Allesia Cestaro adalah gadis seorang siswi kutu buku sekolah yang mengalami sebuah tragedi di malam perpisahan sekolah. Ia sengaja di beri racun gairah oleh teman-temannya untuk sekedar menjadikan momen perpisahan yang unik.
Tidak di duga ia akan di selamatkan oleh pria nomor 1 di sekolah dengan kekayaan keluarga mencapai triliunan, ia adalah Zigga Wirelless Allison.
Zigga membawa Allesia menjauh dari anak-anak nakal menggunakan mobilnya ke sebuah pinggiran sungai besar yang berada di sudut kota.
"Kamu tidak pernah minum, kenapa minum?" tanya Zigga.
"Calista bilang kalo ingin mendapatkan kamu aku harus bisa minum!" jawabnya malu-malu.
"Tolong aku?" lanjutannya dengan lirih gelisah.
"Dasar wanita bodoh!" Zigga melepaskan kemeja putihnya. "Alle, ingat satu hal, aku akan menolong mu tetapi aku tidak akan bertanggung jawab apapun yang terjadi ke depan!?" tegas Zigga.
Bagaimana nasib Alle selanjutnya, tragedi kenikmatan akankah membawa malapetaka atau keindahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamaperi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apakah Prilliya berubah
Di parkiran pemakaman terlihat Prilliya mengejar Zigga dan memeluknya dengan erat.
"Zigga? Aku mohon, tolong aku, aku tidak mau menikah dengan generasi ke lima kelompok bawah tanah! Aku tidak tahu bagaimana rupanya dan bagaimana sifatnya. Zigga, tolong aku?"
Prilliya menangis dan memohon pada sepupunya.
Zigga dengan lembut menghapus air mata Prilliya. Meskipun Prilliya sudah melakukan kesalahan besar padanya tentang kebohongan yang menyangkut tentang Alle, namun Prilliya tetaplah sepupu yang sangat ia sayangi. Prilliya adalah anak yang manja dan sangat manja, namun ia akan selalu patuh dengan apa Zigga katakan.
Bahkan, Prilliya sudah hampir 20 kali putus dengan pacar-pacarnya hanya karena Zigga tidak setuju dengan pacar-pacar yang Prilliya kenalkan kepadanya.
"Kamu tenang saja, aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh mu. Jangan menangis lagi?" Zigga dengan lembut mengusap air mata Prilliya.
"Zigga, aku gak mau pulang, aku juga bisa bersembunyi di apartemen ku, mereka pasti akan menemukan ku, aku mohon biarkan aku tinggal di mansion mu. Cuma di sana aku akan merasa aman?" Prilliya memohon.
"Aku tidak yakin, karena kamu sangat tidak menyukai Alle. Aku takut kehadiran mu akan menganggu kenyamanan Alle."
ucap Zigga ragu.
"Zigga, apa kamu sangat menyukai dia? Sejak kapan?" tanya Prilliya penasaran.
"Sejak pertama aku masuk SMA, sejak pertama kali melihatnya aku sudah menyukainya." jelas Zigga.
"Jadi, itulah alasan malam perpisahan kamu setuju untuk bersama Alle?" tanya Prilliya tidak percaya.
Zigga hanya mengangguk.
"Apa kamu masih marah sama aku karena aku sudah berbuat jahat sama Alle dan juga berbohong padamu jika Alle sudah tiada. Aku melakukan itu karena aku tidak ingin kamu tertipu dengan si kutu buku, aku takut dia hanya akan memploroti harta kita!?" Prilliya merasa tidak enak hati kepada Zigga.
"Tidak, aku tidak marah kepadamu, karena sebenarnya karena ulahmu membuat aku semakin dekat dengan Alle, dan soal kematian palsu Alle, aku merasa jika waktu itu memang waktu tepat untuk berpisah dengannya. Kembalinya Alle itu karena memang sudah takdir kami untuk bersama."
Zigga tidak dapat membayangkan bagaimana takutnya Alle pada saat itu jika melihat kegilaannya untuk bangkit dan untuk mencapai sampai posisi saat ini.
Prilliya sangat senang karena Zigga tidak marah padanya, namun entah mengapa hati Prilliya masih saja merasa tidak senang jika Zigga bersatu dengan Alle. Sebenarnya Alle tidak melakukan kesalahan, namun entah mengapa Prilliya benar-benar tidak dapat menyukai Alle.
Namun demi untuk mendapatkan kepercayaan Zigga kembali Prilliya harus berpura-pura untuk menerima Alle dalam keluarga mereka.
"Aku senang mendengarnya. Aku akan meminta maaf pada Alle tentang masa lalu kita dan soal kemarin di mansion aku sudah menyinggungnya."
Prilliya tersenyum untuk meyakinkan Zigga.
"Sekertaris Xenia, bawa mobil Prilliya dan letakan di tempat ramai. Biarkan mobil itu mengalihkan perhatian kelompok bawah tanah." tutur Zigga.
"Baik, Tuan!"
Zigga dan Prilliya pun masuk ke dalam mobil Zigga dan pergi meninggalkan pemakaman.
Sesampainya di mansion terlihat langkah kaki berlarian untuk menyambut sang kekasih. Alle sangat senang karena Zigga pulang lebih awal.
