Airin dan Assandi adalah pasangan suami istri yang saling dijodohkan oleh kedua orang tuanya dari kecil. Namun Assandi sangat tidak suka dengan perjodohan ini. Dia merasa ini adalah paksaan untuk hidupnya, bahkan bisa bersikap dingin dan Kasar kepada Airin. Namun Airin tetap sabar dan setia mendampingi Assandi karena dia sudah berjanji kepada orang tuanya untuk menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Akankah Airin sanggup bertahan selamanya? Ataukah Assandi akan luluh bersama Airin? Atau malah rumah tangga mereka akan retak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DewiNurma28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pekerjaan
Tok...
Tok...
Tok...
Airin terbangun setelah mendengar suara pintu penginapannya terketuk.
Dia berjalan menuju pintu tersebut untuk melihat siapa yang datang mengunjunginya.
Ceklekk...
Ada dua orang polisi yang datang menemuinya. Airin mengeryit bingung, dia lupa jika kemarin telah mengadukan pencurian ke kantor polisi.
"Selamat pagi nona." Sapa salah satu polisi itu.
Airin mengangguk, "Selamat pagi pak."
"Apa ini betul tas yang Nona cari?"
Polisi itu menunjukkan tas milik Airin.
"Iya pak benar ini milik saya."
Airin menerimanya dengan senang hati. Dia memeluk tasnya itu dan melihat apakah uangnya masih ada di dalam atau tidak.
"Loh kok kosong pak?" Tanya Airin kebingungan.
Karena semua barang yang ada di tasnya sudah lenyap seketika.
"Maaf Nona, kami tidak berhasil menemukan pencurinya. Tapi kami menemukan tas itu di dekat kanal kota." Jelas polisi itu.
Airin menunduk sedih, uangnya benar-benar hilang tidak tersisa. Kini dirinya harus berjuang hidup sendiri di negeri orang.
"Kalau begitu kami permisi Nona Airin."
Airin mengangguk lemah, "Iya pak, terima kasih sudah membantu saya."
Dia berjalan naik ke tempat tidur, merenungi nasibnya kedepan di negeri orang.
"Kenapa orang itu jahat sekali, mengambil barang orang lain yang bukan miliknya." Gumamnya.
Dia mengusap air mata yang menetes membasahi wajahnya.
Airin baru ingat, jika Assandi menghubunginya berulang kali ketika dia akan berangkat kesini.
Dia membuka ponselnya dan melihat riwayat panggilannya. Disana banyak nama Assandi yang menghubunginya hingga dua puluh kali.
Airin terenyuh menatap suaminya itu mencoba menghubunginya.
Karena memang sebelum dia pergi, dirinya tidak bertemu dengan Assandi hanya untuk sekedar berpamitan.
Sebab suaminya itu telah menghilang setelah mengucapkan pengakuannya.
Tapi kemarin dia terkejut jika suaminya masih peduli terhadap dirinya yang akan pergi meninggalkannya.
"Aku rindu mas, baru sehari pergi meninggalkanmu." Gumam Airin lagi.
Dia memeluk ponselnya yang menampilkan foto Assandi yang sedang tersenyum. Foto itu dia ambil secara diam-diam tanpa sepengetahuan Assandi saat berada di luar bersama Rosy.
Airin mengusap air matanya, dia bangkit dari duduknya untuk keluar mencari pekerjaan.
Meski masih banyak bahan makanan dan camilan di kulkas. Tapi dirinya juga membutuhkan pekerjaan untuk bertahan hidup disana.
Airin keluar memakai jaket dan sepatunya. Dia berjalan menuju hotel yang memasang pengumuman lowongan kerja.
Airin berjalan masuk ke dalam loby hotel. Dia menuju meja resepsionis untuk menanyakan apakah lowongan kerja itu masih tersedia atau tidak.
"Permisi, apakah lowongan yang terpasang disana masih ada?"
