"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelayan lancang
Sasmita menghela napas panjang sebelum melewati gerbang tinggi nan kokoh didepanya.
Ditanganya, Sasmita menenteng satu tas kecil yang berisikan beberapa baju dan perlengkapan pribadinya.
Wanita itu menuju teras luas dan megah itu dengan tatapan nanar, disini ia akan memulai pekerjaan baru. Bangunan rumah dua tingkat yang besar dan megah membuat Sasmita berpikir jika kali ini majikanya lebih kaya dari pemilik rumah makan tempatnya bekerja sebelumnya.
Memang Sasmita belum berpengalaman menjadi pelayan pribadi seseorang, tapi setidaknya ia mengalaminya di rumah sendiri, yaitu suaminya.
Saat dirinya terlihat bingung untuk mengetuk pintu, Sasmita melihat seorang wanita yang memakai seragam lewat dari samping.
"Permisi mbak!" Panggilnya pada wanita yang melintas.
Wanita itu menatap Sasmita dengan kening berkerut, namun detik berikutnya ia tersenyum.
"Kamu pekerjaan baru ya?" Tanya wanita yang terlihat lebih muda dari Sasmita.
"I-iya mbak, saya baru mendapatkan pekerjaan dirumah ini," Ucap Sasmita sambil mengulurkan tangannya. "Saya Sasmita, Nyonya Briana yang menerima saya di sini," Lanjutnya dengan menyunggingkan senyum.
"Aku, Cika.. Kalau begitu ayo masuk lewat samping,"
Sasmita mengikuti langkah Cika dari belakang, keduanya terlihat sedikit obrolan menanyakan perihal status keduanya.
"Omong-omong mbak udah nikah?" tanya Cika sambil menatap wajah Sasmita.
"Sudah mbak.."
Cika terseyum, "Sepertinya aku lebih muda dari kamu, mungkin hanya 1 atau 2 tahun, jadi jangan panggil aku mbak, panggil saja Cika, dan aku belum menikah."
Sasmita hanya mengangguk kecil dan tersenyum, keduanya berjalan masuk melewati pintu samping yang terhubung dengan ruang tengah, di sana ada dua orang yang duduk. Namun yang kerena posisi duduk membelakangi Sasmita. dan Briana melihat kedatangan Sasmita dan juga pelayan ibu mertuanya.
"Nah, itu pelayan baru untuk Riko Bu.."
Wanita yang di panggil ibu itu menoleh kebelakang, di mana ada Sasmita yang berdiri dengan penampilan sederhana.
"Kamu yakin dengan-nya?" Wanita itu menyipitkan mata menelisik penampilan Sasmita.
Wajahnya tampak natural, cantik tanpa makeup, hanya ada pewarna bibir alami bentuk tubuhnya juga tidak buruk.
"Dia miskin dan memiliki suami lumpuh, aku yakin dia sangat membutuhkan uang dan akan bekerja keras agar bertahan, jika tidak maka ia akan mengembalikan uang denda." Ucap Briana dengan suara datar dan tatapan acuh tak acuh.
Mayang hanya mengangguk saja, "Pastikan dia tidak membuat masalah," Katanya lalu beranjak pergi.
"Kamu bisa bertanya tentang pekerjaan mu pada Cika, dia akan menunjukan daftar dan jadwal apa saja yang kamu lakukan, dan lagi ketahui batasan mu!"
Sasmita mengangguk patuh dengan kepala tertunduk, setelah itu Briana pergi sambil menenteng tas kremes mahal nya.
"Jangan tegang, tuan muda sebenarnya baik, hanya saja mereka yang membuatnya sangat frustasi."
Ucapan Cika membuat Sasmita cukup berpikir.
'Tuan muda sebenarnya baik?'
*
*
Sasmita sangat pusing melihat daftar dan jadwal apa saja yang harus ia lakukan. Pekerjanya dari pagi sampai majikanya tidur, namun jika dibutuhkan kapan saja Sasmita harus sigap.
