menceritakan tentang pernikahan paksa antara Latifa siswi kelas 2 sma dengan Sandi seseorang yang sangat populer di kalangan kaum hawa. Sandi adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di unkversitasnya.
akankah kehidupan rumah tangga mereka baik-baik saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rill Ridho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa...
"Awww.... Sakit! Kakak apa-apaan si, main tampar gitu! " teriak Tifa kaget.
"Sini! " Inaya menyeret Tifa ke depan cermin.
"Ayo jelasin ini apa? Siapa orangnya? " tanya Inaya.
Tifa menutup warna merah yang ada di lehernya, " Kak, ini nggak seperti yang kakak pikirkan. "kata Tifa menggeleng.
"nggak seperti yang kakak pikirkan gimana, Tifa? Kamu kira kakak bodoh! "
"I-iya tapi kak... "
"Maaaaa!!!!...." Inaya meninggalkan Tifa dan memanggil mamanya.
"Tc, kenapa jadi gini sih... " ucap Tifa gusar.
"Kak... Kak Nay.. " Tifa menyusul Inaya.
"Mah!... Mama.... " Naya mencari mamanya ke lantai bawa.
"Taman belakang sayang! " saut Mita dari taman belakang rumah mereka.
Mendengar itu, inaya pun menghampiri mamanya dan benar Mita sedang bersama Jumi di taman belakang sedang melakukan Yoga bersama.
"Mah.... Lihat ini kelakukan Tifa... " kata Naya.
"Apa lagi sih Nay, mama sedang Yoga ini. Kalian ini masih pagi udah ribut aja, nggak bisa tenang bentar apa" ujar Mita yang masih dengan posisi meditasinya.
"Tc... Ini bukan hal sepele mah, Tifa pulang bawa tanda merah di lehernya" tukas Inaya.
"APA? " kaget Mita, ia membuka matanya lebar.
"Hati - hati kamu kalau bicara Nay, kalau orang lain dengar gimana? Cukup kamu yang hamil tanpa suami! " kata Mita, yang tanpa sengaja membuat gores di hati Naya.
"Sorry sayang bukan maksud mama.... "
"It's ok ma. " putus Naya cepat, ini bukan pertama kalinya Mita berkata seperti itu. Memang benar ia salah tapi, Inaya tidak suka kalau orang tuanya yang berkata seperti itu, kalau orang lain Inaya tidak akan ambil pusing.
"Mah... Kak... Tifa bisa jelasin kok, ini gak seperti yang kalian fikirkan. " kata Latifa yang baru sampai di taman belakang.
Tidak perlu bertanya, Mita bisa melihat sendiri bekas merah di leher Tifa.
"Tifa.... Apa ini semua? Siapa yang sudah melakukannya? Dengan siapa kamu MELAKUKAN HAL KEJI ITUUU!!! " teriak Mita shok.
"Mahh.... "
"Kalian benar-benar.... "
Brukh..
Mita jatuh pingsan, ia benar-benar shok dengan semua ini.
"MAMA... " teriak Tifa dan Inaya.
***
Sandi baru sampai di rumah, dia menyapa kedua orang tuanya yang sedang menikmati secangkir kopi di halaman belakang.
"Morning mi... Pi... "sapa Sandi mencium tangan kedua orang tuanya.
"Pagi sayang, kemana aja sih kamu tadi malam San? Jangan berulah lagi kamu, ingan sekarang kamu tu calon suaminya Tifa. " tukas Santi.
"Nggak kemana - mana kok mi, aku cuma tidur di apartemen aja. "
"Awas kalau sampai kamu bikin yang bukan-bukan. " ancam Santi.
Sandi mengedikkan bahunya, "Yaudah Sandi ke kamar dulu. " pamit Sandi.
"Mi.... Mita masuk ke rumah sakit. " ujar Bram.
"Lah kok bisa?... "
"Aku juga tidak tahu... Ayo kita kesana sekarang! "
"Ayo.... Sandi kamu juga ikut! " seru Santi saat Sandi hendak menaiki anak tangga.
"Kemana sih mih, aku capek banget... Pengen tidur. " ujar Sandi.
"Tante Mita, mamanya Latifa masuk kerumah sakit dan kita harus kesana sayang. " Santi menarik tangan Sandi dan membawanya ke luar. Sementara Bram masuk kedalam kamar mengambil kunci mobil dan tas Santi.
Tak butuh waktu lama keluarga Prasetya pun sampai di rumah sakit. Mereka menanyakan keberadaan ruangan Mita ke suster.
