'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Sudah dua jam xannia menunggu di luar ruang ICU. Tapi, dokter belum juga memperbolehkannya untuk masuk melihat sang ibu.
Dia sudah tidak lagi berharap pada ayahnya yang akan segera datang melihat ibunya, terserah ayahnya mau datang kapan. xannia sudah tidak perduli.
Dia juga berpikir sang ayah pasti sudah tahu tentang penyakit sang ibu dan dia tidak akan mengatakannya karna alasan ibunya sakit.
"Kau mau menitip sesuatu? Aku akan pergi ke kantin rumah sakit," ujar Kay yang masih setia menemani temannya itu.
"Tidak!" jawab xannia
Kay terlihat menghembuskan napasnya dan melihat kearah xannia.
"Kau harus tetap makan. Jika kau sampai sakit, siapa yang akan menjaga ibumu," ucap kay memberikan nasihat.
Xannia langsung berdiri dari duduknya setelah melihat pintu itu terbuka.
"Bagaimana kondisi mommy saya dok?" langsung saja xannia bertanya pada dokter tersebut dengan tidak sabaran.
"Kondisi pasien sudah cukup stabil," jawab dokter itu
"Bolehkah aku melihatnya?" tanya xannia
"Silahkan. Tapi hanya satu orang saja,"" ujar dokter tersebut karna melihat ada dua orang perempuan. Yaitu xannia dan kay.
"Dan jangan lama-lama, pasien masih memerlukan istirahat. Dan jangan mengatakan apapun yang akan membuat semakin syok," ucapnya.
"Baik dok," jawab xannia
Dokter itu pun pergi dari hadapan mereka berdua diikuti oleh dua orang asistennya.kay menepuk bahu xannia. "Temui lah ibumu dulu, aku akan ke kantin rumah sakit membeli makanan," ucap kay dan di angguki oleh xannia.
Sebelum masuk kedalam xannia mensterilkan dirinya terlebih dahulu, dia juga memakai pakaian rumah sakit yang sering di gunakan para dokter untuk operasi.
Dari ambang pintu masuk dia dapat melihat tubuh sang ibu yang terbaring tidak berdaya di hadapannya.
Wajah yang dulu memancarkan aura bahagianya kita berganti dengan wajah pucat dan sayu, bibir yang selalu tersenyum padanya kini berganti dengan bibir yang menyimpan banyak kesedihan dan rasa sakit.
Xannia berjalan mendekat kearah ranjang pesakitan sang ibu dan mendudukan dirinya di kursi yang ada di samping ranjang.
Xannia sentuh tangan yang terasa dingin di kulitnya,
dulu tangan ini selalu memeluknya dengan hangat.
Tanpa terasa setetes air mata xannia jatuh mengenai pipinya, dia usah air mata itu dengan kasar dan mencoba untuk tidak menangis di hadapan sang ibu.
Mata Amanda dengan perlahan terbuka, xannia dapat merasakan jemari sang ibu yang bergerak.
ia mencoba untuk menenangkan dirinya dan mencoba untuk lebih kuat lagi, agar tidak menimbulkan kekhawatiran bagi sang ibu.
Amanda dengan perlahan melihat kearah sang putri yang berada di sampingnya.
"Hay mom..." sapa xannia dengan senyum manis yang terukir di bibirnya.
"Sayang, kau disini?" tanya sang ibu.
Amanda tahu jika kini dia berada di rumah sakit karna bau obat dan juga peralatan medis yang ada di sampingnya yang lain.
"Aku disini untuk menemani mommy," ucap xannia masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
Tangan lemah Amanda terulur untuk menyentuh pipi anaknya.
"Maafkan mommy sayang," ucap Amanda.
Karna dia menebak jika putrinya sudah tahu mengenai penyakit yang selama ini dia sembunyikan.
"Kenapa mommy harus minta maaf? Mommy tidak salah apapun, semua yang mommy lakukan adalah untuk kebaikanku," ucap xannia yang kini sudah memeluk tubuh ibunya.Dan cepatlah sembuh. Aku tidak suka jika mommy ada disini," ujarnya lagi.
