Membunuh istri seorang Mafia???
Begitulah yang terjadi pada Disha si reporter Indonesia saat berada di kapal pesiar. Dia terjebak dalam situasi sulit ketika dia terpergok memegang sebuah pistol dengan jasad wanita di depannya yang merupakan istri tercinta dari seorang mafia bernama Noir Mortelev.
Mafia Rusia yang terkenal akan hati dingin, dan kejam. Mortelev adalah salah satu diantara para Mafia yang berdarah dingin, dan Noir merupakan keturunan dari Mortelev sendiri.
Kejadian di kapal pesiar sungguh membuat Disha hampir mati di tangan Noir saat pria itu ingin membunuhnya setelah mengetahui kematian istrinya, namun dia bersumpah akan membunuhnya secara perlahan lewat siksaan batin dan jeratan pernikahan.
“Akan aku berikan neraka untukmu sebagai balasan kematian istri dan anakku yang belum lahir. You understand!”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AM'sLL — BAB 10
PERINTAH NOIR
Semalaman Noir berada di ruangannya, merenung dan melepaskan emosinya. Hingga dia baru saja selesai menyegarkan tubuhnya dan kini ia hanya mengenakan jubah tidurnya berwarna hitam dan bergaris merah maron.
Noir berkerut alis saat dia meneguk wiski dan melihat ke arah meja kerjanya yang terdapat lampu merah kecil menyala di telepon seluler, menandakan bahwa ada pesan masuk. Tentu saja pria tampan dengan belahan dada yang terlihat itu segera menekan tombolnya.
[“Maaf mengganggu waktu Anda. Saya ingin menyampaikan soal informasi data Nyonya Disha dan kakanya.”] Jelas Falco lewat panggilan pesan suara.
Tit! [“Masuklah ke ruangan ku sekarang.”] Balas Noir dengan suara dingin seperti biasa.
Sembari menunggu, dia juga memanggil Nevi selaku kepala pelayan di Mansion Lev.
“Anda memanggil saya Tuan Noir?” ucap wanita paruh baya dengan pakaian hitam yang memang khusus untuk kepala pelayan.
Sementara Noir yang masih berdiri di dekat mejanya, dia menatap ke Nevi dengan tegas. “Berikan beberapa pakaian untuknya dan ajari dia bekerja dengan baik.” Jelas Noir membuat Nevi sedikit terkejut.
“Maksud Anda ... Sebagai seorang pelayan?” tanya wanita itu sekedar memperjelas saja.
Noir yang tadinya sibuk membolak-balikkan sebuah berkas sambil berdiri, kini sorot matanya menatap ke arah pelayan tadi.
“Apa perlu ku perjelas?”
Seketika Nevi menggeleng dan menunduk faham. “Akan saya lakukan Tuan, saya permisi.” Pamit kepala pelayan tadi yang berbalik keluar.
Mengingatnya saja sudah membuat kepala Noir pusing sendiri.
“Tuan Noir!” sapa Falco yang baru tiba. Tak ada senyuman di antara kedua pria tadi, hanya ada tatapan serius saja.
.
.
.
Plok! Plok! Plok! Tepukan tangan yang begitu keras membuat Disha terbangun dari tidurnya hingga dia terduduk dan melihat keberadaan pelayan yang sama yang memborgolnya kemarin.
“Ada apa? Apa yang kalian mau?” tanya Disha sedikit ketus dan menatap marah.
Nevi menatap tegap Disha dengan kepala tegak lurus dan satu tangan di belakang. “Bersiaplah, Anda memiliki banyak tugas di Mansion ini. Tuan Noir memerintahkan Anda untuk menjadi seorang pelayan bebas.” Jelas Nevi membuat Disha berpaling sinis.
Sudahlah semalam pria itu hampir saja memperkosanya. Oh tentu, bukankah itu hal wajar untuk pengantin baru? Tapi bagi Disha itu bukan malam pertama namun percobaan pemerkosaan.
Tak ada perlawanan dari Disha karena dia sudah lelah dan lemas sebab tidak satupun makanan yang terisi di perutnya.
“Minggir.” Ketus Disha sedikit menyenggol lengan Nevi saat dia berjalan ke arah kamar mandi dalam keadaan tak karuan.
Sementara Nevi melirik ke arah nampan yang masih terisi makanan dan minuman. “Yang benar saja. Dia benar-benar mau mati di sini.” Gumam Nevi heran akan Disha yang memilih pasrah dan pasrah.
“Mereka yatim piatu dan kakaknya memang mengidap Autisme. Tidak ada yang mencurigakan tentang Sandy. Untuk Nyonya Disha sendiri, dia sedang melakukan liputan di kapal menuju Inggris waktu itu.” Jelas Falco yang masih berdiri sementara Noir duduk di sofa singel sembari membaca data-data tersebut.
Terlihat bagaimana Noir menelitinya dengan seksama. “Lalu bagaimana dengan keadaan di sana?” tanya Noir.
“Mereka percaya kalau jasad itu adalah Disha Lyra dan jasad Sandy. Tidak ada yang tahu bahwa Disha masih hidup Tuan.” Jawab Falco sehingga Noir mengangguk kecil.
Ya, tentu! Dia yang memerintahkan Falco dan anak buahnya untuk membuat jasad Disha dengan wanita lain yang hampir-hampir mirip dengan ciri-ciri istri barunya itu. Tentu saja untuk mengecoh.
