Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26.
“Paman......” teriak suara imut Windy sambil berlari menuju ke makam Ayah nya dan Sang Nenek.
Pemuda kerabat Wanandi itu langsung bangkit berdiri, bibir tersenyum lebar sambil membentangkan kedua tangannya, dia sudah tidak sabar untuk menangkap dan memeluk tubuh mungil Windy yang tengah berlari.
“Winnnnndy... kamu dari mana saja Sayang.. lama kita tidak bertemu.. kamu datang di saat yang sangat tepat..” ucap pemuda kerabat Wanandi sambil tersenyum lebar, rasa rasa nya capek di tubuhnya hilang lenyap saat melihat sosok Windy muncul di depan nya.
Windy terus berlari sambil tersenyum lebar.. dan sesaat kemudian..
Tubuh mungil Windy sudah dipeluk dan digendong oleh pemuda kerabat Wanandi, pemuda kerabat Wanandi itu menciumi kedua pipi Windy berkali kali, Windy pun mencium pipi pemuda kerabat ayahnya itu.
“Maaf Paman sangat bau keringat, seharian Paman kerja padat karya buat tembok ini. Kamu dari mana saja Windy..?” ucap pemuda kerabat Wanandi yang masih menggendong tubuh mungil Windy sebab belum habis rasa rindunya.
“Aku di Kerajaan Sang Ratu, aku kalau ke sini lihat makam Ayah dan Nenek, aku tidak pernah bertemu Paman, aku mau pergi ke desa takut kalau ditangkap orang orang seperti Ibu ku yang hilang sampai sekarang belum ketemu.” Suara imut Windy kedua matanya berkaca kaca karena kembali teringat pada Sang Ibu.
“Maaf kan Paman, Paman sekarang kerja di kota, lebih banyak Paman berada di kota, tetapi Paman selalu menengok makam Ayah dan Nenek kamu, kalau pulang ..” Ucap pemuda kerabat Wanandi.
“Terima kasih Paman, tetapi aku juga habis tersesat di bumi, karena disuruh Sang Ratu untuk bekerja membuat kebun bunga lili. Aku tersesat dan para abdi Sang Ratu sudah pergi aku tertinggal di bumi yang sangat jauh dari sini Paman.. tapi akhirnya aku sudah mendapat orang yang baik seperti Ayahku, dia juga rajin sembahyang... hi...hi...hi... dan aku ikut mereka ke sini naik pesawat terbang .. kini mereka masih di hotel beristirahat aku lari ke sini karena ingin lihat makam Ayah ku..” suara imut Windy .
“Apa orang orang itu mengantar kamu ke sini?” Tanya pemuda kerabat Wanandi sambil menatap wajah imut Windy.
“Tidak Paman, mereka ke sini mau menjemput temannya yang dibawa Sang Ratu akan dijadikan pengantin dengan Pangeran Dewa Anum.. Sang Ratu memaksa. Sang Ratu juga menyuruh abdi abdi nya menyerang mereka, aku membantu mereka Paman..” suara imut Windy yang memang sudah membantu Kakak Pung Pung dan teman temannya. Sebab saat di perjalanan mereka mendapat banyak rintangan dan Windy yang membantu mereka. ( cerita lengkap bantuan Windy di novel judul digondol jin, ya...).
“Wind kamu bisa melawan serangan abdi Sang Ratu?” tanya pemuda kerabat Wanandi tampak kaget dan heran.
“Alhamdulillah bisa Paman.. aku juga tidak tahu, aku semakin kuat Paman... hi... hi...hi... bahkan aku bisa membuat angin kencang agar awan awan tebal buatan Sang Ratu menyingkir, Sang Ratu sudah membuat awan tebal dan hujan badai di bandara agar pesawat tidak bisa ke sini.” suara imut Windy sambil tertawa kecil.
“Wah kamu hebat Windy, Ayah dan Ibu kamu pasti akan senang.” ucap pemuda kerabat Wanandi tampak begitu bangga pada Windy, Windy pun tersenyum sambil menoleh menatap makam Sang Ayah..
Windy lalu memelorotkan tubuh mungilnya dari gendongan Sang Paman..