"Apa Daddy-mu sudah pulang?" tanya Amanda.
"Ya... Daddy ada di mansion dan akan kemari, dia langsung datang setelah ku telepon," bohong xannia.
Xannia masih memeluk tubuh ibunya dan tidak memperlihatkan wajahnya.amanda mengusap rambut putrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Kau tahu sayang? Kau adalah anugerah terindah yang di berikan Tuhan untuk mommy dan daddy. Dulu, saat pertama kali ayahmu mendengar jika mommy sedang hamil, dia begitu terlihat sangat bahagia," ucap Amanda dengan suara yang terdengar lemah. Dia mencoba untuk mengingat masa lalu yang indah bersama suaminya.
Xannia mengeratkan pelukannya pada sang ibu sambil mendengar setiap kata yang di lontarkan oleh ibunya tentang ayahnya.
Seorang perawat masuk kedalam dan menghentikan aksi Amanda yang terus bicara.
Xannia kembali mendudukan dirinya saat merasa ada yang datang.
"Waktu anda sudah habis nona, biarkan pasien istirahat," ucap perawat tersebut dengan sopan.
"Tidurlah mom... Aku akan melihatmu lagi nanti,ucap xannia dan bergegas meninggalkan ruang ICU itu dengan air mata yang mulai merembes keluar.
Di sana, kay masih setia menunggunya.xannia langsung saja memeluknya dan menumpahkan semua air matanya.
Kay menepuk-nepuk punggung xannia dengan perlahan untuk menenangkan gadis itu.
Dia baru kali ini melihat xannia yang selemah ini. Biasanya, gadis itu akan tersenyum pada semua orang yang laluinya, mau dia mengenalnya, atau tidak.
Selama Kay mengenal xannia, gadis itu adalah wanita yang tangguh.
Ponsel xannia yang ada pada kay berbunyi." Ponselmu berbunyi," ujar Kay.
Xannia langsung mengusap air matanya dan melihat ponselnya.
Dan itu adalah pesan dari penjaga rumahnya tentang rekaman cctv.
"Duduklah," ujar Kay.
Xannia mendudukkan dirinya di kursi dan matanya terlihat fokus pada ponselnya.
Rekaman itu memperlihatkan sang ibu yang membuka pintu utama mansion. Lalu muncul seorang perempuan seusia Xannia dengan rambut sebahunya.
Entah apa yang perempuan itu katakan. Tapi, yang jelas itu membuat ibunya syok dan jatuh pingsan.
Terlihat perempuan itu langsung pergi dari kediaman rumah xannia.
"Sialan!" maki xannia
Kini dia sudah tahu wajah wanita itu, wanita yang sudah membuat ibunya masuk rumah sakit.
'Aku tidak akan pernah memaafkan orang-orang yang sudah membuat mommy seperti ini, 'batin Xannia
Xannia masih menyimpan kewarasannya sekarang, agar tidak bertindak gegabah.
Dia akan mencaritahu sendiri kebenarannya dari mulut sang ayah.
Kini, sudah tiga hari ibu dirawat di rumah sakit.
Tidak ada perkembangan apapun dari ibunya, sesekali kondisi sang ibu bahkan akan kembali menurun drastis.
Xannia masih melakukan aktivitasnya seperti biasa, dia masih tetap bekerja dan akan melihat sang ibu setelah pulang bekerja.
Dan sampai saat ini pun belum ada kabar dari ayahnya, tidak ada tanda-tanda ayahnya akan segera pulang. Xannia , bahkan sudah menelponnya beberapa kali dan sang ayah masih tidak mengangkatnya.
Xannia sudah mengurus pembelian apartement-nya melalui Kay.
Xannia bahkan sudah mempunyai rencana untuk pindah ke apartement dan membawa sang ibu ikut bersamanya.
Xannia tidak memberitahu siapapun keadaan sang ibu. Dia bahkan menyuruh semua pelayan di rumahnya untuk tidak mengatakannya pada siapapun.
"Xann, kau belum pulang?" tanya Airin, teman satu divisi xannia.
