NovelToon NovelToon
Menaklukan Hati Ceo

Menaklukan Hati Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: tanier alfaruq

seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33: Tekanan yang Menguat

Setelah Lieka dan Tanier tiba di ruang rapat, suasana terasa tegang. Di meja panjang, beberapa eksekutif dan perwakilan dari klien besar sudah menunggu. Wajah-wajah mereka serius, mencerminkan situasi kritis yang sedang dihadapi perusahaan. Klien ini adalah salah satu investor terbesar yang selama ini menopang perkembangan perusahaan Lieka, dan jika mereka benar-benar menarik investasi, perusahaan bisa runtuh.

Lieka mengambil posisi di ujung meja, menunjukkan otoritasnya sebagai pemimpin. Sementara itu, Tanier duduk di sampingnya, siap mendukung apa pun yang terjadi.

"Selamat siang, semuanya," kata Lieka dengan suara tegas. "Saya paham bahwa ada kekhawatiran terkait laporan keuangan terbaru kita. Saya di sini untuk meyakinkan kalian bahwa semua akan diselesaikan tepat waktu."

Salah satu perwakilan klien, seorang pria paruh baya dengan rambut beruban dan kacamata tebal, melipat tangannya di dada. "Bu Lieka, perusahaan kami sudah berinvestasi banyak. Kami butuh lebih dari sekadar janji. Ada beberapa masalah yang belum terselesaikan. Jika ini terus berlanjut, kami tak punya pilihan selain menarik dana kami."

Tanier memperhatikan dengan cermat. Dia tahu bahwa Lieka sangat pandai dalam menghadapi tekanan, namun situasi ini lebih rumit dari biasanya. Tanier bisa merasakan ketegangan yang mengalir di seluruh ruangan, terutama dari para eksekutif yang terlihat khawatir.

Lieka menatap pria itu dengan dingin. "Saya paham kekhawatiran Anda, dan saya tidak akan menutup mata terhadap hal ini. Tim keuangan kami sedang bekerja keras untuk menyelesaikan semua laporan, dan saya akan memastikan setiap detail diperiksa ulang."

Pria itu mengangkat alisnya. "Kami sudah mendengar hal yang sama sebelumnya. Kami butuh tindakan, bukan hanya kata-kata."

Tanier, yang tidak ingin hanya menjadi penonton, memutuskan untuk ikut bicara. "Kami menyadari betapa pentingnya investasi Anda bagi perusahaan ini. Oleh karena itu, kami telah merancang rencana perbaikan jangka pendek yang bisa segera diimplementasikan. Jika kalian memberi kami sedikit waktu lagi, saya yakin kalian akan melihat hasilnya."

Para eksekutif saling berpandangan, dan Lieka menoleh ke arah Tanier. Dia menghargai inisiatif Tanier yang memberikan dukungan saat dia membutuhkannya. Kata-kata Tanier memberikan sedikit ruang bagi mereka, sebuah peluang untuk meyakinkan klien.

Pria beruban itu tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. "Kami akan memberikan kalian waktu satu minggu. Tapi jika tidak ada kemajuan, kita akan membahas ulang kesepakatan ini."

Lieka mengangguk dengan anggun, meskipun di dalam hatinya dia merasakan tekanan yang luar biasa. "Terima kasih atas pengertian kalian. Kami tidak akan mengecewakan."

Setelah pertemuan selesai dan semua orang meninggalkan ruang rapat, Lieka merasakan beban yang begitu berat di pundaknya. Tekanan dari klien besar itu tidak main-main, dan satu kesalahan saja bisa menghancurkan apa yang telah ia bangun selama bertahun-tahun. Lieka tetap berdiri sejenak di depan jendela besar kantornya, memandang kota Jakarta yang dipenuhi lampu-lampu malam, tapi pikirannya tetap pada situasi krisis yang baru saja dihadapi.

Tanier yang baru saja mengirim beberapa email dan melakukan panggilan penting, mendekati Lieka dengan langkah hati-hati. Dia bisa merasakan aura kelelahan dari bosnya. Namun, Tanier tahu bahwa di balik sikap tegar Lieka, ada sisi lembut yang jarang diperlihatkan.

"Lieka, kamu mau aku buatkan kopi atau sesuatu? Kamu butuh istirahat," kata Tanier dengan nada lembut.

