Rindunya adalah hal terlarang. Bagaikan sebuah bom waktu yang perlahan akan meledak di hadapannya. Dia sadar akan kesalahan ini. Namun, dia sudah terlanjur masuk ke dalam cinta yang berada di atas kebohongan dan mimpi yang semu. Hanya sebuah harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan.
Ketika hubungan terjalin di atas permintaan keluarga, dan berakhir dengan keduanya bertemu orang lain yang perlahan menggoyahkan keyakinan hatinya.
Antara Benji dan Nirmala yang perlahan masuk ke dalam hubungan sepasang kekasih ini dan menggoyahkan komitmen atas nama cinta itu yang kini mulai meragu, benarkah yang mereka rasakan adalah cinta?
"Tidak ada hal indah yang selamanya di dunia ini. Pelangi dan senja tetap pergi tanpa menjanjikan akan kembali esok hari"
Kesalahan yang dia buat, sejak hari dia bersedia untuk bersamanya. Ini bukan tentang kisah romantis, hanya tentang hati yang terpenjara atas cinta semu.
Antara cinta dan logika yang harus dipertimbangkan. Entah mana yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Pergi Begitu Saja?!
Duduk berdampingan hampir tidak ada jarak diantara keduanya. Sebuah laptop berada di depan mereka, menayangkan drama yang sedang ditonton. Seharusnya Nirmala fokus pada drama yang dia tonton, karena ini adalah aktor yang dia sukai. Namun, kali ini dia malah merasa tegang. Bahkan tidak bisa fokus sedikit pun pada dramanya.
"Kau pegal? Sini bersandar" Galen meraih kepala Nirmala dan menyandarkannya di bahunya.
Ya Tuhan. Nirmala bahkan sampai tegang dengan apa yang Galen lakukan. Bahkan jantungnya sudah berdebar kencang. Ingin menghindar, namun tangan Galen merangkul tubuhnya hingga dia tidak bisa bergerak sekarang.
"Wah, ternyata memang si pacarnya juga sudah nyaman dengan pria yang baru ya. Ini sih seharusnya mereka saling jujur aja dan berpisah"
Nirmala tidak menjawab, dia hanya mengangguk saja. Dia tahu yang dibicarakan oleh Galen adalah tentang drama yang mereka tonton sekarang. Hanya saja, Nirmala bahkan tidak fokus dengan drama itu. Yang ada malah jantungnya yang berdebar sekarang.
"Sudah selesai, saya harus pulang dulu, Tuan. Episode terbarunya akan tayang minggu depan"
Nirmala langsung menjauh dari tubuh Galen, mematikan laptop dan menutupnya. Dia berdiri dan mengambil tasnya, namun Galen langsung menahan tangannya.
"Aku antar"
Nirmala menoleh dan menatap tangan Galen yang memegang lengannya. "Em, saya bisa pulang sendiri. Tidak perlu anda mengantar saya, Tuan"
Galen tidak menjawab, dia langsung berdiri dan menyambar kunci mobil di atas meja. Menarik tangan Nirmala menuju pintu keluar. Nirmala hanya menghela nafas saja, dia tidak mungkin bisa menolaknya. Karena setahu dia, Galen adalah orang yang tidak bisa dibantah.
Kalau dia mengantar aku sampai ke Rumah, maka Nona Muda akan tahu. Aku haru menjelaskan bagaimana? Tapi, seharusnya Nona Muda juga sudah tahu, karena mobil aku yang diantarkan Tuan Johan.
Ketika masuk ke dalam lift, Nirmala semakin merasa gugup saat Galen masih saja mengenggam tangannya. Entah kenapa pria itu jadi sering mengenggam tangannya seperti ini. Padahal Nirmala juga bukan anak kecil yang perlu di jaga setiap saat.
"Kita belum makan malam, bagaimana jika makan dulu?"
Nirmala langsung menoleh pada Galen, dan setiap wajah tampan pria itu, membuat hatinya berdebar. "Em, saya bisa makan di Rumah saja nanti"
"Akan terlalu terlambat, sebaiknya kita makan dulu diluar"
Nirmala ingin menolak, namun tepat saat itu pintu lift terbuka, ada orang dari lantai lain yang ingin masuk. Seketika Nirmala langsung menundukan kepalanya, ingin melepaskan tangannya dari genggaman Galen, tapi pria itu malah semakin erat mengenggam tangannya.
"Tuan, lepaskan tangan saya. Disini ada orang lain" bisik Nirmala.
Galen tidak menjawab, bukannya melepaskan genggaman tangannya, dia malah membawa tangan yang saling bertaut itu ke dalam saku jaketnya. Membiarkan tangan Nirmala merasakan kehangatan di dalam saku jaketnya.
"Tuan Galen" bisik Nirmala, dia bahkan tidak tahu harus bagaimana dengan sikap Galen ini. "... Lepasin tangan saya, Tuan. Disini ada orang lain"
Kali ini Galen langsung menoleh, dia menyipitkan matanya menatap Nirmala. Lalu mendekatkan wajahnya ke arah telinga Nirmala, sampai membuat gadis itu sedikit mengangkat bahunya saat merasakan geli karena hembusan nafas Galen yang begitu terasa di kulit.
