"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4. Perasaan di Masa Lalu
"Tasya hati-hati dong, jangan geletakin gitu aja mainannya, beresin!"
"Tasya!"
Di rumah, Kimberly terlihat sibuk menjaga Tasya dan mengecek pekerjaannya di ponselnya. Wajahnya terus-menerus berpindah antara Tasya yang asyik bermain di dekat pintu keluar dan ponselnya. Tasya sendiri tampak begitu asyik dengan mainannya, seolah tak peduli dengan kehadiran Kimberly atau aktivitas yang sedang dilakukannya.
"Berisik! aku mau main, jangan ganggu!" balas Tasya dengan suara lantang, tanpa mengalihkan pandangannya. Gadis kecil itu memang selalu menyebalkan seperti ini kepadanya, membuat Kimberly kesal dan ingin sekali untuk menjewer telinganya.
Kimberly menghela napas panjang dan kembali fokus pada ponselnya. Tiba-tiba, Tasya bangkit dari duduknya, berdiri, dan meninggalkan Kimberly menuju kamarnya, sementara mainannya masih berserakan di lantai.
"Tasya, mainannya, ish!" Kimberly merasa kesal, tetapi tetaplah dia yang harus membereskan semuanya. Mainan Tasya berserakan di sekitar tempat duduknya atau di sekitar pintu keluar seperti tempatnya duduk semula.
Kimberly meletakkan ponselnya di atas meja, bangkit dari duduknya dan pergi membereskan mainan Tasya yang ada di berbagai tempat, membuatnya lelah.
"Itu bocah nyebelin nggak bisa apa baik dan nurut dikit aja. Capek, mainannya banyak banget. Ish, nyebelin! Mama juga kok sampe jam segini belum balik?!
Mau nginep apa di rumah sakit?!" Kimberly terus merasa kesal saat membereskan mainan Tasya. Dengan gerakan asal, mainan dilemparkannya ke dalam keranjang, sementara wajahnya terlihat memberengut kesal.
Sejak dulu, Kimberly memang tidak pernah menyukai tingkah nakal adiknya. Tasya selalu membuatnya jengkel. Dulu saat papanya masih ada, papanya kerap memanjakan Tasya, yang membuatnya menjadi manja dan nakal seperti sekarang.
"Tadi mas William bilang katanya mau ada ngerjain tugas tambahan, baliknya bakal agak telat dari biasanya. Ehm, apa sebaiknya saat mas William balik nanti aku ajakin dia main ya, udah lama juga kita nggak main. Dia pasti kangen main sama aku.
Tapi kalo dia capek, yaudah deh aku ke dapur aja, masak," Kimberly segera berdiri dari tempat duduknya dan melangkah ke dapur untuk menyiapkan hidangan makan malam.
Saat matahari mulai merunduk di ufuk barat, menandakan kedatangan senja, biasanya Dania yang bertugas memasak. Namun, kali ini, karena Dania sedang tidak berada di rumah, tugas tersebut kini beralih tugas menjadi tugas Kimberly.
Setibanya di dapur, Kimberly segera membuka kulkas dan mengambil sayuran serta beberapa potongan daging ayam dari dalamnya. Semua bahan itu kemudian ia letakkan di atas meja, siap untuk diolah. Dengan rencana memasak ayam saus tiram, hidangan favoritnya yang sudah lama dikuasainya, Kimberly pun mulai memasak dengan penuh semangat.
Dapur yang hangat dan penuh dengan aroma rempah-rempah membuat Kimberly merasa seperti sedang berada di surga. Ia dengan hati-hati memotong daging ayam menjadi potongan kecil dan memotong sayuran dengan cermat.
Kemudian, ia mulai menumis bawang putih dan bawang merah hingga harum, lalu menambahkan potongan daging ayam dan sayuran ke dalam wajan.
Saat saus tiram dituangkan ke dalam wajan, aroma harum langsung menguar dan membuat Kimberly semakin bersemangat. Ia terus mengaduk-aduk bahan-bahan tersebut dengan penuh perhatian, memastikan semuanya matang dengan sempurna. Setelah beberapa saat, hidangan ayam saus tiram pun siap disajikan.
Kimberly tersenyum puas melihat hasil masakannya. Warna-warni sayuran yang segar dan daging ayam yang empuk terlihat sangat menggiurkan. Ia pun segera menyajikan hidangan tersebut di atas meja makan, siap untuk dinikmati.
.............................
Setelah merasa bahwa kegiatan mereka di hotel telah selesai dan keduanya merasa puas, William dan Dania dengan cepat mengenakan kembali pak4ian mereka. Mereka berdua saling menatap, senyum kepuasan tergambar jelas di wajah mereka.
"Sayang, gimana, kamu senang?" tanya William sembari mengancingkan bajunya dan memalingkan wajahnya kearah Dania di sampingnya.
Dania yang saat itu duduk di sebelah William dan membenarkan pakaiannya segera memalingkan wajahnya kearah William. Senyuman manis terukir di bibirnya. "Senang dong. Aku selalu senang saat bermain dengan kamu. Rasanya memuaskan, membuat aku ingin merasakannya lagi,"
Dania segera melingkarkan tangannya di pinggang William, menyandarkan kepalanya di bahu tegap William.
"Oh ya, baguslah jika begitu. Aku senang mendengarnya. Ehm, Sayang, aku mau tanya sesuatu dong," nada suara William yang berubah tegas dan serius membuat Dania terkejut dan segera menegakkan tubuhnya. Menatap lekat dan tajam kearah William.