Petugas resepsionis itu mengangguk, "Oh iya, kita masih banyak membutuhkan karyawan."
"Apakah saya boleh melamar? Tapi ijazah saya hanya tamatan sekolah menengah pertama."
"Tunggu sebentar, akan saya tanyakan kebagian personalia."
Airin mengangguk, "Baik."
Dia melihat-lihat suasana di dalam loby hotel itu. Matanya berbinar karena ini adalah hotel mewah yang banyak dikunjungi para artis di negeri ini.
Airin sangat senang jika bisa diterima bekerja disini. Dia akan menerima ditempatkan di bagian apa saja.
"Nona, silahkan langsung saja melamar dan berikan dokumen anda di bagian personalia."
"Oh, jadi boleh?"
"Iya diperbolehkan, jika lolos anda akan dipanggil."
"Baiklah, kalau begitu saya akan kembali lagi mengambil semua dokumen yang diperlukan."
Airin berlari kembali menuju penginapannya. Untung saja jarak antara hotel itu dan penginapannya tidaklah jauh.
Sehingga dirinya tidak perlu menaiki kendaraan umum untuk bolak balik kesana.
Airin mengumpulkan semua berkas yang sudah dia bawa. Dia sangat beruntung karena dokumen penting miliknya sudah lengkap dimasukkan ke dalam koper.
Sehingga dirinya dengan mudah bisa mengumpulkan semua dokumen itu.
Airin segera berlari kembali ke hotel. Dia menuju ruangan personalia untuk melakukan interview secara langsung.
Jantung Airin berdegup kencang, karena ini pertama kalinya bagi Airin melamar pekerjaan.
"Nona Airin, silahkan masuk."
Namanya terpanggil masuk untuk memulai interview.
"Silahkan duduk."
"Baik bu."
"Perkenalkan saya Cristina yang akan melakukan interview kepada karyawan baru."
Airin mengangguk deg-degan, "Baik bu."
"Mohon maaf sebelumnya, sebenarnya kamu tidak masuk sesuai kriteria sebagai staff yang berada di kantor."
"Tapi kami juga membutuhkan petugas kebersihan hotel. Apakah kamu bersedia untuk bekerja di bagian ini?"
Airin mengangguk mantab, "Iya saya bersedia, saya tidak apa-apa mau ditempatkan dibagian apa saja."
"Baiklah kalau begitu, sekarang kamu bisa bekerja."
"Sekarang bu?"
"Iya, sekarang. Karena kami membutuhkan cepat petugas kebersihan."
Airin sangat senang, ternyata mendapat pekerjaan tidak sesulit yang dia bayangkan.
"Baiklah bu, saya akan bekerja sebaik mungkin."
"Iya, terima kasih. Silahkan kamu keluar dan ke ruang ganti. Nanti akan diantar oleh sekretaris saya."
Airin mengangguk, "Terima kasih banyak bu."
Dia kemudian berjalan keluar ruangan personalia menuju ruang ganti.
Disana sudah banyak karyawan yang baru datang dan berganti seragam kerja.
Airin tersenyum ramah menyapa mereka semua. Tetapi mereka tidak ada yang membalas senyuman dari Airin satupun.
Dia menjadi malu karena tidak terbiasa dengan keadaan disini.
"Ini adalah loker anda nona Airin." Ucap sekretaris personalia.
Airin mengangguk, "Terima kasih bu."
"Baiklah kalau begitu saya permisi. Semoga anda betah bekerja disini."
Perempuan itu berbalik meninggalkan Airin dengan keadaan canggung.
Apalagi sekarang semua orang yang ada disana menatapnya sinis.
Airin merasa tidak enak dengan mereka, sebab kehadirannya membuat mereka menatapnya seperti itu.
"Wah ada anak baru." Ucap perempuan berambut pendek sebahu.
"Berasal darimana dia? Sepertinya bukan warga sini." Sahut perempuan berambut panjang sepunggung.