"Memangnya kenapa jika ada orang lain?"
Nirmala sampai tidak bisa bekata-kata lagi dengan ucapan Galen itu. Bagaimana pria ini yang mengatakan itu seolah hal ini adalah wajar. Sampai pintu terbuka, orang yang sejak tadi berada di depan mereka langsung keluar. Entah dia sadar atau tidak dengan apa yang dilakukan dua orang dibelakangnya.
"Tuan tidak bisa seperti ini. Bagaimana jika orang itu melihatnya dan mereka akan ..."
"Akan apa? Hanya bergandengan tangan, tidak salah 'kan? Kita tidak bercinta disini"
Nirmala terdiam mendengar itu, bagaimana pria ni bisa menjawab dengan begitu tenang.
"Lepasin saya, Tuan!" Nirmala langsung menarik paksa tangannya dari genggaman Galen di dalam saku jaket. Segera pergi dari hadapan pria itu.
"Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu seolah kita mempunyai hubungan khusus. Sudah jelas kalau kita hanya teman bercerita saja, seperti ucapannya" gerutu Nirmala sambil terus berjalan keluar dari Lobby Apartemen.
NIrmala bermaksud untuk pulang dengan memesan taksi online saja. Tapi, seseorang yang menarik tangannya hingga tubuh Nirmala tertarik ke belakang hingga tubuhnya menyentuh dada bidang orang yang menariknya.
"Kau marah?" bisik Galen di telinga Nirmala dengan tangan yang melingkar di perut gadis itu. Menahan tubuh dan tangan gadis itu agar tidak lepas lagi darinya.
Ya Tuhan, jantungku. Nirmala sudah begitu tegang, bahkan dia merasakan jantungnya yang terus berdetak kencang. Mereka benar-benar berpelukan sekarang. Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi?
"Tuan, lepasin saya. Jangan seperti ini, nanti ada yang lihat"
"Aku akan melepaskanmu, tapi jangan marah lagi padaku. Jangan pergi begitu saja, kalau memang kau marah, bicarakan padaku"
Ucapan Galen ini sungguh membuat Nirmala bingung. Kenapa pria ini malah bersikap seolah dirinya adalah gadis yang dia cintai. Sampai marah sedikit saja, dia takut akan kepergiaannya. Tapi Nirmala sadar, jika perasaan yang dia punya, tidak mungkin dimiliki Galen juga. Pria itu masih mencintai Laura.
"Saya tidak marah, Tuan. Saya hanya tidak ingin terlalu dekat seperti ini, apalagi ada orang lain di sekitar kita. Harus menjaga sikap Tuan, karena mau bagaimanapun Tuan adalah kekasih Nona Muda"
Galen menghela nafas pelan, lalu dia mengecup bahu Nirmala. Membuat gadis itu langsung menghindar, dia terkejut dengan apa yang Galen lakukan barusan. Nirmala memegang bahunya dengan menatap Galen penuh tanya. Apa maksud dari yang dia lakukan barusan?
"Baiklah, aku akan menuruti semua ucapanmu mulai sekarang. Kau hanya perlu bicara padaku, apa yang tidak kau suka. Jangan pergi begitu saja"
Bola mata Nirmala bergerak gelisah, dia masih kaget dan gugup dengan apa yang Galen lakukan padanya barusan. Dan ucapan pria itu malah membuatnya semakin membuatnya gugup.
"Sekarang tunggu dulu disini. Aku ambil mobil dulu" Galen berlalu sambil mengelus kepala Nirmala.
Setelah Galen berlalu, Nirmala hanya diam dengan wajah yang memerah. Rasanya semua sikap Galen kali ini, benar-benar membuatnya terkejut.
"Sebenarnya ada apa sih sama dia? Kenapa dia harus melakukan ini? Membuat jantungku tidak aman saja"
Nirmala memegang dada kirinya yang terus berdebar kencang. Semua perlukan Galen benar-benar membuatnya gugup dan berdebar.
"Ah, seharusnya aku tidak menerima ajakannya sebagai teman bercerita. Tapi, hatiku seolah mendorong untuk menerima permintaannya itu"
Nirmala malah bingung sendiri dengan dirinya kali ini. Ada perasaan yang membuncah yang dia belum bisa meyakinkan tentang apa perasaan itu.
Sebuah mobil berhenti di depannya sekarang, ketika Nirmala sudah menuruni anak tangga untuk masuk ke dalam mobil. Namun, Galen sudah keluar mobil lebih dulu dan membukakan pintu untuknya.
"Em, Tuan tidak perlu melakukan ini. Saya bisa sendiri"
"Sudah masuklah"
Galen bahkan meletakan tangannya di bagian atas pintu mobil, menjaga agar kepala Nirmala tidak terbentur pada bagian itu.
Bersambung
Aduh, kok author meleleh sendiri ya dengan sikap Galen. Hiks..
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