Menceritakan kisah perjalanan mc kita bernama shim wol untuk menjadi orang terkuat di murim dan mendapatkan julukan kaisar api
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Neraka dan perubahan
Cerita pun berlanjut, di sebuah wilayah terpencil di provinsi Anhui terjadi sebuah pembantaian massal yang dilakukan oleh kelompok kultus demon, kengerian terjadi di sana para penduduk desa di bantai tanpa ada ampun sedikit pun. Tanah yang sebelumnya terselimuti salju kini berubah menjadi lautan darah. Sang pemimpin kelompok berkata kepada para anggota nya, "kita lakukan ritual secepatnya sebelum orang-orang dari Aliansi Murim tiba."
Mereka pun melakukan ritual darah untuk mendapatkan demonic energi.
Selang beberapa hari setelah mereka melakukan ritual, seseorang dari Aliansi Murim yang sedang patroli menemukan tempat yang di jadikan tempat ritual itu.Orang itu sangat shock dengan apa yang di lihatnya. Tanah yang bersimbah darah dengan banyak nya tengkorak manusia yang tergeletak di tanah.
Pemandangan yang dilihat nya itu, layaknya sebuah neraka. Dengan wajah pucat dan kaki yang lemas, dia langsung pergi dari sana, dan melaporkan apa yang dia lihat kepada Aliansi.
Seminggu berlalu sejak ritual itu dilakukan, kabar tentang pembantaian dan ritual mengerikan yang dilakukan oleh kultus demon mulai tersebar luas. Desas-desus itu menjadi topik hangat di mana-mana, hingga akhirnya sampai ke telinga Shim Wol. Saat itu, Shim Wol sedang duduk di sebuah bar untuk melepas penat. Ia mendengar obrolan dari meja sebelah, sekelompok orang tengah membahas tentang kengerian di provinsi Anhui.
“Aku dengar seluruh desa itu musnah tanpa tersisa. Tidak ada satu pun yang selamat,” kata salah satu dari mereka dengan nada takut.
“Bukan hanya itu, katanya ada lingkaran ritual besar di sana. Mereka membakar semua korban sebagai persembahan!” tambah yang lain.
Shim Wol diam-diam mendengarkan, namun tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dalam hatinya, ia tahu bahwa kejadian itu lebih dari sekadar rumor. Kabar ini menyiratkan kembalinya kekuatan kultus demon, sesuatu yang pasti akan mengacaukan keseimbangan dunia.
Di tempat lain, Aliansi Murim tidak tinggal diam. Mereka segera mengadakan pertemuan darurat, mengundang seluruh petinggi dari 9 sekte besar dan 5 keluarga besar ke Kastil Cahaya di Provinsi Jiangshu. Pertemuan semacam ini tidak pernah terjadi selama 20 tahun terakhir, dan fakta bahwa hal ini terjadi menunjukkan betapa seriusnya ancaman yang sedang dihadapi.
Berita tentang pertemuan besar itu menyebar dengan cepat, menarik perhatian pendekar dari seluruh dunia. Kota tempat Kastil Cahaya berada menjadi tiga kali lebih ramai dari biasanya, dengan keamanan yang diperketat di setiap sudut jalan. Shim Wol, yang juga mendengar kabar tentang pertemuan itu, memutuskan untuk berjalan-jalan di kota untuk melihat suasana yang berbeda dari biasanya.
Saat sedang berjalan, ia bertemu dengan Kim Hoo di tengah jalan. “Hei, Shim Wol! Kau juga mendengar tentang pertemuan besar itu, bukan?” sapa Kim Hoo dengan santai sambil tersenyum lebar.
Shim Wol hanya mengangguk. “Ya, sepertinya seluruh dunia memperhatikan kota ini sekarang.”
Kim Hoo tertawa kecil. “Tentu saja! Pertemuan besar seperti ini biasanya diikuti oleh hal-hal yang menarik. Kau tahu, ayahku bilang ini adalah awal dari sesuatu yang besar. Sebuah badai yang tidak bisa dihentikan.”