"Tidak makan bawang goreng dan daun bawang, tidak suka manis dan asin." Sasmita membaca apa saja yang boleh dimakan dan tidak, terutama kesukaan majikanya.
"Tidak suka mendengar keributan, dan tidak boleh bicara banyak atau membantah,"
Rentetan catatan sudah Sasmita baca, sedikit banyaknya ia mulai menghafal apa saja yang akan ia kerjakan.
"Mbak, ini waktunya tuan muda minum obat," Cika datang sambil membawakan nampan berisi beberapa obat dan air.
"Setelah ini mbak harus menyiapkan sendiri, karena di rumah ini Nona muda dan nyonya besar punya pelayan pribadi yang harus melayani mereka secara mandiri." Tutur Cika memberi tahu.
Dia yang ditugaskan untuk membantu Sasmita di awal bekerja.
"Baik Cika, aku mengerti,"
"Mari aku antar ke kamar tuan muda."
Keduanya masuk kedalam lift, rumah besar ini terdapat tangga dan fasilitas lift untuk memudahkan Riko sang majikan yang cacat untuk turun ke bawah. Meskipun waktu Riko banyak di habiskan didalam kamar setiap waktunya.
Tok...Tok...Tok...
"Tuan saatnya minum obat!" Ucap Cika dari balik pintu.
"Masuklah," Titah Cika pada Sasmita.
Sejujurnya jantung Sasmita berdegup kencang, wanita itu tampak gugup dan takut.
"B-baik,"
Ceklek
Sasmita membuka pintu perlahan, ia menoleh pada Cika dan mendapat anggukan dari gadis itu.
"Aku tinggal dulu, selamat berjuang." Ucap Cika dengan senyum.
"Berjuang?" beo Sasmita.
"Apa kau akan berdiri disana terus!"
Sasmita tersentak saat mendengar suara tegas nan dingin itu.
"I-iya tuan," Balasnya, balasnya yang kemudian masuk setelah menutup pintu pelan.
Sasmita hanya bisa menatap punggung seorang pria yang sedang duduk di atas kursi roda. Pria itu tampak diam sambil menatap jendela kaca besar yang menunjukkan awan terang.
"Berapa wanita itu membayar mu!" Tanya Riko sambil membalikkan posisi duduknya, dan kini keduanya saling berhadapan saling memandang.
Hah
Sasmita agak linglung mendengar pertanyaan Riko, kenapa tanya soal gaji? apa uang sepuluh juta itu terlalu besar untuk menggaji ku? batin Sasmita.
"Katakan berapa, dan aku bisa memberimu lebih banyak, asalkan kau pergi sekarang juga!"
Deg
Sasmita kok jadi sesak, belum apa-apa dirinya sudah di tolak.
Dengan berani dan mengesampingkan rasa takut karena tatapan Riko yang tajam bak busur panah, Sasmita menjawab dengan bibir bergetar.
"Aku membutuhkan pekerjaan tuan, dan aku sudah menandatangani kontrak dengan nyonya Briana, jadi yang berhak memecat saya adalah nyonya Briana bukan anda."
Prank
Sasmita terlonjak kaget dengan mata terpejam, ia bisa merasakan basah di kakinya.
"Lancang sekali kamu berani bicara seperti itu!"
Tubuh Sasmita bergetar, perlahan ia membuka matanya dan menatap kebawah, di mana sebuah gelas pecah tepat dibawah kakinya. Bahkan pecahan gelas itu ada yang mengenai kulit kakinya dan memiliki sedikit noda darah.
"Maaf tuan, tapi saya hanya melakukan sesuai permintaan Nyonya,"
Dengan rasa perih di kakinya, Sasmita justru berjalan mendekati Riko yang terlihat begitu marah. Pria itu tak mengendurkan tatapan tajamnya pada wanita yang sudah berani mengangkat kepala padanya.
Selama ini tidak ada pelayan yang berani padanya, mereka lebih memilih untuk mengamankan uang dan mental mereka saat pertama kali melihat sosok Riko Fernandez.
*
*
Jangan lupa Like, Komen, dan rating 🌟 5 nya😘😘😘😘😘