"Tanya apa?" balas Dania.
William terlihat menghela napas panjang, kedua tangannya terlihat saling bertautan. Wajahnya menunduk. "Kok diem? kamu mau tanya apa, kok jadi serius gini?"
Dania terkejut melihat William tiba-tiba memasang ekspresi serius dan menundukkan wajahnya. Namun, tanpa menunggu lama, William segera mengangkat wajahnya dan menatap kearah Dania. Kali ini, senyuman tipis muncul di bibirnya.
"Kamu kenapa sih mau selingkuh sama aku?" pertanyaan aneh dari William membuat Dania mengerutkan keningnya sejenak sebelum akhirnya membalas sembari tertawa.
"Kamu tanya apa sih? aku selingkuh sama kamu ya karena aku cinta sama kamu lah, aku sayang sama kamu makanya aku mau pacaran sama kamu. Ish, gemes banget sih. Lucu banget tau pertanyaan kamu." Dania masih juga tertawa, menganggap lucu pertanyaan William.
Namun, William yang tau Dania tertawa dan menganggap pertanyaannya lucu, tidak ada senyuman yang terukir di wajahnya. Ia tetap menatap dengan serius dan dalam, seolah pertanyaannya ini adalah sesuatu yang penting.
"Aku serius, Sayang. Aku nggak lagi becanda. Akhir-akhir ini aku tuh suka kepikiran, kenapa kita pacaran diem-diem di belakang Kimberly kayak gini? kenapa kamu mau selingkvh sama aku dan kenapa kita pacaran? aku terus kepikiran itu, bikin aku nggak bisa tidur," balas William sembari tetap menatap lekat kearah Dania.
Dania yang semula tertawa segera menghentikan tawanya dan menatap serius kearah William.
"Aku juga nggak tau kenapa kita bisa seperti ini. Semuanya terjadi gitu aja, tanpa bisa aku cegah. Perasaanku yang memilihmu," balas Dania sembari menundukkan kepalanya, turut merasakan apa yang William rasakan.
William kembali menghela napas panjang, menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kamu bilang kamu sayang kan sama Kimberly, tapi kenapa kamu mau selingkvh denganku seperti ini? dengan kamu selingkvh denganku seperti ini sama aja kamu udah nyakitin dia.
Kamu nggak bisa menganggap diri kamu itu ibunya dia. Kamu udah jah4t sama dia," ucapan William yang lumayan ngena di hatinya segera membuat Dania mengangkat wajahnya, menatap nanar kearah William.
Dengan matanya berkaca-kaca dan jantungnya berdetak kencang, Dania membalas. "Kamu benar, aku emang udah jah4t sama dia. Tapi aku juga ada alasan dibalik tindakanku ini. Aku udah pernah bilang kan sama kamu kalau aku pacaran sama kamu ini karena perasaan kita di masa lalu ...,"
"Jangan bahas ini lagi, aku mohon. Aku cukup pusing saat mengingatnya. Masa lalu itu adalah yang terbvruk di hidupku, tapi juga yang terindah, aku nggak ingin mengingatnya lagi di hidupku." jeda Dania. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya.
"Oh iya, tadi kamu udah jawab pertanyaan kamu kan, sekarang giliran aku. Kamu kenapa mau pacaran sama aku, istri kamu cantik kan, badannya bagus, punya pekerjaan juga. Kenapa kamu mau melirik mertua kamu saat istri kamu aja udah sempurna? k
Kenapa, William?" tanya Dania dengan pertanyaan yang sama. Ia sengaja ingin menggoda William dengan pertanyaannya yang juga cukup menggelitik. Tidak jauh berbeda dari pertanyaan William sebelumnya.
"Kamu memutar balikkan pertanyaanku ya, bagus sekali. Aku pacaran denganmu ya seperti yang kamu jawab tadi. Kita ada masa lalu yang tertinggal di hati kita. Kita pernah menjalani masa lalu bersama. Tapi tentang kenapa aku tega menduakan Kimberly padahal dia sempurna ya karena pekerjaannya ...,"
"Dia selalu sibuk dengan pekerjaannya, hingga tidak ada waktu buat aku. Dia selalu menolak saat aku pengen ngajak dia main. Dia bilangnya capek dan langsung ninggalin aku tidur. Aku capek, Sayang. Aku juga ingin punya anak dan merasakan kenikm4tan surgawi bersama istriku.
Tapi dia selalu nolak. Aku harus gimana? aku udah nunggu lama sekali, tapi dia tidak juga mau saat aku ajak bermain." William terlihat menjeda ucapannya dan menghela napas panjang.
Sembari memalingkan wajahnya kearah Dania, ia melanjutkan ucapannya. "Tapi kamu Sayang. Kamu baik dan perhatian sama aku. Kamu cantik dan kamu juga selalu ada buat aku. Hari-hari yang kita lalui selama ini adalah yang terindah. Aku mencintaimu, Sayang. Terimakasih untuk semuanya," balas William sembari menarik kepala Dania untuk menyandar di bahunya.
...........................
Ketika jam menunjukkan pukul tujuh malam, Dania dan William pulang ke rumah bersama. Mereka memberi tahu Kimberly bahwa mereka secara kebetulan bertemu di jalan dan memutuskan untuk pulang bersama.
Setibanya di rumah, Kimberly mengajak mereka duduk di meja makan. Bersama dengan Tasya, mereka segera mengambil makanan masing-masing dan mulai menikmati makan malam.
Bersambung ...