Shim Wol menatap Kim Hoo dengan heran. “Badai? Maksudmu apa?”
Kim Hoo menepuk pundak Shim Wol sambil tersenyum penuh arti. “Kau akan segera mengetahuinya. Ayo kita ke bar, aku ingin menjelaskan sambil minum-minum.”
Meski awalnya ragu, Shim Wol akhirnya mengikuti Kim Hoo ke bar. Di sana, sambil menikmati anggur, Kim Hoo mulai menceritakan apa yang ia ketahui. “Kultus demon bukan hanya masalah kecil. Kembalinya mereka, ditambah meningkatnya kekuatan fraksi unortodoks, adalah alasan utama pertemuan ini diadakan. Menurut ayahku, perang besar akan terjadi. Tidak lama lagi.”
Shim Wol terdiam, mencoba mencerna kata-kata Kim Hoo. Firasatnya berkata bahwa Kim Hoo tidak hanya bercanda. Kata-kata itu membawa beban yang nyata, seolah menggambarkan masa depan yang suram dan penuh kekacauan.
Beberapa hari kemudian, berita tentang persiapan pertemuan besar di Kastil Cahaya terus menyebar. Shim Wol menyadari bahwa kota tempat ia tinggal kini berubah menjadi pusat perhatian, dengan banyak pendekar dari berbagai sekte dan keluarga besar yang mulai berdatangan. Para pendekar itu membawa aura yang kuat, masing-masing menunjukkan keahlian dan kekuatan unik mereka.
Shim Wol langsung berpikir keras tentang bagaimana perang besar itu akan berlangsung. Ia kemudian berkata kepada Kim Hoo, “Memangnya tidak ada cara untuk mencegah perang besar ini terjadi?”
Kim Hoo terdiam sejenak, lalu menjawab, “Aku tidak tahu. Tapi kata ayahku, Fraksi Unortodoks tidak mungkin mau diajak bernegosiasi.”
Jawaban itu membuat Shim Wol semakin termenung. Ia mencoba memikirkan langkah apa yang sebaiknya ia ambil. Saat itu, ia teringat akan tawaran untuk menjadi bagian dari Aliansi Murim. Namun, Shim Wol sadar bahwa keputusan sebesar itu tidak bisa diambil dengan terburu-buru.
Waktu pun berlalu, dan tibalah saatnya pertemuan terbesar Aliansi Murim digelar. Seluruh klan besar dan keluarga terpandang berkumpul di Provinsi Jiangshu. Shim Wol, yang dipenuhi rasa penasaran, memutuskan untuk mengamati suasana di depan gerbang Kastil Cahaya, tempat pertemuan itu berlangsung.
Ia melihat para patriark dari berbagai klan dan sekte besar tiba satu per satu. Pengawalan di sana sangat ketat, hingga seekor semut pun tampaknya tidak akan mampu menerobos masuk. Gerbang Kastil Cahaya dijaga oleh ahli-ahli seni bela diri yang berpengalaman dan tangguh. Setelah semua perwakilan memasuki kastil, pertemuan dimulai tanpa banyak basa-basi.
Di dalam aula besar yang megah, lima belas kursi telah disiapkan. Masing-masing kursi diperuntukkan bagi sembilan sekte besar, lima keluarga besar, dan kursi terakhir ditempati oleh Pemimpin Aliansi.
Pemimpin Aliansi membuka pertemuan dengan berkata, “Aku berterima kasih kepada kalian semua yang telah hadir dalam pertemuan ini.”
Namun, suasana berubah ketika Patriark Klan Namgong, Namgong Hyun Woo, berkata dengan nada meremehkan, “Apa perlu seheboh ini hanya untuk menghadapi tikus-tikus yang muncul kembali?”
Ucapan itu segera diladeni oleh Patriark Klan Moyong, Moyong Hyejin. “Jika kau menyebut mereka tikus, tidak mungkin sebuah aliansi sebesar ini dibentuk hanya untuk membunuh tikus!” Moyong Hyejin, yang merupakan satu-satunya patriark perempuan dari lima keluarga besar, tampak tidak senang dengan komentar itu.
