Rania, seorang barista pecicilan dengan ambisi membuka kafe sendiri, bertemu dengan Bintang, seorang penulis sinis yang selalu nongkrong di kafenya untuk “mencari inspirasi.” Awalnya, mereka sering cekcok karena selera kopi yang beda tipis dengan perang dingin. Tapi, di balik candaan dan sarkasme, perlahan muncul benih-benih perasaan yang tak terduga. Dengan bumbu humor sehari-hari dan obrolan absurd, kisah mereka berkembang menjadi petualangan cinta yang manis dan kocak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langkah Baru di Jalan yang Lama
Bab 30: Langkah Baru di Jalan yang Lama
Rania menjalani hari-harinya dengan lebih fokus. Ia kembali menenggelamkan diri dalam pekerjaannya di pusat pengembangan diri bersama Tara. Namun, kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Tidak ada lagi kebingungan dalam dirinya. Ia merasa lebih mantap dan percaya diri untuk menjalani hidup dengan pilihannya sendiri.
"Ran, peserta kelas motivasi kita makin banyak. Gue sampai bingung nyari ruangan kosong," kata Tara suatu pagi sambil membawa daftar peserta baru.
"Kita bisa cari cara buat ekspansi, Tar. Gue udah ngobrol sama beberapa investor yang tertarik mendanai program kita," jawab Rania sambil menandatangani beberapa dokumen.
Tara mengangguk penuh semangat. "Keren! Gue nggak nyangka kita bisa sampai di titik ini."
Rania tersenyum. "Ini baru awal, Tar. Kita masih punya banyak mimpi yang harus diwujudkan."
---
Malam itu, setelah menyelesaikan pekerjaannya, Rania duduk di balkon rumahnya, menatap bintang-bintang yang bersinar terang. Ada perasaan damai yang mengalir dalam dirinya.
Ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Bintang:
"Terima kasih udah jadi bagian dari perjalanan gue. Gue harap kita bisa tetap jadi teman, meskipun jalannya beda."
Rania tersenyum dan membalas pesan itu:
"Selalu, Bintang. Semoga lo juga menemukan apa yang lo cari."
Tak lama setelah itu, ponselnya kembali berbunyi. Kali ini dari Adrian:
"Jangan lupa istirahat, ya. Gue selalu support lo dari jauh."
Rania tersenyum lagi. Adrian memang selalu tahu cara membuatnya merasa diperhatikan tanpa menekan.
---
Beberapa Minggu Kemudian
Rania dan Tara menghadiri sebuah konferensi nasional tentang pengembangan diri. Banyak tokoh penting hadir di sana, dan mereka mendapat kesempatan untuk berbicara di panggung utama.
"Kami percaya bahwa perubahan dimulai dari dalam diri. Tapi, perubahan itu membutuhkan dukungan dan lingkungan yang tepat. Itulah yang ingin kami ciptakan di sini," ujar Rania dengan penuh keyakinan dalam pidatonya.
Pidato Rania mendapat sambutan meriah. Banyak peserta yang datang untuk mengucapkan selamat dan berterima kasih atas inspirasi yang mereka berikan.
Di tengah keramaian itu, Rania melihat sosok yang tak asing. Bintang berdiri di dekat pintu masuk, tersenyum padanya.
"Lo datang?" tanya Rania ketika mereka akhirnya bertemu.
"Gue nggak mau ketinggalan momen penting dalam hidup lo," jawab Bintang.
Mereka berbicara sebentar, lalu Bintang pamit dengan janji untuk tetap berhubungan.
---
Keesokan Harinya
Rania duduk di sebuah kafe, menikmati waktu sendirinya. Ia menuliskan beberapa ide baru di buku catatannya. Tiba-tiba, seseorang duduk di depannya.
"Nggak keberatan kalau gue gabung?" suara Adrian membuat Rania tersenyum.
"Tentu aja nggak," jawabnya.
Mereka mengobrol ringan, berbagi cerita tentang kehidupan dan mimpi-mimpi mereka.
"Gue suka liat lo sekarang, Ran. Lo kelihatan lebih bahagia," kata Adrian.
"Gue juga ngerasa gitu. Akhirnya gue bisa berdiri di atas kaki sendiri," jawab Rania sambil tersenyum.
Adrian menggenggam tangannya sebentar. "Gue selalu ada buat lo, apa pun yang terjadi."
Rania tahu, meskipun jalannya mungkin berliku, ia tidak sendirian. Ada orang-orang yang mencintainya dan mendukungnya di setiap langkah.
"Terima kasih, Adrian. Gue nggak bisa minta lebih dari ini."
L-L-L-L
To be continued...
Perjalanan Rania masih panjang. Akankah ia menemukan cinta sejati di antara Bintang dan Adrian? Ataukah ia akan memilih jalan yang sama sekali berbeda?