Lieka berbalik perlahan, matanya sedikit merah karena kelelahan. "Aku nggak tahu, Tanier. Semuanya terasa berat. Proyek ini penting, dan kalau kita gagal..."

Suaranya terhenti. Ada kekhawatiran dalam nadanya, sesuatu yang jarang terlihat dari CEO yang biasanya begitu tangguh dan galak. Namun, saat ini, Tanier melihat sisi lain dari Lieka—sisi yang lebih rentan.

Tanier mendekat, menggenggam kedua tangan Lieka dengan lembut. "Kita nggak akan gagal, Lieka. Kamu kuat, dan kita akan melalui ini bersama. Aku di sini untukmu."

Lieka terdiam, matanya menatap Tanier dengan pandangan yang penuh perasaan. Mungkin karena kelelahan, mungkin karena stres, atau mungkin karena perasaan yang kian berkembang di antara mereka. Perlahan, dinding pertahanan yang biasanya mengelilingi hati Lieka mulai runtuh.

"Terima kasih, Tanier," kata Lieka akhirnya, suaranya nyaris berbisik. "Kamu selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik."

Tanier tersenyum kecil. "Itu tugasmu sebagai bosku. Tugasku adalah memastikan kamu nggak jatuh."

Hening sejenak. Tanpa berkata apa-apa, Lieka menyandarkan kepalanya ke dada Tanier, mencari kenyamanan dalam kehangatan tubuhnya. Tanier, yang sedikit terkejut dengan kedekatan itu, membiarkan Lieka berada di pelukannya, memberikan ruang bagi Lieka untuk melampiaskan semua tekanan yang telah menumpuk.

Suasana berubah menjadi intim saat keduanya berdiri dalam hening. Tanpa rencana, perasaan di antara mereka semakin mendalam. Detik-detik berlalu, dan saat Lieka mengangkat wajahnya, mata mereka bertemu dalam jarak yang sangat dekat. Napas Lieka terasa di wajah Tanier, dan tiba-tiba suasana terasa penuh dengan ketegangan yang berbeda.

"Saya harus pulang," bisik Lieka, tapi matanya tidak beranjak dari mata Tanier.

"Tapi kamu nggak mau pergi," balas Tanier, senyumnya lembut namun dalam.

Lieka tidak menjawab. Sebaliknya, dia menarik Tanier lebih dekat, dan akhirnya, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lambat, dalam, dan penuh perasaan. Ini adalah saat yang sudah lama ditahan oleh keduanya, dan ketika akhirnya terjadi, tidak ada lagi keraguan di antara mereka.

Ciuman itu awalnya lembut, namun semakin lama semakin intens. Kedua tangan Tanier mengelus punggung Lieka dengan lembut, sementara Lieka meremas kerah kemeja Tanier, seolah tak ingin melepaskannya. Mereka berdua larut dalam momen itu, melupakan segala kekhawatiran dan tekanan yang sebelumnya membebani.

Setelah beberapa saat, mereka terpisah sejenak, napas keduanya berat dan deras. Namun, ada sesuatu yang tidak terucapkan dalam tatapan mereka. Sebuah ikatan yang baru terbentuk, yang lebih kuat dari sebelumnya.

Lieka tersenyum tipis, mengusap pipi Tanier dengan lembut. "Kamu selalu tahu kapan harus ada, ya?"

Tanier tertawa kecil. "Aku hanya melakukan apa yang aku rasakan."

Malam terus beranjak larut, tapi kantor Lieka masih hidup dengan suasana tenang yang hanya tersisa untuk mereka berdua. Setelah ciuman intens yang mereka bagi, Tanier dan Lieka terdiam sejenak, merasakan ketegangan yang perlahan berubah menjadi keintiman yang lebih hangat dan dalam. LiekA mundur sedikit, menatap Tanier dengan sorot mata yang penuh keraguan, namun juga penuh rasa ingin tahu.

"Aku nggak biasanya seperti ini, Tanier. Tapi ada sesuatu tentang kamu..." Suara Lieka serak, seperti mencoba merasionalisasi apa yang baru saja terjadi.

Tanier mengangguk pelan. "Aku juga ngerasa gitu. Aku cuma ingin kamu tahu, aku di sini nggak hanya untuk perusahaan atau pekerjaan. Aku di sini karena... aku peduli sama kamu."

