TAMAT 02 NOVEMBER 2023
Ning Aisha menangis setelah King tak sengaja menciumnya. "Jangan dekati aku lagi!"
"Terus, gimana cara Gue jagain Lo, Cengeng?"
"Nggak perlu, aku bisa jaga diri baik-baik! Kita bukan mahram, jangan deket-deket! Setan pasti suka godain Kita, terutama kamu yang nggak kuat iman! Nggak mau shalat. Pasti jadi temen setan!"
"Lo mau dihalalin sama temen setan ini? Bilang! Besok Daddy sama Mom biar ngelamar Lo buat Gue!"
"Sinting..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB DUA SEMBILAN
"Selamat tinggal, Sayang. Maafin Papa yang udah buang kamu di sini." King membuang pengaman di tempat istimewa mantan; tong sampah.
"Mom kalian nggak boleh diisi sama kalian dulu, Ok! Jangan gentayangan ya! Papa buang kalian karena Papa Sayang Mom kalian."
Aisha menggeleng ringan. Andai bukan suaminya, mungkin Aisha sudah lari ketakutan menjumpai perilaku stres King yang seperti itu.
Selesai dengan kegiatan berpahala, King dan Aisha harus mandi ulang. Kini, gadis tak gadis itu duduk di depan cermin rias sambil menatap pantulan wajah tampan King yang sibuk mengeringkan rambut panjangnya.
Usai sudah kegiatan itu, King akhiri dengan ciuman di pipi sebagai imbalannya. Aisha kembali mengenakan jilbabnya lalu kembali mengenakan pakaian kasualnya.
Keduanya menunggangi motor berdua berboncengan menuju rumah Papi Rey yang tak terlalu jauh dari rumah King. Tak ayal, rumah mereka memang sama-sama tinggal di komplek elit yang sama.
Aisha bahkan tak mengenakan helm saking dekatnya rumah Liam. Dalam perjalanan, King iseng, sesekali King memainkan rem demi dada sintal yang dribble di punggungnya.
Aisha selalu ringan tangan saat begitu, King yang sedari kecil tak tersentuh justru apes oleh cubitan dan pukulan geram istrinya.
Sakit sih, tapi King tak marah. "Ini KDRT, Ning. Kamu bisa aku laporin ke Kak Seno! Mending lakuin KDRK ajah, aku ikhlas!"
"Apaan KDRK?"
"Kekerasan Dalam Ranjang King!"
King terkikik dengan nada geli. Cubitan di perutnya jelas cubitan yang akan dia rindukan saat lulus nanti dan mereka LDR.
Mengingat itu, redup perlahan senyum di bibirnya, King jadi teringat ucapan Aisha saat mandi tadi. "Jangan ke Al Azhar ya, Ning."
"Kenapa?" Aisha mengerutkan keningnya yang tak setuju. "Kamu bilang boleh! Aisha pengen banget ke sana, King."
Malahan, Aisha ingin King juga kuliah di sana, supaya tidak usah LDR-an. "King nggak mau kuliah sama Ning, hmm?" tanyanya kemudian.
King tak menjawabnya lagi, Aisha mungkin belum paham jika suami yang dia rengkuh sekarang ini, calon pemimpin Millers-corpora.
Banyak hal yang perlu dia gali di California, selain memang harus belajar bisnis. Titel yang bagus juga perlu untuk menunjang kepercayaan para klien, rekan, bawahan, dan banyak orang di sekelilingnya nanti.
Orang-orang akan membicarakan dari mana lulusannya, S2, S1 atau S3, belum lagi gaya hidupnya yang harus disetarakan dengan gaya CEO. Lagi-lagi demi keberlangsungan perusahaan agar lebih mudah menarik kepercayaan konsumen dan lain sebagainya.
🖋️~
^^^🖋️~^^^
Setibanya di rumah Papi Rey, keduanya langsung disambut apik oleh Ummi Zivanna dan Papi Rey sendiri. Ada Liam yang sudah bersiap di kursi meja makan.
Mereka melanjutkan ritual makan siang bersama tanpa ada obrolan.
Usai makan siang, di sini lah Liam baru diberitahu jika hubungan Aisha dan King bukanlah pacaran melainkan pernikahan.
Liam terkejut tentunya, meski begitu ia tak menunjukkan raut lain selain datar dan sinis saat menatap ke arah King.
Sebenarnya King malas sekali datang dan bertemu dengan Liam, tapi ya sudahlah, mungkin kesialan di hidupnya hanya seputar Liam saja.
Selesai makan, King dan Aisha berjalan jalan di taman belakang. Tak ada yang bisa mereka lakukan selain itu, karena jujur saja keduanya tidak berniat mengakrabkan diri dengan Liam.
"Wah, ini beneran Papi Rey urusin rumah ini sendirian?" Aisha takjub pada kecantikan bunga-bunga di taman ayah sambungnya.
Papi Rey bilang, tak ada pembantu di rumah ini, ada pun pelayan yang direkrut sekarang karena Papi Rey tak mau membuat Ummi Zivanna kecapean karena mengurus rumah.
Sebelumnya, Papi Rey dan Liam lebih suka saling bergantian bersih-bersih, mengingat keduanya sama-sama tidak menyukai banyak orang asing di dalam rumahnya.
"Di sana ada kolam ikan. Kamu mau liat?"
"Kok kamu tahu, King? Kamu sering main ke sini ya?"
Aisha menatap King yang kikuk dan menggaruk tengkuknya. Aisha pasti bertanya tanya kenapa sedari tadi dia hapal dengan denah rumah ini.
