Menikah secara tiba-tiba dengan Dean membuat Ara memasuki babak baru kehidupannya.
Pernikahan yang awalnya ia kira akan membawanya keluar dari neraka penderitaan, namun, tak disangka ia malah memasuki neraka baru. Neraka yang diciptakan oleh Dean, suaminya yang ternyata sangat membencinya.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? apakah Ara dapat menyelamatkan pernikahannya atau menyerah dengan perlakuan Dean?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalu Unaiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5
Pagi ini sarapan sudah tersedia di atas meja makan, Ara sedang menunggu Dean untuk sarapan bersama. Ara sudah siap dengan setelan kantornya dari setengah jam yang lalu.
Beberapa saat kemudian akhirnya Dean pun turun lengkap dengan setelah kantor, dalam hati Ara mengira bahwa Dean tidak akan makan sarapan buatannya seperti saat ia menawarkan makan malam kemarin, tapi ternyata Dean duduk di kursi meja makan saat ini. Sepertinya Ara yang terlalu berburuk sangka.
"Saya nggak mau makan satu meja sama kamu, jadi apa bisa kamu menyingkir dari sekitar saya?" Mendengar itu seketika Ara membeku, gerakannnya yang hendak menyendok nasi goreng terhenti.
Ara menghembuskan nafas pelan untuk menetralkan emosinya, ia kembali melanjutkan menyendok nasi goreng ke piring Dean kemudian ke piringnya sendiri, dan setelahnya ia segera beranjak dari sana untuk makan di dapur.
Pergerakan Ara tak lepas dari pengelihatan Dean, ia mengikuti segala gerak-gerik Ara dengan matanya.
Karna masih belum mengenal lingkungan tempat tinggalnya yang baru, Ara memutuskan berangkat ke kantor menggunakan ojek online. Dean masih di rumah tentu saja ia dan Dean tak akan berangkat bersama ia kembali mengingat apa yang dikatakan Dean saat ia berangkat tadi "Jangan sampai orang kantor tau tentang pernikahan ini" yang berarti pernikahan ini harus ia tutupi.
...****************...
Setelah beberapa minggu Ara mulai terbiasa dengan rutinitasnya, bangun pagi kemudian menyiapkan sarapan, lalu siap-siap ke kantor, ia bahkan tak perlu lagi menunggu Dean turun untuk sarapan, atau menunggunya saat waktu makan malam toh juga mereka tidak akan pernah makan bersama, tugasnya hanya menyiapkan makanan di atas meja makan. Dean hanya berbicara seperlunya padanya, persis seperti dua orang asing yang tinggal satu atap, atau bisa jadi Dean menganggapnya sebagai seorang asisten rumah tangga.
Hari ini Ara pulang kantor sedikit terlambat, banyak pekerjaan yang mendadak harus segera diselesaikan. Padahal hari ini ia berencana untuk berbelanja untuk kebutuhan di rumah yang sudah sangat menipis.
Untuk urusan rumah, Ara memang melakukan semuanya sendiri, termasuk berbelanja yang selalu ia lakukan sepulang kerja. Namun sekarang Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, bagaimana ia bisa sampai di rumah sebelum jam makan malam sedangkan ia harus membeli bahan makanan terlebih dahulu.
Dean adalah tipe orang yang lebih suka makan di rumah dari pada makan di luar. Meskipun Dean tidak menyukainya namun laki-laki itu tidak menolak untuk memakan masakannya hanya saja ia tidak ingin Ara berkeliaran di sekitarnya saat ia sedang makan.
Ara sampai di rumah pukul setengah sembilan, selain karna harus berbelanja dia juga terjebak macet di jalan yang semakin memperlambat kepulangannya.
"Lain kali tidak usah pulang" Ara tersentak kaget mendengar suara itu, ia baru hendak meletakkan plastik belanjaan di atas pantry.
Dean berdiri bersandar di dinding sambil melipat tangan di dada "rumah ini bukan hotel, kalau kamu tidak bisa pulang sebelum jam delapan lain kali kamu tidur di luar"
Setelah mengatakan itu Dean langsung pergi. Ara hanya dibuat melongo, apa tadi? jam delapan? bahkan remaja zaman sekarang saja masih berkeliaran di atas jam sembilan.
Ara tidak terlalu memusingkan perkataan Dean, mau berapa lagi peraturan yang akan lelaki itu tambahkan untuknya. Ia seperti tahanan yang sebenarnya bebas untuk pergi tapi terpaksa harus bertahan.
Ara hendak memasak makan malam jika saja ia tidak melihat di tempat sampah kotak makan take away dari salah satu restoran terkenal. Kalau begitu ia hanya perlu memasak makanan untuk dirinya sendiri, makan mie instan saja sepertinya sudah cukup.
Setelah selesai dengan urusan dapur Ara kemudian melangkah memasuki kamar untuk mengambil pakaiannya, ia akan membersihkan diri.
Ia memandang kopernya yang berada di samping pintu kamar mandi, koper itu masih berisi penuh, tak ada lemari untuk menyimpan pakaiannya di rumah ini. Bahkan gudangpun tak dibukakan oleh Dean untuknya.
Setiap hari Ara terpaksa harus mandi di kamar mandi di dekat dapur karna Dean lagi-lagi tak mengizinkannya menggunakan kamar mandi di kamarnya. sedangkan koper Ara, kadang-kadang berpindah-pindah tempat di mana Dean tidak tergangu. Tadi pagi sepertinya Ara lupa memindahkan kopernya untung saja Dean belum menyadarinya, kalau tidak sudah dipastikan koper tersebut sudah dibuang ke luar rumah oleh laki-laki tersebut. Seminggu pernikahan Dean pernah membuang koper Ara yang Ara letakkan di dalam kamar, yang Ara kira tidak masalah meletakkan di sana toh juga ruang kamar tersebut cukup luas, namun Dean membuang kopernya ke luar rumah, ia risih melihat barang-barang milik Ara ada di ruangan miliknya.
Ara tidak bisa berbuat banyak selain menurut, masih untung dia diperbolehkan tidur di sofa di kamar ini. Jadi ia berusaha sebaik mungkin agar hubungan mereka tidak semakin memburuk. Hubungan yang sama sekali jauh dari gambaran pernikahan yang seharusnya. Dean terlalu dingin, bahkan ia tak segan mengucapkan kata-kata kasar dan bertindak kasar pula. Laki-laki itu seperti sedang membuat Ara menyerah dengan pernikahan ini dan meminta cerai dengan sendirinya. Namun bagi Ara pernikahan cukup sekali seumur hidup, selama masih bisa untuk diperbaiki, cara apapun akan ia coba termasuk jika harus diperlakukan seperti seorang pembantu oleh laki-laki yang adalah suaminya.