NovelToon NovelToon
Sekretaris "Ngegas"

Sekretaris "Ngegas"

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Zaraaa_

Alya, seorang sekretaris dengan kepribadian "ngegas" dan penuh percaya diri, melamar pekerjaan sebagai sekretaris pribadi di "Albert Group.", perusahaan permata terbesar di kota. Ia tak menyangka akan berhadapan dengan David Albert, CEO tampan namun dingin yang menyimpan luka masa lalu. Kehadiran Alya yang ceria dan konyol secara tak terduga mencairkan hati David, yang akhirnya jatuh cinta pada sekretarisnya yang unik dan penuh semangat. Kisah mereka berlanjut dari kantor hingga ke pelaminan, diwarnai oleh momen-momen lucu, romantis, dan dramatis, termasuk masa kehamilan Alya yang penuh kejutan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaraaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tatapan yang Berbeda

Suasana di ruang kantor David Albert terasa berbeda dari biasanya. Tidak ada kesibukan, tidak ada suara telepon yang berdering, hanya kedamaian yang menyelimuti ruangan. Alya melangkah masuk dengan sedikit ragu. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang membuat jantungnya berdebar lebih cepat. David tampak lebih rapi dari biasanya, bahkan lebih berhati-hati dengan penampilannya—wajahnya lebih segar, dan aroma parfum yang lembut tercium samar di udara.

“Alya,” suara David terdengar lebih lembut dari biasanya, meskipun ada sedikit keraguan di sana. “Silakan duduk.”

Alya duduk di kursi yang telah disiapkan untuknya, mencoba menenangkan diri meskipun hatinya terasa berdebar. Ada yang tidak biasa dengan sikap David hari ini. "Ada apa, Pak David? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya, berusaha menjaga ketenangannya.

David menarik napas panjang, seolah mempersiapkan dirinya untuk berbicara lebih dalam. "Saya… saya ingin meminta maaf atas perilaku saya beberapa waktu lalu," kata David dengan suara rendah. "Saya merasa sudah berlebihan dalam melampiaskan amarah saya pada Anton, dan mungkin itu membuat suasana jadi canggung. Saya tahu Anda mungkin merasa tidak nyaman dengan semua itu."

Alya terkejut mendengar permintaan maaf itu. Biasanya, David tidak banyak bicara tentang perasaannya. Ia lebih memilih untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih profesional, bukan dengan pernyataan seperti ini. "Tidak apa-apa, Bapak Albert," jawab Alya, berusaha untuk tidak terlalu memikirkan kata-kata David. "Saya mengerti, kok. Anda juga punya alasan untuk merasa seperti itu."

David tersenyum tipis, tatapannya lebih lembut dari yang biasa ia tunjukkan. "Terima kasih, Alya. Saya rasa Anda adalah orang yang selalu bisa membuat saya merasa lebih tenang." Ia terdiam sejenak, seolah mencari kata-kata yang tepat. "Sebenarnya, ada sesuatu yang ingin saya ajak Anda bicarakan lebih pribadi."

Alya mengerutkan kening, merasa semakin penasaran. "Apa itu, Pak?"

David terlihat sedikit gugup, dan itu bukan hal yang biasa baginya. Biasanya, David selalu tenang dan tidak menunjukkan kegugupan. Namun kali ini, sepertinya dia mencoba untuk lebih membuka diri. "Saya… saya ingin mengajak Anda makan malam," kata David, dengan sedikit kebingungan di matanya.

Alya terkejut, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Makan malam?" tanyanya dengan nada yang sedikit terkejut. "Maksud Bapak?"

"Ya," David mengangguk, sedikit lebih pasti. "Saya ingin mengajak Anda makan malam, di luar urusan pekerjaan. Saya ingin mengenal Anda lebih dekat, bukan hanya sebagai atasan dan bawahan, tetapi sebagai orang yang mungkin bisa lebih dari itu."

Alya merasa jantungnya berdebar-debar. Ia tidak menyangka David akan mengajaknya makan malam, apalagi dengan niat seperti itu. "Baiklah, Bapak Albert," jawab Alya, mencoba terdengar tenang meskipun hatinya berdebar. "Saya akan menerima ajakan Bapak."

Malam itu, mereka makan malam di sebuah restoran mewah yang dipilih oleh David. Suasana restoran itu begitu romantis—lampu yang redup, musik lembut yang mengalun di latar belakang, dan aroma makanan yang menggoda. Semua hal itu menambah kehangatan dalam suasana yang sudah cukup intim. Alya merasa canggung pada awalnya, tapi David membuatnya merasa lebih nyaman dengan cara berbicara yang santai dan tidak terburu-buru.

