Warm Time With You
(Hangatnya Bersama mu)
....
Kalau penasaran dengan ceritanya langsung aja baca yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Udumbara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
"Sudahlah, jangan menangis." kata Sebastian seraya membantu mantan istrinya bangun.
Sebastian memapah mantan istrinya itu menuju sofa panjang yang ada di sana. la mengambilkan tisu dan memberikannya pada Dina.
Dina menyapu air matanya. "Dia anak kita, 'kan? Anaknya itu, i-itu cucu kita, 'kan? Lalu, apa Amanda itu istrinya?" cecar nya bertanya.
Sebastian menarik napas dalam. "Apa kemarin kamu tidak mendengar penjelasan dari Tobi?" tanyanya sedikit kesal.
"Asisten mu tidak menjelaskan apa-apa kemarin. Kamu cuma bilang kalau Aditya anak kita yang hilang karena kamu melihat wajah bayi itu mirip dengan anak kita yang hilang itu." celetuk Dina benar adanya.
Sebastian menepuk jidatnya sendiri. Kenapa ia bisa lupa kalau penyelidikan tentang kehidupan Aditya ia dengar sendiri.
"Amanda bukan ibu dari Zyan. Dia juga sudah memiliki kekasih dan itu bukan Aditya," Sebastian lantas menjelaskan dari mana asal Zyan dan kehidupan yang dijalani oleh Aditya.
Dina kembali menangis. "Disaat kita hidup mewah, kenapa anak kita hidup susah? Waktu 25 tahun itu sangat lama dan selama itu anak kita menderita? Orang tua macam apa kita?" isaknya menyalahkan diri sendiri atas kehidupan yang dijalani oleh Aditya.
"Kita gagal menjadi orang tua sejak awal karena tidak becus menjaganya. Sekarang kita harus menyelidiki siapa yang sudah menculik anak kita. Setelah dari sini aku akan ke rumah sakit untuk melakukan tes DNA dan besok akan ke panti asuhan tempat Aditya diadopsi dulu," kata Sebastian yang akan mencari tahu tentang seseorang yang membuang anaknya ke panti asuhan.
Dina mengangguk setuju. "Aku akan ikut." ujarnya.
Sebastian menatap mantan istrinya itu dan menghela napas. la berdiri dari duduknya. "Aku akan ke rumah sakit,"
"Baiklah, hati-hati." peringat Dina yang masih sedikit perhatian.
"Hm," Sebastian lantas mengajak asistennya pergi dari butik mantan istrinya itu.
Dina menatap kepergian mantan suaminya dengan tatapan sulit diartikan. la melirik ke arah mainan yang ia persiapkan untuk Zyan.
Dina tersenyum getir dan duduk diantara mainan-mainan itu. "Semoga kamu benar-benar anakku, Aditya," harapnya. "Aku akan memberikan semua mainan ini untuk cucuku Zyan. Dia begitu mirip denganmu sewaktu kecil,"
Dina tersenyum tipis kala membayangkan momen saat ia menimang cucu dan bertemu anaknya.
*****
"Kamu tidak menyukai fakta tadi?" tanya Amanda menatap Aditya waspada. Saat ini mereka sudah didalam mobil dan diperjalanan.
Aditya yang tengah melamun itu tersentak karena mendapat pertanyaan dari Amanda. "Fakta yang mana? Fakta bahwa aku anak mereka? Itu semua bohong. Orang tuaku sudah meninggal dan itu bukan mereka,"
Amanda tersenyum kecil dan mengusap pundak Aditya. "Bagaimana kalau mereka benar-benar orang tuamu? Bukankah kamu menghilang sudah begitu lama dan kamu masih bayi. Apa kamu tahu kisah masa kecilmu yang sebenarnya? Tidak, bukan?"
Aditya terdiam mendengar perkataan dari Amanda. la memang tidak mengingat itu karena memang ia besar dari orang tuanya yang sudah meninggal. Lagi pula, orang tuanya tidak pernah mengatakan kalau ia anak adopsi sehingga ia mengira bahwa ia benar-benar anak dari orang tua angkatnya itu.
"Aku tidak ingin memikirkan itu. Aku hanya ingin fokus pada anakku saja," kata Aditya menatap sayang anaknya itu.
"Aku tidak ingin memikirkan itu. Aku hanya ingin fokus pada anakku saja," kata Aditya menatap sayang anaknya itu.
"Maa, nen, maaa, nen." celoteh Zyan tiba-tiba, ia menggerakkan tangannya minta untuk digendong oleh Amanda.
Amanda melirik Aditya dan tersenyum canggung. "Aduhh, Zyan, jangan minta nen napa? Ini kita sama ayah kamu lhooo..." batinnya cemas.
🌸🌸🌸🌸🌸