Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 32.
“Terima kasih Guru..” ucap Ki Selo Marto sambil tersenyum senang dan menyembah Sang Guru nya.
“Guru kenapa bisa begitu, saya yang selalu menemani Guru kenapa malah batu akik itu diwariskan pada Kang Selo?” ucap teman seperguruan Ki Selo Marto protes.
“Kamu juga akan aku beri batu akik yang lainnya.. kalian jangan berebut dan jangan bertengkar.. aku berusaha untuk berlaku adil pada semua murid murid ku . “ ucap Sang Guru sambil menatap dua muridnya itu.
Ki Selo Marto menoleh menatap teman seperguruan nya yang juga duduk bersila di dekat nya..
“Iya Di, kita jangan berebut dan bertengkar.. kita rukun dan harus saling membantu..” ucap Ki Selo Marto sambil menepuk nepuk pundak teman seperguruan nya.
“Kalian tapi harus berpuasa untuk bisa mendapatkan kesaktian dari barang barang yang aku wariskan pada kalian..” ucap Sang Guru sambil menatap dua muridnya itu.
“Baik Guru...” ucap dua orang murid yang duduk bersila.
Guru itu pun lalu memberikan batu akik sebesar telur ayam dan cincin batu akik yang sudah retak pada Ki Selo Marto. Lalu satu cincin batu akik yang batu akiknya juga besar pada teman Ki Selo Marto..
“Ini yang lain akan aku berikan pada murid murid yang lain..” ucap Sang Guru karena masih ada lagi murid murid yang lainnya.
Dua murid itu menyembah dulu Sang Guru dan batu batu akik itu, lalu menerima barang warisan dari Gurunya itu. Ki Selo Marto tersenyum sambil memegang batu akik sebesar telur ayam itu. Dia lihat lihat dengan seksama.
Sesaat kemudian..
“Guru saya kok tidak bisa melihat jin monyet itu di dalam batu akik ini? Bukannya kemarin itu Guru bisa melihat di dalam batu akik ini.” Ucap Ki Selo Marto tampak kecewa. Teman seperguruan Ki Selo Marto menoleh ke arah batu akik besar itu, karena selama ini banyak murid muridnya yang tahu keajaiban batu akik sebesar telur ayam itu, Guru mereka bisa melihat sasaran dan target di dalam batu akik itu.
“Sudah aku bilang kamu harus puasa lebih dulu agar batu akik itu bisa membantu kamu..” ucap Sang Guru..
“Sudah kamu pulang lah.. aku mau istirahat.. aku sudah sangat lelah..” ucap Sang Guru lalu bangkit berdiri dengan bantuan tongkat yang ada di dekat nya. Teman seperguruan Ki Selo Marto bangkit berdiri dan membantu guru nya itu melangkah menuju ke kamar nya.
“Guru saya sebenarnya ingin batu akik yang sekarang dipegang Kang Selo. Batu akik itu bisa melihat sasaran kita dari jarak jauh..” gumam teman Ki Selo Marto lirih.
“Kalau Selo mati batu akik itu akan jatuh ke tangan kamu. Asal bukan kamu yang membunuh Selo.” Ucap Sang Guru.
Sedang Ki Selo Marto masih mengusap usap batu akik sebesar telur ayam itu.
“Monyet siluman... aku akan bisa melihat keberadaan kamu di dalam batu akik ini.. dan aku akan mengejar kamu, kamu harus menjadi milik ku selama lamanya dan kamu tidak boleh berubah wujud menjadi monyet tetapi harus tetap menjadi bidadari yang cantik ... ha.... ha.... ha.... “ ucap Ki Selo Marto sambil tertawa senang.
Waktu pun terus berlalu sementara itu Lingga Sari sudah akan mulai menjalankan tugasnya dalam misi untuk menguasai pulau kecil itu.
Di saat Lingga Sari akan melangkah meninggalkan pohon besar tempat dia beristirahat.. telinga Lingga Sari mendengar suara berwibawa laki laki berjubah putih.
“Ambil ranting pohon itu Lingga Sari, kecil saja sebesar paku reng tujuh centi meter, tapi pilih yang kuat.”
“Baik Bapa.” Ucap Lingga Sari lalu mencari ranting yang di maksud oleh laki laki berjubah putih yang kini tidak terlihat wujudnya.
Lingga Sari mengambil tiga buah ranting sebesar paku yang dimaksud oleh laki laki berjubah putih itu, dan setelahnya dia selipkan di kain panjang nya yang membalut di tubuhnya. Lingga Sari paham pasti ranting itu akan berguna nantinya..
