seperti mereka itu tinggal bersama keluarganya?" tanya Arzian dengan kebingungannya sendiri.
Nita bersenyum pada Arzian sebelum menjawab pertanyaan pria itu. "Mau bagaimana lagi, bersama anak, cucunya mereka tak terurus. Tak diperhatikan, mending di sini mereka bisa lebih bahagia menghabiskan waktu dengan teman sebaya. Akan tetapi kami sangat berusaha agar mereka bisa tetap mendapatkan kasih sayang keluarga. Paling tidak satu bulan sekali, yang masih punya keluarga akan dikunjungi."
Arzian mengangguk paham. Tak bisa dibenarkan atau salahkan jawabannya, karena kenyataan yang terjadi memang seperti itu. Namun, Arzian sedikit bersyukur karena sebelum meninggal bisa tahu siapa dirinya. Kini sudah punya keluarga, punya Oma yang sangat menyayangi semua cucunya termasuk dirinya. Jelas Arzian tidak ingin berpisah lagi dengan sang Oma selain dipisahkan dengan kematian, karena orang tua yang ia miliki hanyalah Oma sekarang.
Karena Nita dan Susi harus bekerja kembali, mereka meninggalkan Arzian dan Yumna bersama para Oma dan Opa. "Kamu ngikutin saya ya?" tanyanya dengan berbisik.
Tanpa perlu jawaban Arzian, Yumna jelas sudah tahu. Suaminya itu memang telah mengikutinya sejak tadi.
Beberapa jam berlalu, Arzian dan Yumna sudah mengobrol, bermain, menghabiskan waktu bersama para orang tua. Arzian cukup senang juga, bisa melihat Yumna yang begitu baik dan perhatian dengan para Opa dan Oma. Pasangan suami istri itu pamit pulang.
Di dalam mobil, Arzian tidak langsung menyalahkan mobilnya. Ia tadi memang menelfon seseorang untuk mengambil mobilnya dan membawanya ke panti jompo. Sekarang kan Arzian memang punya kuasa itu.
"Kenapa kamu tidak membiarkan saya sendiri sih? Pakai mengikuti saja segala? Memang apa sebenarnya yang kamu ingin cari tahu," kesalnya.
"Saya minta maaf kalau sudah membuat kamu tidak nyaman." Yumna mengangguk, ternyata Arzian nerasa bersalah juga. Sampai meminta maaf pada istrinya.
"Aku mengikutimu karena sangat penasaran sekali, aku takut misalnya kamu pergi melakukan kejahatan besar. Nanti saya dan keluarga kita yang lain jadi ke seret," jelasnya. Yumna tersenyum kecut, sejelek itulah penilaian Arzian padanya. Walau Yumna akui Arzian tidak salah juga, karena Yumna memang senang memperlihatkan sisi buruknya pada orang yang tidak terlalu dekat dengannya.
"Seperti yang kamu lihat, saya hanya pergi ke panti jompo. Untuk bertemu para Oma dan Opa yang tinggal di sana, tidak lebih."
"Lalu kenapa harus berganti baju segala, membuat penyamaran segala. Padahal yang kamu lakukan juga bukan hal burukkan?" Arzian yang penasaran, punya kesempatan mencecar istrinya dengan berbagai pertanyaan. Tentu ia tidak mau menyianyiakan kesempatan.
"Memang salah kalau saya ingin berpenampilan seperti biasa saja saat menemui mereka? Saya hanya ingin dikenal mereka sebagai Yumna orang biasa, bukan Nyonya Yumna oleh mereka. Walaupun pasti banyak juga pasti tahu siapa saya terlepas bagaimana penampilan saya. Saya saat ini hanya sedang rindu pada Papa dan Mama saya, makanya saya ke sana. Kamu bisa cek saya juga rutin seminggu beberapa kali ke sana. Panti Jompo itu Papa sayalah yang membangunnya, sejak kecil saya selalu diajak ke sana. Jadi menuntaskan kerinduan dan juga mengenang memori kebersamaan kami di sana, membuat saya lebih waras setelah segala pekerjaan serta tanggung jawab yang saya pegang. Tentu hal itu tidaklah mudah bagi saya menjalaninya," cerita Yumna panjang lebar.
Arzian hanya diam mendengarkan cerita Yumna, mendengar Yumna rindu orang tuanya. Pergi ke tempat kenangan mereka, sedangkan dirinya tidak ada tempat kenangan. Bertemu orang tuanya semasa mereka hidup saya tidak.
Pria itu pun tidak menyangka, ternyata dibalik covernya Yumna yang kejam dan menakutkan. Yumna juga suka berbuat baik juga. Arzian sangat salut pada istrinya itu.
"Maaf, kalau ceritaku membuatmu sedih," ujar Yumna tidak enak, apalagi ia melihat kesedihan di wajah Arzian.
"Tidak papa. Harusnya tidak masalah kamu datang sebagai Nyonya Yumna, lalu menjadi donatur di panti jompo itu?"