Airin menunduk tidak nyaman, cara bicara mereka seperti teman-temannya di sekolah.
Teman-teman yang selalu membully dirinya tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Em, perkenalkan saya Airin. Karyawan baru disini." Ucap Airin memperkenalkan diri.
Mereka semua hanya diam tidak menjawab perkenalan diri darinya.
Airin mengehela napas pelan, dia kemudian berjalan menghampiri mereka untuk bersalaman.
Tetapi mereka semua menghindar dan pergi keluar untuk melakukan pekerjaan.
Airin menatap mereka bingung, "Kenapa ya mereka?"
Dia kemudian mengikuti kemana arah mereka bekerja.
Airin mengambil peralatan kerjanya sebagai petugas kebersihan.
Dia mengikuti para seniornya itu untuk membersihkan kamar hotel lantai dua.
Airin berjalan menghampiri perempuan berambut ikal sebahu. Dia mencoba menanyakan sesuatu kepadanya.
"Maaf Kak Noona." Panggil Airin dengan melihat id card di dada perempuan itu.
Perempuan bernama Noona itu hanya meliriknya sekilas. Dia kemudian kembali membersihkan kamar hotel dengan menyalakan Vacum cleaner.
"Em, maaf kak. Saya boleh bertanya?"
Noona masih diam, dia sibuk dengan kegiatannya itu.
"Saya harus memulainya dari mana ya untuk melakukan pekerjaan ini?" Sambung Airin.
Brakkk...
Airin terkejut mendengar suara dari vacum cleaner yang di banting Noona.
"Kamu itu bukan anak kecil lagi ya!! Terserah kamu mau membersihkan yang sebelah mana dulu. Jadi, jangan pernah menggangguku lagi." Tegas Noona.
Airin mengangguk pelan, dia kemudian berjalan keluar dan memasuki kamar sebelah. Disana dia terkejut dengan kamar yang begitu berantakan.
Selimut berada di lantai, bantal berada di atas meja, dan bau kamar mandi yang menyengat.
Airin rasanya ingin muntah memasuki kamar hotel itu. Tapi dia akan berusaha membersihkannya sebaik mungkin.
Setelah hampir satu jam dia membersihkan kamar itu. Tamu yang menempati datang menyapanya.
Dia seorang pria paruh baya bersama kedua temannya yang seusia.
"Wah rapi sekali, dan harum juga." Ucap pria berambut putih.
Airin tersenyum ramah, "Kamar sudah bersih, semoga istirahat anda menyenangkan."
Mereka bertiga tersenyum senang karena melihat kamar yang sudah cantik kembali.
Airin berpamitan untuk melanjutkan pekerjaannya. Namun, salah satu dari mereka mencegahnya.
"Tunggu dulu. Ini ada tips untuk kamu."
Pria berambut putih itu memberkan seratus dolar kepada Airin.
Dia terkejut karena mendapat uang sebanyak itu dari orang yang tidak dikenalnya.
"Em, maaf pak, terima kasih atas tipsnya. Lebih baik anda simpan kembali saja. Saya ikhlas membersihkannya."
"Sudahlah, jangan sok menolak begitu. Ini terima saja, tanda terima kasih dari kami."
Airin menerima uang tips itu dengan senang hati. Dia menunduk mengucapkan terima kasih kepada mereka.
Setelah itu dirinya kembali membersihkan kamar selanjutnya.
Dari sebelah Noona mendengar jika Airin mendapatkan tips sebanyak itu.
Dia merasa iri dengan Airin karena tidak pernah mendapatkan tips selembar pun dari para tamu hotel.
Tangannya mengepal melihat punggung Airin yang sudah menghilang masuk ke kamar selanjutnya.
Kisah cinta yang cuek tetapi sebenarnya dia sangat perhatian.
Alurnya juga mudah dipahami, semua kata dan kalimat di cerita ini ringan untuk dibaca.
Keren pokoknya.
The Best 👍