novel fantsy tentang 3 sahabat yang igin menjadi petualang lalu masuk ke akademi petualang dan ternyata salah satu dari mereka adalah reinkarnasi dewa naga kehancuran yang mengamuk akbiat rasnya di bantai oleh para dewa dan diapun bertekad mengungkap semua rahasia kelam di masa lalu dan berniat membalas para dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Albertus Seran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Menghadapi Kebenaran
Malam itu mereka menemukan tempat untuk beristirahat di bawah pohon besar yang bercabang lebat, cukup untuk melindungi mereka dari angin dingin yang bertiup dari pegunungan. Aric duduk terdiam, menatap api unggun yang mereka buat dari ranting-ranting kering. Percikan kecil dari api itu memantul di matanya, dan pikirannya terjebak dalam pusaran pertanyaan tanpa jawaban.
Lyria duduk di sebelahnya, mencoba membaca ekspresi di wajah Aric. Namun, keheningan itu terasa lebih tebal dari kabut hutan yang baru saja mereka tinggalkan. "Aric, kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut.
Aric hanya menatap api tanpa menjawab. Dia merasa terbebani oleh kekuatan yang baru saja bangkit di dalam dirinya, sesuatu yang tak pernah dia bayangkan. Rasanya seperti dia telah menjadi orang lain. Dia tahu ini lebih dari sekadar sihir biasa; ini adalah kekuatan yang jauh lebih gelap dan liar, yang bahkan dia sendiri tidak bisa kendalikan sepenuhnya.
Erevan yang duduk di sisi lain api unggun memandangnya dengan cemas. "Kita harus mencari tahu apa yang terjadi padamu, Aric. Kekuatan yang kau keluarkan tadi... itu bukan sihir biasa." Dia berhenti sejenak, kemudian melanjutkan, "Aku pernah mendengar tentang dewa naga yang kau sebutkan di hutan. Mereka adalah legenda, tapi mungkin ada sesuatu di sana."
Kael mengangguk setuju, sambil membersihkan busurnya. "Jika memang ada darah dewa naga dalam dirimu, Aric, maka itu berarti kau lebih dari yang kita duga selama ini. Tapi pertanyaannya, apa yang akan kau lakukan dengan kekuatan itu?"
Aric menarik napas panjang, lalu melepaskannya perlahan. "Aku sendiri tidak tahu. Setiap kali kekuatan itu muncul, rasanya seperti aku kehilangan kendali. Sebagian dari diriku ingin melawan, tetapi sebagian lagi..." Dia menundukkan kepala. "Sebagian lagi justru merasa puas dengan kehancuran yang kubuat."
Lyria menggenggam tangan Aric, memberinya dukungan. "Kami di sini bersamamu, Aric. Tidak peduli apa yang terjadi, kami akan berjuang bersamamu." Ucapannya penuh ketulusan, dan itu memberi Aric sedikit ketenangan.
Mereka terdiam beberapa saat, hanya ditemani oleh suara api yang berderak dan suara binatang malam yang samar-samar terdengar dari kejauhan. Setelah beberapa waktu, Erevan tiba-tiba teringat sesuatu.
"Aku pernah mendengar tentang sebuah kuil kuno yang mungkin dapat menjawab pertanyaanmu, Aric. Kuil itu disebut Kuil Naga Hitam. Menurut legenda, kuil itu adalah tempat di mana roh-roh naga kuno bersemayam. Jika kau benar-benar memiliki hubungan dengan dewa naga, mungkin kuil itu bisa memberi jawaban."
Aric mengangguk, ada kilatan harapan di matanya. "Di mana letaknya?"
Erevan tampak ragu sejenak, kemudian menjawab, "Di puncak Pegunungan Ravenclaw. Namun, perjalanan ke sana tidaklah mudah. Banyak yang mencoba mencapainya dan tidak pernah kembali."
"Kita sudah melewati banyak bahaya," kata Kael dengan nada penuh keyakinan. "Jika ada yang bisa melewati rintangan itu, aku yakin kita bisa." Kael tersenyum tipis, memberikan semangat kepada mereka semua.
Dengan semangat baru, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Kuil Naga Hitam. Perjalanan ini mungkin akan menjadi yang paling berbahaya, tetapi mereka semua tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk memahami kekuatan yang dimiliki Aric.
Keesokan harinya, mereka memulai perjalanan panjang menuju pegunungan yang menjulang di depan mereka. Pemandangan semakin gersang dan dingin ketika mereka mendekati kaki Pegunungan Ravenclaw. Kabut tebal dan awan gelap menggantung rendah, memberi kesan bahwa pegunungan itu seolah menunggu kedatangan mereka dengan penuh rahasia.