Lieka tersentuh dengan kejujuran itu, tapi perasaan antara cinta dan tanggung jawab masih berkecamuk di kepalanya. Ia wanita yang selalu berpikir logis, tapi dengan Tanier, dia merasa segala logika itu seakan runtuh.

"Terima kasih, Tanier," gumamnya. "Tapi kita tetap harus profesional. Apapun yang terjadi, hubungan ini nggak boleh mengganggu pekerjaan."

Tanier mendekat lagi, meraih tangan Lieka. "Kamu benar. Kita harus tetap fokus. Tapi, apapun yang terjadi, aku nggak akan pernah ninggalin kamu. Kita bisa jalani ini, satu langkah pada waktunya."

Lieka tersenyum tipis, menghargai sikap sabar Tanier. Di tengah semua kesulitan yang dia hadapi, ada kenyamanan yang bisa dia temukan dalam sosok pria ini—pria yang tidak pernah takut menghadapinya, bahkan ketika dunia seolah menghancurkannya.

Tiba-tiba, pintu kantor terdengar diketuk. Lieka dengan cepat melepaskan tangannya dari Tanier, kembali mengubah ekspresinya menjadi tegas dan profesional.

"Masuk," panggilnya.

Seorang sekretaris masuk, membawa beberapa dokumen penting untuk diselesaikan malam itu. "Maaf mengganggu, Bu Lieka. Ini ada berkas yang harus segera ditandatangani."

Lieka mengangguk dan mengambil dokumen itu. "Terima kasih. Kamu bisa keluar dulu."

Setelah sekretaris keluar, Tanier kembali menatap Lieka, tapi suasana telah berubah. Lieka mengambil berkas itu dengan serius, dan suasana santai yang tadi mereka rasakan perlahan memudar di tengah-tengah realitas tanggung jawab yang menunggu.

"Sepertinya, aku harus fokus dengan ini dulu," kata Lieka, suaranya kembali formal.

Tanier tersenyum tipis, meski ada sedikit kekecewaan. "Aku mengerti. Aku akan ke ruanganku kalau kamu butuh apa-apa."

Saat Tanier beranjak pergi, Lieka kembali duduk di meja kerjanya, mencoba menenangkan pikirannya dan fokus pada dokumen yang ada di hadapannya. Tapi dalam hati, dia tahu bahwa apa yang baru saja terjadi bukan sekadar kebetulan. Hubungannya dengan Tanier kini telah memasuki babak baru, dan meski ada tekanan besar dari pekerjaannya, ada sesuatu dalam dirinya yang tidak bisa lagi mengabaikan perasaan yang mulai tumbuh terhadap pria itu.

***

Di luar kantor, Tanier berjalan dengan perasaan campur aduk. Dia tahu bahwa hubungan dengan bosnya, Lieka, sangat rumit, tapi tidak ada yang bisa menghentikannya sekarang. Ada sesuatu tentang Lieka yang membuatnya ingin lebih melindungi dan mendekati wanita itu, meski risiko besar mengintai karier mereka berdua.

Saat Tanier kembali ke ruangannya, ponselnya berdering. Nama yang muncul di layar adalah Sundari—mantan pacar yang sudah lama tidak menghubunginya. Perasaannya langsung berubah menjadi waspada.

"Ada apa, Sundari?" tanya Tanier saat menjawab panggilan itu.

Sundari terdengar tersenyum di ujung sana, tapi nadanya dingin. "Kamu benar-benar berpikir bisa meninggalkanku begitu saja, Tanier? Aku mendengar banyak tentang kamu dan Lieka... Apakah benar apa yang kudengar?"

Tanier menahan napas. Sundari selalu punya cara untuk membuat segalanya menjadi lebih rumit. "Itu bukan urusanmu, Sundari. Kita sudah lama selesai."

"Benarkah? Kita lihat saja nanti, Tanier. Aku tidak akan membiarkanmu dengan mudah."

Tanier menghela napas panjang, mengetahui bahwa ini belum selesai. Sundari bukan tipe wanita yang menyerah begitu saja, dan dia tahu bahwa ini mungkin akan menjadi salah satu ancaman besar yang harus dia hadapi, selain tekanan pekerjaan dan hubungan yang semakin rumit dengan Lieka.

1
Leviathan
4 like mendarat, semangat, jgn lupa mampir juga saling bantu di chatt story ane
Tanier Alfaruq: ok siap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!