David memulai percakapan dengan menceritakan lebih banyak tentang dirinya, tentang masa lalunya yang jarang ia bagi dengan orang lain. "Saya terlahir dari keluarga yang sangat menuntut," kata David, sambil sesekali melemparkan senyuman tipis. "Selalu ada harapan besar untuk saya, dan itu membuat saya selalu berusaha keras, bahkan terlalu keras. Tapi saya belajar banyak dari kesalahan saya."

Alya mendengarkan dengan seksama. Ia bisa merasakan ketulusan dalam suara David. "Bapak Albert, saya bisa mengerti," jawab Alya, tersenyum. "Terkadang, kita harus melewati banyak hal untuk menjadi siapa kita sekarang."

David mengangguk. "Benar, dan saya rasa… saya sudah merasa jauh lebih baik setelah bekerja bersama Anda, Alya. Anda selalu ada untuk membantu saya melalui masa-masa sulit."

Alya merasa tersentuh dengan kata-kata David. Ia tidak menyangka bahwa dirinya bisa memberikan dampak yang begitu besar pada David. "Terima kasih, Pak. Saya hanya berusaha melakukan yang terbaik. Bapak juga banyak mengajari saya, terutama tentang ketenangan dalam mengambil keputusan."

Di tengah percakapan yang semakin akrab, tatapan David pada Alya berubah. Ada sesuatu yang berbeda, yang lebih dalam. Alya merasa dirinya terperangkap dalam pandangan itu, seolah ada percikan-percikan yang mulai menyala. Sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan profesional.

David akhirnya memecah keheningan. "Alya," katanya dengan suara lembut, "Saya ingin jujur pada Anda. Saya sudah lama memendam perasaan ini… Saya… saya mencintai Anda."

Alya terdiam sejenak. Suara hatinya berdebar begitu kencang, dan dunia seakan terhenti sejenak. Ia menatap David, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. "Saya… saya juga mencintai Anda, Bapak Albert," jawabnya dengan suara gemetar.

David tersenyum, namun senyum itu penuh makna. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia meraih tangan Alya dan menatapnya dalam-dalam. Perlahan, ia mendekat dan mencium Alya dengan lembut. Ciuman itu penuh kehangatan, penuh ketulusan, dan ada perasaan yang tak terucapkan antara keduanya.

Setelah mereka melepaskan ciuman itu, David kembali menatap Alya. "Alya," katanya, suaranya penuh harap, "Saya ingin bertanya sesuatu yang sangat penting."

Alya menatapnya dengan penuh perhatian. "Apa itu, Pak?"

David menarik napas panjang. "Saya ingin menikahi Anda. Maukah Anda menjadi istri saya?"

Alya terkejut, kata-kata itu seakan menghantam dirinya seperti petir. Ia tidak pernah membayangkan bahwa malam ini akan berakhir dengan pertanyaan seperti itu. "Bapak Albert, saya…" Alya mulai terbata-bata, "Saya tidak tahu harus berkata apa."

David melihat perubahan ekspresi Alya, namun ia tidak terburu-buru. "Tidak apa-apa, Alya," katanya dengan lembut. "Saya mengerti jika Anda butuh waktu."

Alya menatapnya dalam-dalam. "Saya… saya belum siap untuk menikah sekarang. Saya masih ingin fokus pada karir saya."

David tersenyum, meskipun ada sedikit kekecewaan di matanya. "Saya mengerti," jawabnya, "Saya akan menunggu. Yang penting adalah kita saling mendukung, dan saya akan selalu ada untuk Anda."

Alya merasakan ketulusan dalam kata-kata David. "Saya juga mencintai Bapak Albert," katanya dengan suara pelan. "Tapi saya ingin memastikan bahwa kita benar-benar siap, dan kita bisa menjalani hidup bersama dalam cinta yang tulus."

David mengangguk, penuh pengertian. "Saya akan menunggu sampai Anda siap, Alya. Saya akan mendukung Anda dalam setiap langkah."

Alya tersenyum, merasakan kedamaian dalam hatinya. Meskipun ia belum siap untuk mengambil langkah besar itu, ia tahu bahwa ia memiliki seseorang yang benar-benar mencintainya dan mendukungnya. Dan itu sudah cukup untuk saat ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!