Jika benar yang dikatakan jodoh adalah cermin diri, bolehkah aku meminta mendapatkan jodoh yang lebih dari diriku?, karena aku adalah insan yang fakir ilmu,aku ingin mendapatkan seorang imam yang bisa menuntunku sampai ke surga Nya nanti.
pernikahan selalu di ibaratkan sebuah kapal, keselamatan penumpangnya di gantungkan pada Nahkoda nya, mampukah Nahkoda nya membawa kapalnya selamat hingga ke dermaga yang di tuju?.
Lalu bagaimana jadinya jika sebuah pernikahan yang terjadi karena sebuah keterpaksaan karena sebuah permintaan? apakah pernikahan itu akan bertahan? sedangkan yang berada di dalam nya tak saling kenal?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
" Ra kamu kenapa?" tanya Sasa panik saat melihat wajah Kiara yang memerah dan juga terlihat Kiara seakan sulit bernafas.
" Sa...to.. tolong ambilkan obat aku Sa,di laci nakas" ucap Kiara yang baru saja keluar dari kamar mandi,ia habis membasuh wajahnya dan berganti pakaian.
" Ya Tuhan Ara, sebenarnya kamu kenapa? Tunggu sebentar ya aku ambilkan" ucap Sasa panik.
Sasa mengobrak-abrik isi nakas Kiara,tapi ia tak juga menemukan obat apapun" Ra ga ada obat apapun Ra di laci nakas kamu " ucap Sasa, wajahnya semakin panik,saat melihat wajah Kiara yang semakin memerah,Bahakan bibirnya terlihat sedikit membiru.
" Sa... To-to-long...pe-san-kan tak-si" pinta Kiara dengan suara terputus-putus.
Hal itu semakin membuat Sasa panik,dengan segera ia mengambil ponsel Kiara,membuka kuncinya menggunakan jari Kiara dan menghubungi seseorang.
📱-" Ha- halo..kak...tolongin Ara kak, please ke asrama sekarang,bawa mobil kak" ucap Sasa panik.
Di lain tempat...
Seseorang yang baru saja menerima telepon menjadi tak kalah panik, seseorang tersebut langsung menyambar jaketnya dan kunci mobil, meninggalkan kamarnya dan berlari menuruni tangga.
" Kamu mau kemana lagi bang? malam-malam begini? lari-larian begitu lagi" tanya sang mama heran.
" Abang mau ke asrama Kiara ma,barusan Sasa telfon,nanti Abang telfon mama " jawab Irwan cepat,ya orang yang Sasa telfon adalah Irwan,hanya nama itu yang muncul dalam ingatan Sasa.
Irwan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi,ia Bahkan melewati lampu merah,melanggar lalu lintas, membuatnya beberapa kali terkena makian orang,tapi Irwan tak perduli itu, yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya agar ia segera sampai di asrama Kiara.
Tin
Tin
Tin
" Pak... tolong buka gerbang nya,teman saya di lantai xx kamar no xx membutuhkan bantuan" ucap Irwan sedikit berteriak dari dalam mobil nya.
Kedua satpam yang berjaga sudah mengenal siapa Irwan,salah satu putra keluarga terpandang, walaupun seandainya papanya bukan walikota pun orang-orang mengenal keluarga mereka,terlebih saat ini papanya menjabat sebagai walikota bahkan sudah dua periode.
" Ada apa den? " tanya satpam tersebut heran, masalahnya wajah Irwan terlihat begitu panik.
Irwan tak menjawab, ia terlihat tengah fokus pada layar ponsel nya, menghubungi seseorang, sedangkan sang satpam masih berdiri di samping mobilnya, menunggu pemuda itu selesai dengan ponselnya.
📱- Halo Sa...gue di depan ini,ada apa?" tanya Irwan cepat saat panggilan nya tersambung dan mendapatkan jawaban dari sebrang.
[.......]