“Sekarang pergilah ke bangunan istana yang kamu lihat kemarin Lingga Sari. Jika kamu sudah mengalahkan makluk yang menguasai istana itu kamu bisa menguasai seluruh pulau ini.” Suara berwibawa laki laki berjubah..
“Baik Bapa akan saya lakukan demi anak dan suami saya...” ucap Lingga Sari dengan mantap.
“Hati hati Lingga Sari.. ranting dan selendang kamu bisa kamu gunakan untuk melindungi diri kamu.” Suara berwibawa laki laki itu lagi.
“Baik Bapa.” Ucap Lingga Sari.
Lingga Sari pun terus melangkah melewati jalan setapak yang sangat sempit penuh rumput dan semak belukar juga pohon pohon besar di sekitar nya.
Beberapa saat kemudian Lingga Sari sudah berdiri di atas tempat yang terbuka. Kedua matanya kembali melihat bangunan istana semacam kastil..
Tangan kanan Lingga Sari memegang salah satu ujung selendang kain sutra nya, dan dibentangkan tangan kanannya.. lalu dia kibaskan selendang itu ke depan kuat kuat...
WEEESSSSSSSSSZZZZZZZZ
Dalam sekejap kini tubuh Lingga Sari sudah berada di lokasi istana zaman dulu itu..
Lingga Sari berdiri di dalam pagar tembok batu yang kokoh dan tinggi mengelilingi bangunan istana itu, ada pintu gerbang di pagar tembok itu tetapi sudah terbuka tidak ada daun pintu nya...
“Bangunan istana itu sangat kuat dari batu batu yang kuat dan bagus.. belum lapuk tapi tampak kusam dan ditumbuhi lumut dan tanaman tanaman merambat..” gumam Lingga Sari sambil menatap dinding bangunan istana itu dari luar..
Akan tetapi betapa kagetnya Lingga Sari di saat ada sosok yang tiba tiba ada di belakangnya sambil menempelkan puncuk senjata pada salah satu pelipis nya, sambil berkata...
“Siapa kamu perempuan berani berani masuk wilayah ini!”
Lingga Sari menoleh ke arah suara itu, tampak satu sosok laki laki dengan memakai pakaian semacam model baju tentara kompeni Belanda di jaman penjajahan dulu dan membawa satu pucuk senjata api laras panjang.
“Kata Bapa, di sini tidak ada manusia, dia ini pasti hanya jelmaan makluk gaib..” gumam Lingga Sari di dalam hati.
“Hei dengar tidak kamu!” bentak sosok laki laki itu sambil menyodokkan pucuk senjata api nya.
“Aku dengar, aku akan menemui penguasa istana di sini.” Jawab Lingga Sari dengan tegas dan tenang.
“Kamu tidak boleh menemui Tuan Menir! Pergi atau aku bunuh kamu hmmm!” gertak sosok laki laki itu yang berkulit coklat sawo matang.
Lingga Sari menoleh sambil tersenyum pada sosok laki laki bertubuh tegap dengan senjata apinya masih ditempelkan di pelipis Lingga Sari.
“Pergilah kamu!” ucap Lingga Sari lalu meniup muka sosok itu.
Sosok itu langsung terpental ke belakang karena ada hembusan angin kuat mengenai muka nya.. Sosok itu langsung tergeletak di atas tanah.. dalam sekejap sosok yang tadi berpakaian seragam tentara kompeni langsung berubah menjadi tulang tulang tengkorak, senjata api langsung berubah menjadi sepotong ranting kayu.
Dalam hitungan detik pula tulang tulang tengkorak itu menjadi asap putih lalu hilang tidak berbekas.
Lingga Sari lalu melanjutkan langkah kaki nya, berjalan di halaman istana yang luas itu, akan tetapi baru be berapa melangkah Lingga Sari dikagetkan oleh sesuatu hitam hitam yang jumlahnya sangat banyak keluar dari istana atau kastil kuno terbengkalai itu beterbangan menuju ke arahnya dengan sangat cepat.. bagai akan menyerang tubuh Lingga Sari..
“Ada banyak sekali kelelawar menuju ke arahku, kenapa tidak terbang ke atas.” Gumam Lingga Sari sambil menatap ribuan makluk hitam hitam yang terbang ke arahnya.
Lingga Sari meniupkan udara dari mulut nya ke arah kelelawar kelelawar itu.. ada hembusan angin besar menuju ke arah kelelawar kelelawar itu akan tetapi hanya mengubah arah terbang mereka sebentar dan kembali lagi terbang ke arah Lingga Sari..
“Hmmm tidak mempan dengan tiupanku.” Gumam Lingga Sari
Suaranya begitu membuat bising telinga Lingga Sari..
Lingga Sari cepat cepat memegang ujung selendang kain sutra nya dan membentangkan tangannya....