"Ya tahulah, kan rumah ini dibangun sama perusahaan Daddy." King suka dengan kepandaiannya, dia tidak memiliki kesulitan saat memilih alasan yang bagus.
King malas menjelaskan panjang lebar tentang pertemanannya bersama Liam yang baru-baru ini renggang karena suatu perkara.
Bukan apa-apa, King tak mau jika Aisha yang bawel bin rewel, akan terus mencecarnya dengan pertanyaan-pernyataan yang sudah seperti interogasi alien.
"Aisha lupa kalau komplek ini dibuat sama perusahaan Daddy!" Aisha menyengir meringis.
"Uaaahhh..." Senyum Aisha semakin mengembang mendapati sebuah kolam estetika di sudut taman.
"King, aku mau ambil es yang tadi dibuatin Ummi dulu ya. Kamu tunggu di situ." King cegah Aisha dengan menarik lengannya.
"Biar aku ajah yang ambil, kamu yang tunggu di sana." King tak mau Aisha bertemu dengan Liam kembali, maka dia pula lah yang harus mengalah untuk mengambil minuman Aisha.
Dugaannya benar, sampai dapur, ada Liam yang masih berkeliaran di sana. Dia sudah melakukan hal yang tepat.
Jangan sampai Aisha memiliki kesempatan bicara dengan pemuda itu, atau hubungan mereka akan terkena masalah.
King meraih gelas, lalu mengisinya dengan es buah buatan Ummi. Melihatnya di sana, tentu Liam tak akan membiarkan dirinya.
King meraih tisu untuk mengelap pinggiran gelasnya, lalu matanya refleks melirik pada pemuda yang mendekatinya.
"Btw selamat ya pernikahan Lo!" ucap Liam.
Dari nadanya King tahu itu bukan doa, tapi ancaman. "Lo tahu kan, pernikahan rahasia Lo, bisa jadi scandal terhit di media?"
King terkekeh di antara asap rokok yang Liam semburkan padanya. "Lo nggak mungkin bocorin rahasia ini, atau Gue lupa Lo Abang tiri Aisha!"
Liam menggertak giginya, lalu terdiam setelah King kembali berujar.
"Jangan lupa, Gue masih punya bukti-bukti pengakuan Lo tentang konspirasi di balik pembullyan anak beasiswa di sekolah Gue!"
Sinis, Liam melurut tatapan tak suka. King keluar, mencoba tak peduli dengan ancaman pemuda itu.
Demi Papi Rey yang sudah menjadi ayah tiri Aisha juga, King yakin Liam takkan berani membongkar rahasia pernikahannya bersama Aisha.
"Ning!" King menjatuhkan gelas ditangannya seketika mendapati istrinya duduk bersama gadis cantik berkursi roda.
"Billy..." Benar, dia Billy yang satu tahun lalu pergi meninggalkan negaranya. Ngomong ngomong, sejak kapan Billy pulang ke tanah airnya?
"King..." Aisha tersenyum sambil bangkit dari duduknya, wajah sumringah itu seperti tidak peduli akan kecemasan King. "Kenalin, ini temen baru Aisha!" ucapnya polos.
Lihatlah konyolnya Aisha, baru bertemu sekali sudah menganggapnya teman. Singkat saja, King tak mau Aisha mengenal Billy terlalu jauh.
Ditariknya gadis berjilbab merah muda itu untuk dijauhkan dari Billy. "Kita pulang ajah!"
"Loh..." Aisha kebingungan dengan sesekali menoleh ke arah Billy yang terdiam sedih.
"Kamu kok sombong gitu sih King. Billy pasti tersinggung sama sikap kamu!"
Aisha melepas tangan King yang terpaksa berhenti menatapnya secara tajam.
"Aku nggak mungkin jijik sama orang, cuma karena dia duduk di kursi roda!"
"Terus?"
"Dia bisa jadi pengaruh buruk buat kamu!"
"Dia baik..."
"Don't judge a book by its cover!" sentak King berikutnya. "Dia lemah, bukan berarti nggak bisa buat kamu celaka. Paham?"
Aisha menghela napas dalam. Ini reaksi posesif seorang King untuk yang kesekian kalinya. Tapi ok, Aisha berusaha memahami walau suaminya terkesan berlebihan.
"Faham." Demi mengembalikan suasana hati King, gadis itu memakai aksen Arab seperti yang sering Roland lakukan. "Aina faham!"
"Nggak lucu!" ketus King. Aisha tak tahu jika dia sedang bergemuruh, gadis itu malah bersikap konyol dengan mengedip matanya berkali-kali.
"Zumfah? Ainta zuzur?" Sekilas, King kecup bibir manyun Aisha. Lalu menarik kembali gadis itu untuk ikut bersama langkahnya.
Aisha menyengir, lalu menutup mulut yang barusan disentak kecupan, kemudian menyengir lebih lebar sambil pasrahkan tangannya di gandengan King yang menyeretnya pelan untuk keluar dari taman.
Daripada terus di sini, akan lebih aman jika King mengajak istrinya keluar saja. Aisha manut ketika King membantunya naik di jok motor gedenya.
Sedari di taman, Aisha merasakan hawa dingin yang keluar dari tubuh King. Dan dia paling tidak tahan dengan hal itu.
"Aku bukan adonan yang didiamkan dulu baru mengembang ya. Jangan cuekin aku gitu."
Aisha menyatukan kedua ujung telunjuk, yang mana membuat King menatap peduli. "Lain kali jangan sembarangan kenalan sama orang mengerti? Aku nggak suka!"
📌Mulai aktif lagi yaaa...