📱-" Ok gue ke sana sekarang, bareng satpam,Lo cepetan bersiap,Ara juga, jangan lupa hijab nya" jawab Irwan cepat,ia bahkan tak lupa mengingatkan pada Sasa untuk memastikan Kiara menggunakan hijab nya.
setelah mendapatkan jawaban dari Sasa,Irwan langsung memutuskan panggilan nya,ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana pendek nya,Irwan memang hanya memakai celana santai di bawah lutut,tapi justru ia terlihat semakin keren.
" Pak.. tolong temani saya ke lantai dua kamar no xx,teman saya sakit dan harus segera di bawa ke rumah sakit " ucap Irwan pada satpam.
" Astaga den,ayo cepetan,jangan sampai terjadi sesuatu " jawab satpam itu ikutan panik.
Irwan berlari cepat,memasuki lobby asrama,menaiki tangga menuju lantai dua, sesampainya di lantai dua,ia mengikuti sang satpam yang menunjukkan kamar yang ingin mereka tuju,asrama sudah terlihat sepi,sebab sudah pukul 22.30 malam.
" Ini den kamarnya" ucap satpam tersebut.
" Sa...ini gue,buka pintunya " perintah Irwan cepat,seraya mengetuk pelan pintu,biar bagaimanapun mereka mencoba tidak terlalu ribut,agar tidak menggangu penghuni lainnya.
Cklek...
" Kak...ayo,Ara udah pingsan kayaknya" ucap Sasa sesenggukan seraya memapah tubuh ramping Kiara.
" Astaga... neng cantik kenapa?" tanya satpam tersebut terkejut.
Sedangkan Irwan tak lagi bertanya,ia langsung menyambar tubuh Kiara dan menggendongnya ala bridal style,membawa Kiara menuju tangga,Irwan bahkan berjalan cepat, setengah berlari.
" Ara kenapa Sa?" tanya Irwan saat mereka keluar dari lobby asrama,Irwan berjalan menuju mobilnya.
Sasa dengan sigap langsung membuka pintu mobil bagian belakang,ia lebih dulu masuk agar Irwan bisa meletakkan Kiara di mobil dan ia lah yang akan memangku kepala Kiara.
" Aku ga tau kak,tadi pas dia pulang aku sedang bicara dengan keluarga aku di balkon,pas aku masuk ke dalam aku lihat Ara keluar dari kamar mandi dan wajahnya memerah gitu,dia minta tolong ambilkan obat di laci nakas,tapi obatnya ga ada, mungkin Ara lupa kalau obatnya habis,atau dia lupa di mana nyimpan nya" jawab Sasa bercerita singkat.
Irwan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sesaat setelah meninggalkan asrama, mereka bahkan melupakan satpam yang membantu mereka,akibat terlalu panik.
" Dari bibirnya yang kelihatan membiru,apa mungkin dia keracunan Sa? Dia ada makan apa ?" tanya Irwan seraya terus fokus mengemudikan mobilnya.
Ponselnya beberapa kali berdering,tapi Irwan tak perduli,ia tau itu pasti sang mama,tapi ia harus cepat tiba di rumah sakit,dalam hati ia hanya meminta maaf pada sang mama dan setelah tiba di rumah sakit ia akan langsung menghubungi sang mama.
" Aku ga tau kak,tadi dia pergi ke cafe almarhum Abang nya katanya,jadi aku ga tau apa yang Ara makan saat di sana, karena aku ga ikut,kata Ara ada sesuatu hal penting" Jawab Sasa,Kiara memang tak mengatakan bahwa ia mengunjungi keluarga Al,bahkan ia meminta pada Al untuk menjemputnya di central cafe.
Irwan menghentikan mobilnya tepat di depan pintu unit gawat darurat salah satu rumah sakit terbesar di kota tersebut,rumah sakit yang jaraknya terdekat dengan asrama.
" Dok tolong tangani teman saya" ucap Irwan cepat,seraya menggendong kiara, bahkan ia sedikit berteriak,Sasa mengikutinya dari belakang.
Beberapa perawat langsung mendorong ranjang pasien dan memerintahkan kepada Irwan agar meletakkan Kiara di atas ranjang tersebut, mereka dengan cepat mendorong Kiara ke ruang unit gawat darurat.
