"Cuma karna I-Phone, kamu sampai rela jual diri.?" Kalimat julid itu keluar dari mulut Xander dengan tatapan mengejek.
Serra memutar malas bola matanya. "Dengar ya Dok, teman Serra banyak yang menyerahkan keperawanannya secara cuma-cuma ke pacar mereka, tanpa imbalan. Masih mending Serra, di tukar sampa I-Phone mahal.!" Serunya membela diri.
Tawa Xander tidak bisa di tahan. Dia benar-benar di buat tertawa oleh remaja berusia 17 tahun setelah bertahun-tahun mengubur tawanya untuk orang lain, kecuali orang terdekatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Xander keluar dari ruang operasi dan seketika dihampiri oleh keluarga pasien. Dokter bedah yang terbilang masih sangat muda itu baru saja melakukan tindakan operasi usus buntu pada pasien.
"Operasinya berjalan lancar. Salah satu keluarga pasien silahkan ikut ke ruangan saya." Titah Xander setelah menjawab pertanyaan dari keluarga pasien.
"Mari Bu, silahkan." Asisten Xander mengarahkan wanita paruh baya untuk mengikuti mereka ke ruangan Xander.
Di dalam sana, keluarga pasien diberi penjelasan tentang bagaimana perawatan pasca operasi dan apa saja yang harus di hindari selama proses pemulihan.
Xander menjelaskan dengan serius dan detail. Dia juga menjawab semua pertanyaan keluarga pasien dengan ramah dan sopan. Menjelaskan sampai wanita paruh baya itu benar-benar paham.
"Baik Dok, terimakasih banyak. Kalau begitu saya permisi." Setelah menjabat tangan Xander, wanita paruh baya itu keluar dari sana. Pintu ruangan lalu di tutup lagi oleh asisten Xander yang masih ada di dalam ruangan tersebut.
"Jam 3 ada jadwal operasi pemotongan lambung , Dok." Fira memberi tau setelah melihat jadwal di tablet yang dia pegang.
Xander mengangguk. "Saya pergi dulu. Selama saya pergi, kamu pantau perkembangan pasien di ruang VIP nomor 5 dan 11. Laporannya langsung kamu taruh saja di meja saja." Jaket hitam di sambar oleh Xander dari sandaran kursi. Dia memakainya sembari keluar dari ruangan.
...*****...
Mobil sport Xander tiba di bandara pukul 12 siang. Hari ini kekasihnya kembali setelah 3 bulan ditugaskan di maskapai luar negeri. Dia diberi waktu libur selama sepekan.
Xander sudah menyiapkan buket bunga dan tas keluaran terbaru dari brand ternama untuk kekasihnya yang hobby mengoleksi tas.
5 menit menunggu di ruangan khusus, wanita yang dia tunggu muncul dengan seragamnya yang cukup seksi. 3 bulan Xander menahan rindu, dia membalas pelukan kekasihnya yang memeluknya erat.
"Sayang,, aku kangen." Suara rengekannya terdengar manja.
"Kamu pikir aku nggak kangen. Ayo ke mobil." Xander melepaskan pelukannya, Dia mengambil alih koper milik sangat kekasih dan menyeretnya. Wanita dengan tinggi 170 ditambah hells 5 cm itu membuatnya tampak serasi berjalan di samping Xander.
Pasangan itu menjadi pusat perhatian beberapa orang di bandara. Apalagi penampilan kekasih Xander yang cukup mencolok sebagai pramugari.
Keduanya masuk ke dalam mobil milik Xander. Sebelum meninggalkan bandara, Xander menyerahkan buket bunga dan tas yang tadi disimpan di jok belakang.
Pramugari cantik itu menutup mulutnya dengan tangan, matanya berbinar ketika Xander menyodorkan buket dan hadiah untuknya.
"Sayang,, terimakasih. Kamu terbaik." Wanita bernama Lucy itu menerima hadiah itu dengan senang hati, lalu mendaratkan ciuman sekilas di bibir Xander.
"Suka.?" Xander mengusap lembut pucuk kepala kekasihnya yang antusias membuka kotak besar berwarna oren.
"Suka banget, ini tas yang aku bicarakan dengan Della kemarin. Kamu selalu tau apa yang aku mau." Lucy kembali mendekat pada Xander, kali ini dia lebih berani dengan menyusupkan tangannya di balik jaket Xander. Bibir mereka sudah menyatu sejak tadi.
Lucy melepaskan ciumannya. Dia tampak kecewa karna milik Xander tidak bereaksi ketika dia pegang. "Belum sembuh.?" Tanyanya lirih.
Xander membuang nafas kasar. "Aku akan puaskan kamu seperti biasa." Ujarnya kemudian melajukan mobilnya menuju apartemen milik Lucy. Apartemen itu tentu bukan dari hasil kerja keras Lucy mengudara, tapi dari kebaikan Xander yang suka rela membelikan apartemen untuk kekasihnya itu.