Patriark Sekte Wudang, Kim Taeyang, tertawa kecil sebelum berkata, “Patriark Moyong benar. Mereka terlalu besar dan kuat untuk disebut sebagai tikus.”
Penasihat militer, Jegal Rawon, lalu menengahi. “Saya mohon agar kita lebih serius menanggapi hal ini. Sekte Bulan Bintang dan sebuah desa telah menjadi korban. Jika kita tidak bertindak, tragedi seperti ini akan terus berlanjut sesuai rencana mereka.”
Pemimpin Aliansi mengangguk setuju. “Penasihat benar. Pertemuan ini akan menentukan nasib jutaan orang. Kita tidak boleh menganggap enteng masalah ini.”
Setelah suasana menjadi hening, Patriark Klan Feng, Feng Shisui, mengusulkan sebuah ide. “Aku punya usulan: kita bentuk tim khusus untuk menangani kemunculan kultus demon.”
Jegal Rawon menanggapi, “Tim seperti apa yang kau maksud?”
Feng Shisui menjawab, “Tim dengan anggota yang sedikit, tetapi setiap orang harus memiliki kekuatan setara ratusan atau bahkan ribuan prajurit biasa.”
Namgong Hyun Woo langsung menyela dengan nada sombong, “Kalau begitu, aku ingin anak-anak dari Klan Namgong masuk dalam tim itu. Mereka cukup kuat untuk menghadapi siapa pun.”
Pemimpin Aliansi menanggapi dengan tegas, “Jika kita membentuk tim seperti ini, kita harus memilih orang-orang dengan pengalaman dan kekuatan yang cukup. Jika kita mengirimkan sembarang orang, mereka hanya akan menjadi mangsa empuk. Patriark Feng, aku ingin Anda memimpin tim ini. Saya akan memilih orang-orang yang sesuai untuk bergabung. Apakah ada yang keberatan?”
Semua patriark setuju dengan keputusan itu. Setelah itu, Jegal Rawon mengalihkan topik pembicaraan ke masalah Fraksi Unortodoks yang semakin mengganas. Ia berkata, “Ada satu hal lagi yang perlu kita lakukan: memenangkan perang melawan Fraksi Unortodoks.”
Namgong Hyun Woo kembali menyela dengan percaya diri. “Serahkan pada Klan Namgong! Aku pastikan mereka akan dimusnahkan.”
Tidak ada yang menanggapi pernyataan Namgong Hyun Woo. Sebagian patriark berpikir bahwa setidaknya Klan Namgong cukup kuat untuk memukul mundur Fraksi Unortodoks.
Setelah berbagai pembahasan penting, pertemuan pun selesai. Semua patriark segera meninggalkan Provinsi Jiangshu untuk kembali ke wilayah mereka masing-masing. Mereka tidak ingin wilayah mereka menjadi sasaran serangan mendadak karena absennya kekuatan besar para patriark.
Satu bulan telah berlalu sejak pertemuan besar Aliansi Murim berlangsung. Dalam kurun waktu itu, Shim Wol akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran dari Jegal Rawon dan bergabung dengan Aliansi Murim. Keputusan itu membuka jalan baginya untuk menghadapi konflik yang kian memanas di dunia Murim.
Pemimpin Aliansi Murim segera membentuk tim khusus yang ditujukan untuk mencegah kebangkitan Kultus Demon. Tim ini diisi oleh individu-individu berbakat dengan kemampuan seni bela diri yang luar biasa. Nama Shim Wol, yang masuk dalam daftar rekomendasi Jegal Rawon, menarik perhatian pemimpin Aliansi.
Di ruang pribadinya, pemimpin Aliansi memanggil Jegal Rawon untuk berdiskusi tentang Shim Wol. Mendengar bahwa Shim Wol adalah murid dari Ma Dong Sik, si Pedang Api Pengelana, pemimpin Aliansi tampak terkejut. Ia segera memutuskan untuk mengundang Shim Wol ke ruangannya.
