NovelToon NovelToon
Lagu Dendam Dan Cinta

Lagu Dendam Dan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Romansa / Menikah dengan Musuhku / Pengasuh
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Susri Yunita

Dalam hidup, cinta dan dendam sering kali berdampingan, membentuk benang merah yang rumit. Lagu Dendam dan Cinta adalah sebuah novel yang menggali kedalaman perasaan manusia melalui kisah Amara, seseorang yang menyamar menjadi pengasuh anak di sebuah keluarga yang telah membuatnya kehilangan ayahnya.

Sebagai misi balas dendamnya, ia pun berhasil menikah dengan pewaris keluarga Laurent. Namun ia sendiri terjebak dalam dilema antara cinta sejati dan dendam yang terpatri.

Melalui kisah ini, pembaca akan diajak merasakan bagaimana perjalanan emosional yang penuh liku dapat membentuk identitas seseorang, serta bagaimana cinta sejati dapat mengubah arah hidup meskipun di tengah kegelapan.

Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti sebenarnya dari cinta dan dampaknya terhadap kehidupan. Seiring dengan alunan suara biola Amara yang membuat pewaris keluarga Laurent jatuh hati, mari kita melangkah bersama ke dalam dunia yang pennuh dengan cinta, pengorbanan, dan kesempatan kedua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susri Yunita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5. Pernikahan Yang Tak Terelekkan

Akhirnya, hari yang menentukan pun tiba. Dengan keraguan yang masih menghantui, Amara berdiri di depan cermin besar di kamar yang telah disulap menjadi ruang persiapan pengantin. Gaun pengantinnya menjuntai elegan, kainnya jatuh lembut dengan detail bunga renda yang memberikan sentuhan keanggunan. Namun, di balik semua itu, perasaannya adalah perpaduan dari berbagai emosi yang tak karuan. Saran Luca untuk menikahi Dante sempat ia tolak berkali-kali, tetapi Luca berhasil meyakinkannya bahwa ini adalah cara terbaik untuk mencapai tujuannya.

"Dengan menikahinya, aksesmu akan lebih luas, Amara. Ingat, sudah lebih dari setahun ini, kau telah berhasil mencuri hati mereka. Langkahmu tinggal sedikit lagi, dengan syarat, kau tetap focus pada tujuan" suara Luca terngiang di pikirannya. Amara menarik napas panjang, mencoba menguatkan dirinya. Dalam hati, ia bergumam, “Mereka juga telah mencuri hatiku, Luca,” katanya.

Pernikahan pun dimulai, dan Amara berjalan menyusuri lorong menuju ruang janji suci diikrarkan. Wajah para tamu menatapnya penuh kekaguman, tetapi dalam hatinya ia merasa sepi. Tiada keluarga yang hadir untuknya. Tak ada ibu, adiknya, atau kerabat yang mendukungnya di hari istimewa ini.

Amara sebelumnya mengatakan kepada Nyonya Laurent bahwa kedua orang tuanya telah meninggal dalam sebuah kecelakaan ketika ia masih SMA. Kebohongan itu menjadi salah satu bagian dari rencananya agar ia terlihat sebagai wanita yang tak punya siapa-siapa dan mudah dikendalikan

Dante berdiri di ujung ruangan, menunggunya dengan tenang. Tatapannya lembut, tetapi di sana juga terselip keprihatinan. Ia tahu bahwa pernikahan ini mungkin lebih berarti bagi Nico daripada untuk dirinya. Karena ia sendiri sebetulnya merasa bersalah pada Amara. Dia merasa, Amara tidak menaruh perasaan apapun untuknya dan rela berkorban demi Nico.

Di tengah-tengah upacara, saat mereka diberi nasehat pernikahan, Amara sempat tergagap kala penghulu bertanya, “Apakah Anda ikhas dengan pernikahan ini?”

Dante, yang menyaksikan kegugupan Amara dengan kelembutannya, berbisik pelan, "Amara, aku tidak akan pernah memaksakan apa pun padamu. Aku tahu ini bukan hal yang mudah. Tapi kau sudah melakukan begitu banyak untuk Nico dan… untukku juga. Itu sudah lebih dari cukup."

Kata-kata itu, walaupun singkat, entah bagaimana memberi Amara ketenangan. Dengan perasaan yang campur aduk, ia akhirnya menjawab pertanyaan itu, dan menyelesaikan upacara yang penuh dengan keraguan dan harapan yang samar.

---

Saat malam resepsi, Nico mendekati Amara dengan mata berbinar. "Ibu Mara, maukah kau mainkan biola untukku seperti waktu itu? Aku ingin mendengarnya lagi," pintanya manja. semua mata tertuju pada kehangatan kedekatan mereka.

Tak bisa menolak permintaan bocah yang begitu menggemaskan, Amara mengambil biola yang sudah disiapkan dan berdiri di tengah aula. Ruangan menjadi hening, semua tamu semakin memusatkan perhatian mereka padanya. Ia mulai memainkan Canon in D dengan elegan. Dia tahu, lagu itu berkesan bagi Dante, karena mendiang ibunya, sangat menyukai lagu klasik itu.

Setiap gesekan biolanya menciptakan harmoni yang menawan, melintasi setiap sudut aula dan membuai hati para tamu elit yang hadir. Amara berjalan perlahan, melewati para tamu dengan gesekan biolanya yang menyayat hati, hingga sampai di tempat Nico duduk.

Dante, yang memperhatikan dari kejauhan, tak bisa menahan senyumnya. Senyum dengan matanya yang sedikit basah,  Penampilan Amara begitu memukau, dan setiap gerakan tangannya saat memainkan biola memperlihatkan keanggunan yang jarang ia temui. Perasaan hangat dan kagum kembali menghampirinya, memperkuat ketertarikannya pada Amara yang semakin mendalam.