“Wind, tempat makam ini sudah dibeli Mona, dia tetap ingin menguasai jasad Ayah kamu. Tempat ini sudah dipagar keliling sebentar lagi pintu akan digembok. Kita boleh menengok atau memindah makam , tapi harus minta izin Mona. Aku yakin kita tidak akan mendapat izin.” Ucap pemuda kerabat Wanandi
Windy tampak kaget dan sangat kesal..
“Hah.. Mona lagi Mona lagi.. aku mau narik rambut nya sampai botak!” suara imut Windy terdengar sangat kesal sekali.
“Paman bingung Wind...” ucap pemuda kerabat Wanandi sambil menatap wajah imut Windy.
“Paman aku punya akal.” Suara imut Windy sambil menatap pagar tembok.
“Apa akal kamu Windy, tembok dibobol untuk mengambil makam Ayah dan Nenek kamu? Tapi bagaimana kalau dijaga tempat makam ini.”
Windy lantas melangkah menuju ke pagar tembok di samping..
“Kata Pak Kades lahan samping ini yang akan dijadikan tempat makam baru.” Ucap pemuda kerabat Wanandi sambil mengikuti langkah kaki mungil Windy.
Di saat Windy sudah berdiri, di dekat tembok dengan jarak dua meter. Windy menghentak hentakan kaki mungilnya.. dan sesaat di depan mereka terjadi lobang di tanah itu dengan diameter satu meter, tubuh orang dewasa bisa masuk.
Kedua mata pemuda kerabat Wanandi membulat.. tampak begitu kagum dengan kekuatan yang dimiliki oleh Windy..
Windy masih menghentak hentakan tumit nya pada tanah itu. Dan terus terjadi lobang macam liang yang terhubung sampai ke lahan di luar tembok..
“Windy ini bisa untuk jalan kita mengambil jasad Ayah dan Nenek tanpa kita membobol tembok pagar. ” Ucap pemuda kerabat Wanandi dan sorot mata berbinar binar di keremangan malam yang disinari cahaya bulan.
“Iya Paman, aku sudah buatkan jalan.. untuk mengeluarkan jasad Ayah dan Nenek kalau tempat makam ini sudah ditutup. Sekarang aku juga akan membuat lobang agar jasad Ayah dan Nenek bisa kita ambil tanpa membongkar semen dan batu nisan itu. Biar Mona mengira masih ada jasad Ayah dan Nenek.” Suara imut Windy lalu dia membalikkan tubuhnya dan kembali melangkah menuju ke makam Ayah dan Nenek nya..
Di saat berada di dekat makam Sang Ayah, kaki mungil Windy kembali menghentak hentak dan sesaat terjadi lagi lobang..
“Paman itu kita bisa mengambil jasad Nenek dan Ayah..” suara imut Windy saat lobang sudah terbentuk seperti liang orang bisa masuk untuk mengambil jasad di dalam nya.
“Windy tapi Paman belum membeli plastik untuk membungkus pasti jasad sudah bau.” Ucap pemuda kerabat Wanandi..
“Oooohhh kalau begitu kita beri papan dulu lobang ini dan kita beri tanah dan rumput rumput agar orang orang tidak tahu ada lobang untuk jalan.” Suara imut Windy..
“Iya iya Wind.. itu ada papan bekas bisa kita pakai untuk tutup lobang ini..” ucap pemuda kerabat Wanandi dan melangkah cepat cepat untuk mengambil papan. Setelah mereka sudah selesai menutup lobang dengan papan sedikit tanah dan rumput rumput sebagai kamuflase.
Setelah selesai Mereka berdua meninggalkan tempat makam itu.
Sementara itu di lain tempat di sebuah hutan yang sangat lebat, Lingga Sari masih bertapa di bawah pohon besar, Lingga Sari masih khusyuk,
Namun tiba tiba dari dahan pohon yang tepat dipakai untuk Lingga Sari bersemedi jatuh satu buah yang telah matang berwarna merah..
Sesaat kemudian...
Lingga Sari tersentak karena buah itu jatuh di atas kepala nya dan buah mengelincir turun hingga sampai di atas pangkuan nya..