" Tolong tunggu di luar,kami akan mengusahakan yang terbaik" ucap seorang perawat.
Sampai di dalam Seorang dokter muda langsung menuju ranjang Kiara dan melakukan pemeriksaan, pertama-tama memeriksa detak jantung dan nadi nya,baru setelah nya di lanjutkan dengan yang lainnya, sedangkan beberapa perawat bersiap memasang kan jarum infus ke tangan Kiara.
Di kursi tunggu,Sasa dan Irwan terlihat sangat khawatir, keduanya tak henti-hentinya mondar-mandir di depan pintu UGD.
Irwan mengambil ponselnya saat merasakan getaran, yang ternyata lagi-lagi sang mama yang menelfon nya,ia baru teringat belum menghubungi sang mama.
📱- " Halo ma..Abang di rumah sakit,Kiara tiba-tiba pingsan,Abang sama Sasa lagi nunggu kabar dari dokter" ucap Irwan menerangkan pada sang mama.
📱[......]
📱-" Ia ma ...nanti akan Abang kabari lagi,mama istirahat aja,udah malam" jawab Irwan lembut pada sang mama.
Irwan mengakhiri pembicaraan nya,menutup panggilan dan menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celana nya.
Tak lama kemudian pintu ruangan UGD terbuka, menampilkan seseorang yang mereka yakini adalah dokter.
" Keluarga pasien?" tanya nya pada Irwan dan Sasa.
" Iya dok,kami teman nya,kami yang membawanya ke rumah sakit" jawab Irwan cepat, sedangkan Sasa mengangguk.
" Pasien terkena alergi, sepertinya ada sesuatu makanan yang tidak boleh di konsumsi, sehingga terjadi seperti itu,untung kalian tidak terlambat membawanya ke rumah sakit, sehingga kita masih bisa menyelamatkan nyawa nya, sedikit lagi terlambat maka kemungkinan nyawanya tidak tertolong, karena ia kesulitan bernafas" ucap dokter tersebut.
" Apakah kalian tidak mengetahui bahwa teman kalian itu memiliki alergi pada suatu makanan? Sehingga bisa sampai kecolongan seperti ini? Jujur saja kejadian seperti ini sangat berbahaya" tambah dokter itu lagi.
" Kami baru beberapa bulan dekat dok,saya satu kamar dengan teman saya itu di asrama,tadi dia pergi ke cafe katanya,tapi saya tidak ikut dok,jadi saya juga tidak tau apa yang di makan di cafe itu oleh teman saya itu " jawab Sasa merasa sangat menyesal dengan kejadian tersebut.
Sang dokter mengaguk paham, dokter muda itu memaklumi jika hal tersebut sampai terjadi dan teman Kiara tidak tau, karena selain mereka baru saling mengenal dan juga Sasa tidak bersama Kiara saat Kiara pergi.
" Tolong tanyakan pada temannya makanan apa yang membuat ia alergi dan kedepannya tolong di ingatkan pada temannya agar lebih hati-hati saat makan di luar" nasehat sang dokter.
" Baik Dok, apakah kami sudah boleh menemui teman kami dok?" tanya Irwan.
" Sebentar lagi pasien akan di pindahkan ke ruangan perawatan,kalian bisa menemaninya di sana,saat ini pasien juga belum sadarkan diri,tapi kalian tenang saja, karena pasien sudah melewati masa kritis nya" jawab sang dokter.
" Baik Dok, terimakasih atas bantuannya " ucap Sasa sopan.
" Itu memang sudah menjadi tugas saya, kalau begitu saya permisi, tolong jaga temannya " ucap sang dokter.
" Baik Dok " jawab Sasa dan Irwan bersamaan.
Dokter tersebut tersenyum dan melangkah meninggalkan ruangan tersebut,tak berselang lama pintu UGD terbuka, menampakkan perawat yang mendorong ranjang pasien dengan Kiara yang berada di atasnya, mereka menuju ruang perawatan,dengan cepat Sasa dan Irwan mengikutinya.