Sembari mengusap matanya yang lembab, ia bergumam, “Ibu, Namanya Amara, Bu. Amara Daisy, dia menantu Ibu, dia Istriku, bu. Kalau ibu masih di sini, aku berani bertaruh ibu pasti menyukainya. Asal ibu tahu, istriku ini juga mahir memainkan lagu kesukaan ibu” tanpa canggung, Dante sudah mengakui Amara sebagai istrinya dengan serius dan memperkenalkannya dengan bangga pada ibunya, meski wanita itu sudah tak bisa hadir di sana.

Usai penampilannya, semua tamu berdiri dan bertepuk tangan atas penampilan Amara yang begitu apik. Dante menghampiri dan menggenggam tangan istrinya itu erat dengan setiap detik yang berlalu . Saat Dante menyadari genggaman itu dibalas oleh Amara, ia tersenyum halus.

Malam itu, beberapa tamu mulai menghampiri Amara, terkesan oleh penampilannya dan ingin berkenalan. Amara, yang memiliki kemampuan berbicara dalam beberapa bahasa, dengan mudah menanggapi setiap tamu yang datang dengan bahasa mereka, bahasa Inggris, Korea, dan lainnya. Keahlian Amara ini menarik perhatian, membuatnya tampak semakin anggun di mata para tamu dan keluarga Laurent.

Nyonya Laurent mengamati Amara dengan bangga, seakan menemukan cucu menantu yang sempurna. "Sepertinya kau benar-benar telah memenangkan hati semua orang, Amara," ucapnya dengan senyum puas.

Pernikahan dan serangkaian acara resepsi pun berakhir, Amara merasa begitu lelah. Bukannya pergi ke kamar pengantin, malam itu ia justru memilih untuk berada di kamar Nico, menemani bocah kecil itu tidur. Nico, yang kini terbaring lelap, hanya mau berada di pelukan Amara. Ia tak ingin tidur sendirian, dan Amara tak bisa menolak permintaan itu.

Dante masuk ke kamar Nico dengan langkah pelan. Melihat Amara yang duduk di tepi ranjang Nico, Dante tak bisa menahan rasa haru. Di tangannya, ia membawa nampan berisi makanan ringan dan segelas air. "Kau pasti belum makan. Aku tahu kau lelah," katanya pelan sambil meletakkan nampan itu di samping Amara.

Amara menatap Dante sejenak, terkejut dengan perhatiannya. Dante menyuapkan sedikit makanan ke mulut Amara dengan lembut, menunjukkan perhatian kecil yang membuat hati Amara bergetar hangat.

"Dante, kau tak perlu melakukan ini," ujar Amara, canggung namun tak bisa menolak.

"Aku hanya ingin kau tahu, Amara… aku menghargai apa pun yang kau lakukan. Aku tidak akan meminta lebih dari yang bisa kau berikan," kata Dante dengan suara yang tenang namun tulus.

Amara hanya mengangguk pelan, tak mampu berkata-kata, Dante tersenyum samar sambil menyuapi istrinya tersebut. Amara menikmati makanannya dengan pelan. Keakraban yang terasa asing itu membuat jantung Dante berdebar lebih cepat, tapi ia merasa nyaman saja dengan kegaduhan jantungnya tersebut.

Sayangnya, momen tenang itu tiba-tiba buyar ketika ponsel Amara bergetar di meja. Amara melirik layar dan wajahnya langsung berubah pucat. Di sana tertera panggilan video masuk dari "Kegelapan." Seketika, tangan Amara gemetar, dan ia bangkit dengan terburu-buru hendak keluar dari ruangan untuk menjawabnya.

Namun, langkahnya terlalu tergesa-gesa, dan ia kehilangan keseimbangan yang membuatnya hampir terjatuh ke pangkuan Dante. Suaminya itu cepat-cepat menangkap Amara, menahannya di tempat. Wajah mereka hanya berjarak beberapa inci saja, dan Dante menatapnya dengan dalam, melihat kegugupan yang jelas di mata Amara.

“Ada apa,?” tanya Dante, dengan nada yang tidak sepenuhnya tenang. Ia menatap layar ponsel Amara yang masih bergetar dan memperlihatkan nama panggilan misterius itu dengan jelas.

“Bukan... gak apa-apa. Aku… aku harus menjawab ini,” jawab Amara terbata-bata, buru-buru wanita  itu menarik diri dari pegangan Dante dan mengambil ponselnya.

Dante hanya mengangguk pelan dan terpaku. Pikirannya penuh dengan tanya. Kegelapan? Nama itu terasa mengusik hatinya. Ada rasa cemburu yang tak terdefinisi. Namun ia tidak akan bertanya lebih jauh tentang masalah ini. Dalam kekalutannya, Dante mulai bertanya-tanya, mungkin itu orang yang dicintai Amara?

1
Umi Barokah
bab 23..?
Umi Barokah
wah .. wah ... hai Dante....🤗 sini tak bujuk...
Umi Barokah
recommended sih. . bikin penasaran sama tokoh Amara akan ambil keputusan akhirnya gimana...
Shuyu: terima kasih supportnya..
total 1 replies
Umi Barokah
huuuuwwww.... ditunggu
Umi Barokah
nanti kalau ketahuan gawat si Amara ini
Umi Barokah
semangat kaka..
Shuyu: siip...
total 1 replies
Apaqelasyy
Perasaan campur aduk. 🤯
Shuyu: owke, nanti ku chek lagi ya buat perbaikan. btw makasih komen nya.
total 1 replies
edu2820
Makin penasaran dengan kelanjutannya!
Shuyu: siap siap episode selanjutnya kaka...insyallah up hari ini. makasih sdh baca.../Applaud/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!