“Bagaimana dengan Todor?”
Kini tatapan mata Noir tertuju kepada Falco yang masih berdiri.
“Tebakan Anda benar Tuan. Dia ada di lokasi saat pembunuhan Nyonya Teodora.” Ucap Falco yang seketika membuat Noir meremas gelasnya hingga pecah lalu menatap ke arah data nama Disha dan menyeringai kecil.
...***...
“Sudah lama kita tidak makan bersama. Kenapa kau tidak membujuk Noir untuk ikut bergabung di sini?” tegur Sofiya menatap ke Yoanna yang kini duduk di sebelah Ganev namun dengan pembatas berupa kursi kosong di antara mereka berdua dan Yelena duduk di samping Sofiya sementara Alon berada di kursi kepala keluarga.
“Bibi tahu sendiri, aku tidak ingin kena amarah Noir. Suasana hatinya sedang buruk karena wanita jalang itu.” Kesal Yoanna dengan malas.
“Kenapa kita tidak membunuhnya saja? Cobalah bicara dengan Noir, wanita itu akan membawa penyakit hati.” Kesal Sofiya mengatakannya kepada Alon.
Pria tua itu masih melahap makanannya, namun ucapan Sofiya juga ada benarnya juga. Kenapa Noir tidak membunuhnya saja dan malah menikahinya. Alon perlu membicarakan hal itu.
Di saat mereka sibuk melahap makanannya masing-masing. Sekilas Ganev beradu pandang dengan Yoanna hingga menyeringai kecil sampai Ganev berdeham kecil dan menatap ke istrinya dengan senyuman lebar.
...***...
Selang beberapa menit, Disha keluar kamar dengan pakaian sederhana dan rambut tergelung rapi.
“Apa yang pria itu inginkan?” tanya Disha yang sudah siap.
Nevi mengajak Disha ke dapur, yang mana keberadaan tersebut tak jauh dari arah ruang meja makan yang saat ini ada keluarga Noir di sana, untung saja ruangan itu terpisah dengan dapur.
“Makan itu lalu aku akan menunjukkan pekerjaan Anda.” Ucap Nevi meletakkan sepiring sarapan berupa roti isi.
Disha menatap sekilas roti tersebut di atas meja dengan datar. “Aku tidak berselera makan, bukankah siksaan ini juga yang dia inginkan.” Kesal Disha.
Wanita yang lebih tua darinya tadi hanya mendengus kecil.
“Jika itu yang Anda mau.” Nevi meraih kembali piring berisi roti tadi, lalu mulai mengajak Disha berkeliling Mansion yang benar-benar bak kastil modern.
Ruangan demi ruangan Nevi tunjukan hingga tugas yang harus Disha lakukan yang memang seperti seorang pelayan namun itu lebih sulit dari pelayan lain.
“Tidak ada yang boleh masuk ke kamar tuan Noir sampai beliau memerintahkan nya sendiri untuk dibersihkan.” Jelas Nevi dengan garis keras, nau Disha tak peduli.
Oh yang benar saja! Dia dinikahi hanya untuk dijadikan pelayan saja? Apakah itu yang disebut siksaan?
Tentu saja bukan! Siksaan yang Noir berikan akan bertahap dengan seiring berjalannya waktu.
.
.
.
Atas perintah Noir, para pelayan harus menghindari Disha setiap kali mereka bertemu di saat wanita itu melakukan pekerjaannya, jika tidak maka hukumannya adalah kematian.
Setelah arahan yang Nevi berikan, kini Disha mulai melakukan pekerjaannya dengan teliti. Hingga dia menatap ke langit cerah yang menunjukkan kebebasan di sana.
Wanita cantik itu tersenyum tipis hingga dia teringat akan kematian kakaknya.
“Tuan Noir memanggil Anda.” Ucap salah satu pelayan yang tiba-tiba mendatanginya.
Disha menurutinya hingga menemui Noir di ruangan pribadinya sesuai dengan kemauan pria itu.
Saat Disha masuk, terlihat Noir yang masih duduk di sofa singelnya dan menatap tajam ke arahnya dengan pakaian yang kini sudah lebih rapi, kemeja hitam seperti biasa.
“Sekarang apa?” tanya Disha menatap malas.
“Minum ini.” Pinta Noir menyuguhkan sebuah beer untuk wanita itu.
“Aku tidak meminumnya.”
“Aku tidak butuh keinginan mu, minumlah.” Paksa Noir yang masih dengan suara dingin.
Sungguh! Disha tak pernah meminumnya sebelumnya, wanita itu terlihat tak bisa menghindar dan hanya diam menatap lekat ke Noir yang juga menatapnya.
“Tidak mau?”
Disha hanya diam mengepalkan tangannya hingga akhirnya Noir berdiri dan menghampirinya sembari membawa segelas beer kecil tadi dan mendekatkan gelas itu tepat di depan wajah Disha.
“Minum.”
yohana selingkuh sm ganev..
klu sampai noir tahu bgmn reaksi nya coba 😀😁🫢🤭
Disha mulai berani sm noir krn merasa sdh tahu kebenaran nya..siapa yg membunuh teodora..
apakah teodora selingkuh jg?
dan apa tujuan noir melibatkan Disha?
author jwb donk 😍😂😀🫢🤭