Saat mereka semakin mendekati puncak, cuaca semakin tidak bersahabat. Angin bertiup kencang, membawa serta butiran salju yang membekukan. Jalur yang mereka lewati semakin sulit, dan beberapa kali mereka hampir terjatuh di bebatuan yang licin. Tetapi semangat mereka tetap kuat, terutama Aric, yang merasa bahwa tempat ini memanggilnya, seolah-olah ada sesuatu yang ingin dia ketahui.
Setelah berhari-hari menempuh perjalanan berat, mereka akhirnya tiba di mulut Kuil Naga Hitam, yang tersembunyi di balik tebing curam. Kuil itu besar, dengan ukiran-ukiran naga yang terlihat angker dan penuh wibawa di sepanjang dindingnya. Aroma kemenyan kuno tercium samar-samar, menambah aura mistis yang menyelimuti tempat itu.
Erevan memandangi kuil itu dengan kagum. "Ini dia. Tempat yang selama ini hanya kudengar dari cerita-cerita kuno. Tempat di mana para naga suci pernah bernaung." Dia melangkah maju, memasuki pintu besar kuil yang terbuka lebar, seolah menyambut mereka.
Di dalam kuil, mereka menemukan altar besar dengan patung naga hitam raksasa yang menghadap ke arah mereka. Patung itu tampak hidup, matanya yang terbuat dari batu hitam seakan menatap langsung ke arah Aric. Ada tulisan kuno yang terukir di bawah patung itu, yang tampak seperti pesan dari masa lalu.
Aric mendekati altar dengan hati-hati, merasakan getaran energi yang kuat mengalir dari patung itu. Dia menundukkan kepala, dan tiba-tiba suara berat dan dalam bergema di ruangan itu.
"Putra dari Naga Hitam, engkau telah datang pada waktunya."
Semua orang terkejut. Suara itu terdengar dari segala arah, memenuhi ruangan dengan kehadiran yang tak terlihat.
"Siapakah engkau?" tanya Aric dengan suara gemetar, merasa bahwa suara itu entah bagaimana berbicara langsung ke dalam pikirannya.
"Aku adalah penjaga dari jiwa-jiwa naga yang terlahir kembali. Engkau adalah keturunan dari darah naga yang telah lama hilang. Engkau membawa takdir yang gelap, namun juga kesempatan untuk mengubahnya," suara itu menjawab, semakin dalam dan menggema.
Aric menghela napas panjang, menenangkan dirinya. "Jika aku memang terlahir sebagai bagian dari naga, lalu apa tujuan dari kekuatan ini? Mengapa aku merasakan kehancuran di dalam hatiku?"
Suara itu menjawab dengan tenang, "Itulah kutukan dan berkah dari darah naga. Kekuatanmu lahir dari kehancuran, namun bukan berarti tak bisa diarahkan untuk melindungi. Ingatlah, nasibmu adalah apa yang kau buat sendiri."
Erevan melangkah maju, bertanya dengan hati-hati, "Apakah ada cara bagi Aric untuk mengendalikan kekuatan ini tanpa kehilangan dirinya sendiri?"
Suara itu terdiam sejenak sebelum menjawab, "Hanya dengan kesetiaan dan pengorbanan. Hati yang kuat dan kemauan yang teguh adalah kunci untuk mengendalikan kekuatan ini. Namun, ingatlah, setiap kekuatan datang dengan harga."
Lyria menggenggam tangan Aric, menguatkan tekadnya. "Aric, kau sudah melalui begitu banyak untuk sampai di sini. Aku tahu kau bisa melakukannya. Kami semua di sini bersamamu."
Aric menatap teman-temannya satu per satu, merasa bahwa apa pun yang terjadi, dia tidak akan menghadapi ini sendirian. "Aku tidak akan lari dari takdirku. Jika darah naga ini harus kuterima, maka aku akan menjalaninya. Tapi aku akan memilih untuk menggunakan kekuatan ini untuk melindungi kalian."
Mereka semua mengangguk, merasa terikat oleh janji itu. Perjalanan ini baru dimulai, tetapi mereka tahu bahwa apapun yang menanti mereka di depan, mereka akan menghadapi bersama. Aric telah menemukan tujuan baru untuk kekuatannya, bukan hanya sebagai pewaris darah naga, tetapi juga sebagai sahabat dan pelindung bagi mereka yang dia cintai.