Sesampainya di ruangan Mita, mereka melihat keadaan Latifa yang begitu kacau. Sandi menatap Latifa tidak mengerti, ia bingun kenapa dalam sekejap calon istrinya itu bisa berubah mengenaskan. Bibir bengkak, mata bengkak dan Sandi juga melihat bekas tamparan di pipi gadis itu.
"Astaga Tifa, kenapa kamu bisa seperti in sayang? " tanya Santi menghampiri Tifa, ia merapikan rambut Tifa yang berantakan dan ia juga mengusap pipi merah calon menantunya itu.
"Tante, Tifa sudah bikin mama kecewa dan dia juga lah penyebab mama masuk ke rumah sakit begini" selah Inaya berdiri di samping Tifa.
"Apa maksud kamu, kenapa bisa Tifa melakukan hal itu dan siapa yang sudah menampar calon menantuku? " tanya Santi dengan suara bergetar.
Tifa menggeleng, "Maaf tante, Tifa bisa jelasin semuanya tapi tolong beri Tifa waktu... " pinta Tifa.
"Apa lagi yang mau kamu jelasin dek, semuanya sudah terjawab dengan bekas merah di leher kamu itu! " sambung Inaya .
Deg!
Sandi melebarkan matanya, dia tidak menyangka kalau penyebab calon istrinya seperti itu adalah dirinya sendiri.
Santi menyibakkan rambut Tifa dan melihat tanda merah yang ada di sana, sakit hati benar tapi entah kenapa Santi memiliki firasat lain. Tiba - tiba ia menoleh kepada putranya dan tak di sangka Sandi pun mengangguk.
"Maaf Mih... Tapi sumpah tidak lebih dari itu, mami bisa tanyakan langsung padanya. " jelas Sandi tiba - tiba.
Inaya mengernyit heran.
Santi tersenyum dan kembali menatap Latifa, "Sayang lihat tante sini... " Santi mengangkat wajah Tifa dan menatapnya iba.
"Maafin anak tante ya... Dan tante pastiin dia akan mendapatkan hukuman yang setimpal. " jelas Santi. Ia mengusap air mata Tifa.
Tifa hanya diam dan menatap Sandi dengan tatapan penuh kebencian.
"Santi...." semua orang menoleh saat Mita memanggil nama Santi.
"Mita... Kamu sudah bangun. " Santi menghampiri dan memeluk sahabatnya itu.
"Maafin aku San, aku nggak bisa tepati janji sama kamu. " ucap Mita dengan suara yabg tercekat.
"Shuttt... Kenapa nggak... "
"Karena... "
"Dengerin aku.... " Santi pun membisikkan sesuatu ke telinga Mita... Entah apa ya g dibisikkan Santi, tapi mendengar itu waja Mita berseri seketika.
Inaya yang menyaksikan itu pun tambah bingung, dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang.
"Baiklah, kita lakukan seperti yang kamu katakan barusan... Huftt, aku sedih banget tahu. " ucap Mita, Santi tersenyum dan mengusap air mata sahabatnya itu.
"Tifa sayang, sini nak. " panggil Mita memandang kearah putri bungsunya itu, ia merasa bersalah pada Tifa. Kenapa dia tidak mendengarkan dulu penjelasannya.
"Apa mah? " tanya Tifa mendekati mamanya.
Mita merahi tangan putrinya, " Maafin mama ya sayang. "ucap Mita.
Latifa tidak bisa menahan tangisnya, ia pun menangis dan memeluk mamanya.
"Aku pergi mempersiapkan semuanya , ok. " kata Santi berpamitan pada Mita dan Mita mengangguk.
"Ayo Sandi kita pulang! " ajak Santi.
"Kok pulang, kita baru sampai" kata Bram yang baru saja masuk ke dalam ruangan Mita.
Bram meletakkan bungkusan yang di bawakannya keatas meja yang ada di dalam ruangan itu.
"Sudah, nanti aku jelasin. " kata Santi dan ia pun berlalu pergi gitu aja. Sandi dan Bram pun mengikuti Santi dari belakang.
Setelah kepergian Keluarga Prasetya, Inaya pun mendekati ranjang mama nya.
"Mah, apa yang di katakan tante Santi? Kenapa mereka pergi begitu aja? " tanya Inaya penasaran.
"Nanti kamu juga bakalan tahu sendiri... "
...------------------------------+TBC+-------------------------------...