Keesokan harinya, Shim Wol datang memenuhi panggilan itu. Saat memasuki ruangan, ia memberikan hormat dan berkata, “Saya Shim Wol dari desa Shuiyuan. Suatu kehormatan bisa bertemu langsung dengan pemimpin Aliansi Murim.”
Pemimpin Aliansi mempersilakan Shim Wol duduk, dan seorang pelayan datang menyajikan secangkir teh hangat. Suasana terasa formal, namun tidak tegang.
“Shim Wol,” tanya pemimpin Aliansi, “apa benar kamu adalah murid dari Pedang Api Pengelana?”
Shim Wol mengerutkan kening, merasa bingung. Ia bertanya-tanya siapa yang dimaksud. Dengan ragu, ia menjawab, “Maaf, tapi saya tidak tahu siapa yang Anda maksud. Bisakah Anda memberi tahu saya tentang Pedang Api Pengelana itu?”
Pemimpin Aliansi menarik napas panjang sebelum berkata, “Jadi, dia tidak pernah menceritakan apapun kepadamu, ya? Baiklah, aku akan memberitahumu.”
Shim Wol mengangguk, lalu menyimak dengan penuh perhatian. Pemimpin Aliansi mulai menjelaskan:
“Ma Dong Sik, si Pedang Api Pengelana, adalah temanku. Kami bertemu untuk pertama kalinya di Provinsi Hunan, di sebuah jalan yang dikuasai oleh bandit. Saat itu, kami memiliki tujuan yang sama: menyingkirkan para bandit agar jalan itu aman kembali. Kami bertarung bersama, dan sejak saat itu kami menjadi teman.
Kami mengembara bersama selama sepuluh tahun. Aku dijuluki Naga Pengembara, sementara Ma Dong Sik dikenal karena teknik pedangnya yang khas, Teknik Pedang Api. Namun, setelah sepuluh tahun, aku memutuskan untuk berhenti mengembara dan menetap di Jiangshu. Aku akhirnya menjadi pemimpin Aliansi Murim. Setelah itu, aku tidak pernah bertemu dengannya lagi.”
Pemimpin Aliansi menghela napas sebelum melanjutkan, “Ciri khasnya adalah teknik pedang api yang hanya dia gunakan. Dari teknik itu, aku langsung tahu bahwa kau adalah muridnya.”
Shim Wol merasa lega mendengar cerita itu. Akhirnya, misteri tentang gurunya yang selama ini menyelimuti pikirannya sedikit demi sedikit terungkap.
Pemimpin Aliansi lalu bertanya, “Bolehkah aku tahu di mana Ma Dong Sik sekarang?”
Pertanyaan itu membuat Shim Wol diam dan air matanya mulai mengalir. Kenangan tentang sang master kembali membanjiri pikirannya. Melihat reaksi itu, pemimpin Aliansi pun mengerti. Ia berkata dengan nada penuh pengertian, “Begitu, ya... Setidaknya, dia telah mewariskan tekad dan kekuatannya kepadamu. Jadilah kuat, Shim Wol. Buatlah gurumu bangga, meskipun dia tidak lagi di sini.”
Shim Wol mengangguk sambil mengelap air matanya. Ia menjawab dengan suara mantap, “Ya, saya akan berjuang.”
Setelah suasana kembali tenang, pemimpin Aliansi mengalihkan topik pembicaraan. Kini ia mengajukan permintaan penting kepada Shim Wol. “Shim Wol, ada satu hal yang aku minta darimu,” katanya.
“Apa itu?” jawab Shim Wol, siap mendengar.
Pemimpin Aliansi menjelaskan rencananya untuk membentuk tim khusus. Ia ingin Shim Wol menjadi bagian dari tim tersebut, sebuah kehormatan sekaligus tanggung jawab besar. Tanpa ragu, Shim Wol menyetujui permintaan itu.
Langkah pertama menuju perjuangan melawan Kultus Demon telah dimulai.
oh iya tolong bantu karya ku ya bg
terima kasih