...*****...
Serra sedang makan malam bersama keluarga Tantenya. Rumah berukuran 7 x 11 meter itu di huni oleh 5 orang termasuk Serra. Tante dan Omnya memiliki 2 orang anak, laki-laki dan perempuan. Masing-masing berusia 11 dan 8 tahun.
"Kak Serra uangnya banyak ya.?" Celoteh Mila, bocah 8 tahun itu. Mila beranggapan seperti itu karna beberapa hari terakhir selalu di bawakan makanan enak oleh Serra.
Senyum di bibir Serra terbit, meski sedikit di paksakan. Dia sudah membohongi keluarga Tantenya. Serra mengaku bekerja sebagai ART yang hanya bekerja dari siang sampai sore saja di apartemen majikannya. Semua itu Serra lakukan supaya bisa menggunakan uang pemberian Xander untuk kebutuhan bersama di rumah ini, termasuk membelikan mereka makanan enak.
"Serra, Tante bukannya nggak senang dibelikan makanan enak lagi. Tapi sebaiknya uang itu kamu tabung untuk biaya kuliah tahun depan. Karna Tante sama Om mungkin nggak bisa bantu materi." Tutur Sila menasehati.
Sebagai Tante satu-satunya yang Serra miliki, Sila terkadang merasa tidak berguna karna tak bisa memberikan kehidupan yang layak untuk keponakannya. Dia mengingkari janjinya pada sang Kakak 17 tahun silam. Seharusnya Sila membahagiakan Serra, memenuhi semua kebutuhannya. Namun takdir tidak berpihak pada Sila dan suaminya, dia kesulitan secara ekonomi dan hanya hidup serba pas-pasan.
"Iya Tan, ini uangnya juga sambil di tabung kok. Majikan Serra kaya dan kaya banget, jadi gaji Serra lumayan." Bohongnya. Serra tidak bisa berbohong sebelumnya, tapi sejak memutuskan mencari pria kaya yang mau menjadikannya simpanan, berbohong menjadi hal biasa bagi Serra. Sebentar lagi dia mungkin akan bersahabat dengan kebohongan untuk menutupi semua perbuatannya di luar sana. Keluarganya tidak boleh tau pekerjaan dia yang sebenarnya.
"Tapi sesekali nggak apa-apa ya Tan, Serra beli makanan enak.?" Tanya Serra meminta ijin.
Sila mengangguk sebagai jawaban. Mereka kemudian melanjutkan makan malamnya.
...******...
Serra hanya berguling-guling di atas ranjangnya sepanjang malam. Dia menunggu kabar dari Xander yang belum pernah menghubunginya sejak 2 minggu lalu. Tepatnya sejak Serra pulang dari apartemen Xander. Serra hanya bisa menunggu, sebab Xander melarangnya menghubungi Xander lebih dulu.
"Dokter aneh, apa dia ngasih uang dan I-Phone secara cuma-cuma padaku.?" Gumamnya bingung. Serra mersa belum melakukan apa-apa untuk Xander, tapi Xander seperti tidak berminat bertemu dengannya lagi setelah membayar dengan ponsel mahal dan uang.
Jika itu gadis lain, mungkin dia sudah senang karna mendapatkan semua itu secara gratis tanpa perlu melakukan hubungan badan. Namun karna gadis itu adalah Serra, dia malah berharap bisa menyerahkan kesuciannya sesuai kesepakatan awal. Dan karna kondisi Xander yang beluk memungkinkan, Serra bersedia membantu Xander sampai sembuh dan dia bisa menepati janjinya.
Pucuk di cinta, Xander pun menyapa. Serra tersenyum lebar membaca chat dari Xander yang baru masuk ke ponselnya.
'Besok datang ke apartemen jam 7 pagi.'
Serra langsung membalasnya dengan semangat.
Pagi-pagi sekali Serra sudah bangun dan berkutat di dapur. Dia membuat sarapan lebih dulu untuk orang rumah sebelum pergi ke apartemen Xander.
Hampir 1 jam berkutat di dapur, Serra kemudian mandi dan bersiap. Dia juga membawa pakaian ganti untuk berjaga-jaga.
"Harus datang sepagi ini.?" Tanya Sila. Sekarang baru pukul setengah 7 pagi.
"Iya Tan, mungkin Serra disuruh bikin. Serra berangkat dulu Tan." Serra mencium punggung tangan Sila dan berlari menuju jalan raya, menghampiri supir taksi online yang sudah di pesan.
'Nanti langsung masuk saja. Passwordnya 121220.'
Serra mendapat chat dari Xander ketika baru tiba di lobby apartemen. Dengan penuh semangat, Serra berjalan cepat seperti anak kecil yang baru saja mendapat sekantong permen.
mstinya lngsng d dor aja pas ktmu td,kn biar ga bs kbur.....tp yg nmanya pnjht,dia jg pst lcik lh....apa lg ada zayn,mngkn anknya bkln d jdiin sndera.....