"Belum, mungkin aku akan lembur... Aku harus menyelesaikan ini sebelum di minta oleh tuan joe besok, jawab xannia
"Baiklah! Kalau begitu aku duluan," ujar Airin dan meninggalkan xannia.
Bukan hanya xannia yang harus lembur. Tapi, masih ada empat orang temannya yang memilih lembur.
Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam. Tapi, Xannia masih tetap fokus dengan komputer di depannya.
"Xann! Kau belum mau pulang?" tanya temannya yang lain yang sudah menyelesaikan pekerjaannya.
"Sebentar lagi," sahut xannia.
"Kalau begitu aku duluan," ujarnya dan pergi.
******
Lima bulan Kini berlalu , Dan 5 bulan inilah Xannia Harus bolak balik ke rumah sakit untuk menjaga sang ibu,,karena kondisi ibunya beberapa bulan ini tidak kunjung membaik,,,,Dan sang ayah tidak kunjung datang menemuinya......
Tak lama kemudian saat Xannia sedang meregangkan otot tubuhnya yang pegal, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi dan itu dari nomer salah satu perawat yang bertugas menjaga ibunya.
"Ada apa sus?" tanya Xannia setelah mengangkat panggilan tersebut.
Seketika saja ponsel yang ada di genggamannya jatuh ke lantai, dan tangan xannia terasa lemas untuk meraihnya.
"Xann, kau kenapa?" tanya rekan kerjanya yang masih ada disana saat mendengar suara benda jatuh.
Dia mengambilkan ponsel Xannia yang jatuh dan memperhatikan raut wajah xannia yang berubah.
Lantas dia pun dengan terpaksa menerima ponsel yang masih tersambung itu.
"Halo," ujar orang itu.
"Oh my God!" ujarnya terkejut.
"Baik akan saya sampaikan. Terima kasih," ujarnya dan mengakhiri panggilan itu.
"Xann," panggilnya dan mengguncang-guncang bahu xannia
"Are you oke?" tanya-nya. Tapi, tidak ada jawaban dari xannia.
"Jika kau mau aku akan mengantarmu ke rumah sakit," tawarnya.
"Tidak perlu Zean. Terima kasih, aku bisa sendiri," ucap Xannia sambil menghapus air matanya dengan kasar.
"Pergilah, pekerjaanmu sudah selesaikan? Aku akan membereskan sisanya," ujar pria yang bernama Zean itu.
"Terima kasih," ucap Xannia dan segera membereskan barang-barangnya dengan tangan yang gemetar.
Karna kasihan Zean pun membantu xannia dan sekali lagi xannia mengucapkan terima kasih.
"Kenapa?" tanya rekan kerja Zean, setelah xannia pergi.
"Ibunya meninggal," jawab Zean.
"Oh God... Dia pasti sangat sedih," ucapnya.
Sementara itu Xannia terus berlari menyusuri lobby perusahaan.
“Xann?” panggil Kay, yang melihat Xannia berlari seperti sedang di kejar sesuatu.
"XANN!" teriak Kay. Karna Xannia tidak berhenti.
Kayy ikut berlari mengejar Xannia yang berjalan kearah basement.
"XANNIA..." teriak kay setelah bisa mengejar Xannia
"Kau mau kemana? Rumah sakit? Biar aku saja yang menyetir," ucap Kay yang tidak bertanya apapun lagi setelah melihat wajah temannya itu yang penuh dengan bekas air mata.
Xannia memberikan kunci mobilnya dan membiarkan Kay untuk membawa mobilnya.
Kay mengemudikan mobilnya dengan cepat. Karna mendengar suara tangisan Xannia yang semakin pilu dan isakan yang di tahannya.
Ponsel Xannia beberapa kali berbunyi dan Xannia tidak mengangkatnya.
Karna merasa risih, akhirnya Kay pun mengangkat panggilan yang ternyata dari Arsen, yang dia tahu adalah tunangan Xannia.
"JANGAN MENGGANGGUNYA BODOH!" bentak Kay akhirnya dan mematikan panggilannya. Karna itu akan membuat mood Xannia semakin buruk.
Bersambung...............