Namun langkah terhenti ketika dia melihat Prilliya berjalan sambil menggandeng tangan Zigga dan menempel seperti prangko. Sikap Prilliya sangat manis seolah-olah mereka adalah sepasang kekasih.
Zigga nampak santai dan membiarkan Prilliya menempel pada dirinya. Sikap Zigga sangat berbeda ketika dia sedang marah dan mencekik leher Prilliya waktu itu.
Namun Alle sadar, inilah alasan Zigga tidak pernah mengizinkannya untuk balas dendam kepada Prilliya. Zigga sangat menyayangi sepupunya.
"Kamu belum tidur?" sapa Zigga kini berdiri di depan Alle yang berdiri mematung di dekat pintu masuk.
"Kamu bilang akan malam bersama, jadi aku menunggumu." jawab Alle menundukkan kepalanya.
"Alle, maafkan aku, aku sudah salah padamu. Aku harap, kita akan menjadi keluarga yang baik." Tiba-tiba saja Prilliya memegang kedua tangan Alle membuatnya terkejut.
"Ah, i-iya Prilli, aku sudah memaafkannya." jawab Alle spontan karena tidak mungkin dia bilang tidak di depan Zigga.
"Kalo begitu kita akan makan malam bersama." ucap Zigga.
"Zigga, aku masuk ke kamarku, aku tidak berselera makan, mood ku sedang tidak enak," ucap Prilli dengan manja terus memeluk lengan Zigga membuat Alle merasa cemburu.
"Ya sudah, kamu mandi dan bersihkan tubuhmu nanti aku antar makanan ke kamarmu." ucap Zigga.
Prilliya mengangguk dan tersenyum berjalan ke arah tangga. Namun Zigga menghentikannya.
Awalnya kamar atas biasa untuk tidur Prilliya ketika dia menginap. Namun sekarang kamar itu sudah menjadi milik Alga, Zigga tidak bisa membiarkan Prilliya mengetahui jika dirinya memiliki seorang putra.
"Prilli, kamar atas sudah ada yang punya, aku harap kamu tidak keberatan tidur di kamar bawah." ucap Zigga memperingati.
Prilliya tersenyum karena dia menduga jika kamar atas di pakai oleh Alle, itu tandanya Zigga tidak tidur dengan Alle, itulah yang ada di pikiran Prilliya.
"Oh, tidak masalah, aku akan tidur di kamar bawah." sahut Prilliya.
Alle masih terdiam dan terlihat wajahnya ditekuk.
"Kenapa?" tanya Zigga memegang dagu Alle yang tertunduk.
"Tidak apa-apa." jawab Alle berbohong.
"Asal kamu tidak menyinggungnya, dia tidak akan menyakiti mu." ucap Zigga memperingati Alle. Namun hal itu membuat Alle merasa sangat kesal.
"Sejak kapan aku menyinggungnya! Kamu terus membela dia, padahal kamu tahu aku adalah korbannya!" ucap Alle sangat kesal.
"Aku janji, dia tidak akan menyinggung mu lagi. Dia sebenarnya anak yang baik, hanya saja tempramentalnya kurang bagus jika dia marah." Zigga lagi-lagi nampak lebih menonjol membela Prilliya.
Alle pun hanya bisa menghela nafas karena mau bagaimana pun Prilliya adalah saudara Zigga. Mau bagaimana pun saudara akan saling melindungi satu sama lain. Percuma saja meminta pembelaannya.
"Terserah mu saja, aku tidak punya hak untuk meminta pembelaan darimu." Alle kembali menundukkan kepalanya.
"Dia di jodohkan dengan kedua orang tuanya dengan seorang mafia. Dia tidak memiliki tempat selain di sini untuk bersembunyi, aku harap kamu bisa mengambil hatinya. Aku yakin, dia pasti dapat menerimamu." jelas Zigga.
"Benarkah?" Alle pun langsung merasa simpati kepada Prilli.
Zigga mengangguk.
"Aku pikir dia ke sini untuk menggangguku tapi ternyata dia memiliki masalah yang cukup rumit. Aku akan berusaha untuk tidak membuatnya marah." sahut Alle.
"Aku katakan padamu." Zigga mendekati telinga Alle dan berbisik _Jangan beri tahu dia kalo kita sudah punya seorang putra_
Alle mengangguk dengan cepat karena dia sangat takut jika ayahnya Zigga mengetahui mereka memiliki putra.
Di meja makan, Alle pun makan dengan tidak nyaman.
"Ada apa? Apa makanannya tidak enak?" tanya Zigga memperhatikan Alle.
"Oh, nggak kok, makanannya enak, aku cuma ngerasa ngantuk aja." ucap Alle berbohong.
"Kamu tenang aja, aku akan menyuruh penjaga untuk menjaga anak tangga, tidak ada yang boleh naik ke atas selain kita."
ucap Zigga.
"Kenapa?" tanya Alle tidak mengerti.
"Aku pikir itu lebih baik agar kamu merasa leluasa tentang privasi kita." jelas Zigga.
"Ide yang bagus, terima kasih sayang!" Alle langsung bangkit dan memeluk Zigga dari belakang.
Zigga hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Wanita memang seribet itu, namun jika kita pandai tentang apa yang mereka inginkan tidak sulit jika kita mau berusaha sedikit keras untuk meluluhkannya.