"Menikah lah dengan saya Jeslyn! Ini perintah bukan penawaran!"
"A-pa!?"
Menikah dengan boss sendiri!? Jeslyn tak pernah berpikir bahwa Louis akan melamar nya secara tiba-tiba, padahal lelaki itu jelas tidak mecintai nya! Apa yang sebenar nya lelaki itu inginkan hingga memaksa Jeslyn untuk tidak menolak titahan tersebut? Apakah sebuah keterpaksaan dari seseorang? Balas dendam? Atau alasan lain nya? Cukup Tuhan dan Louis yang tau!
Jeslyn yang memang tidak memiliki power apapun pun terpaksa mengiyakan keinginan dari Louis tanpa tau alasan pria itu ingin menikahi nya.
Lalu, bagaimana kehidupan Jeslyn kelak? Akan kah ia mampu untuk meluluhkan hati Louis? Sedangkan lelaki itu memiliki sifat kaku, dingin tak tersentuh, dan temperamental!? Belum lagi, Louis yang masih terbayang-bayang oleh masa lalu nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bertepuk12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Suara angin mulai mengulum sembari diringi beberapa deritan antar pohon yang seolah-olah ingin tumbang, sang candra kini sudah berada diatas kepala, jam pun sama berdetak maju, hingga tak terasa sebentar lagi akan tengah malam sesekali pun terdengar lolongan anjing yang menggonggong.
"Menginap saja di sini." Tawar Bryan berseru dengan pelan, berjalan mengantarkan para tamu nya menuju pintu utama kediaman, tangan nya pun terangkat untuk memeluk pinggang sang istri.
Louis menggeleng, "Tidak," Jawab nya lempeng.
"Besok saja bagaimana? Main club." Kendirck menimpali dengan senyuman, memamerkan gigi rapi berderet putih sembari membenarkan dekapan nya pada Kenan yang sudah tertidur pulas.
PLAK.....
Pukulan kasar Celia layangkan pada Kendrick selepas selesai dia mengucapkan kalimat nya, dan langsung terdengar suara ringisan kecil, "Kamu ingin main club, heh!?" Tuding nya.
"Sayang." Kendirck merengek, "Kamu lupa, jika aku main club selalu membawa mu, mana mungkin aku akan meninggalkan mu sendirian." Culas nya tersenyum menenangkan.
Sengolan pada bahu dapat Celia rasakan hingga membuat nya menoleh, lalu mendapati wajah Afnan yang terkesan menyebalkan.
"Apa? Kau ingin meminta maaf pada ku? Sekalipun ikan bisa berlari didarat, ayam berkokok dihari kiamat, dan kudanil menjadi gajah, aku tidak akan memaafkan mu!"
Sayang nya kalimat Celia yang begitu panjang lebar itu hanya mendapat sebuah cengiran tanpa dosa dari Afnan, dan tatapan acuh tak acuh, "Eww, siapa pula yang minat meminta maaf pada mu?"
Celia menghentikan langkah sejenak, "Minat kau bilang? Kau pikir sekarang tengah peminatan bakat tari!" Jawab nya ketus nan tak bersahabat.
"Sudah! Kalian sedari tadi terus tak ada henti nya berdebat, telinga ku benar-benar akan pecah jika mendengar kalian berdebat lagi!"
Jeslyn menjadi penengah, mendorong Celia agar mendekat pada Kendirck, lalu menarik tangan Afnan agar menjauh dari Celia.
Bibir Celia menurun hingga membentuk seringai cibiran, "Di-"
"Sayang, sudah hentikan, jangan berdebat lagi, aku tak ingin tiba-tiba kamu hipertensi." Suara bariton berceletuk, siapa lagi jika bukan Kendirck yang langsung merangkul bahu Celia, namun tetap mempertahankan Kenan dengan menggendong nya menggunakan satu tangan.
Setelah sang pawang dari Celia berseru itupun akhirnya tak ada perdebatan lagi, sehingga mereka telah tiba dihalaman tempat beberapa mobil terparkir tak beraturan.
"Jes pulang saja bersama ku dan Kak Louis." Afnan berceletuk cepat lalu menggandeng tangan wanita itu menuju mobil sang kakak, "Menginap saja, bagaimana?" Tawar nya sesekali menoleh kebelakang.
Diam, Jeslyn tanpa sengaja menghentikan langkah nya saat Louis menatap nya penuh intimidasi, tentu sebagai orang yang tahu malu dan mempunyai kadar kewarasan tinggi, Jeslyn paham betul arti tatapan dari Louis.
Melepas genggaman nya pada Afnan, Jeslyn menggelengkan kepala tanda menolak, "Tidak, itu merepotkan, aku bisa pulang bersama Celia, karena kita satu arah menuju apartemen ku."
"Apa?" Afnan menunjuk mobil Celia dan Kendirck yang sudah meluncur melewati gerbang, meninggalkan tatapan Jeslyn yang kalang kabut, jika bukan menebeng dengan Celia, maka dengan siapa?
Sialan!
Helaan nafas terdengar, Jeslyn menggaruk tekuk leher nya canggung, jika tau bahwa Louis tak mengizinkan nya pulang bersama maka tadi seharusnya ia meminta izin pada Kendirck dan Celia untuk menumpang sampai jalan apartemen nya.
Namun? Fyuh.... Nasi sudah menjadi bubur, sekarang hanya ada dua opsi.
Nekat
Taksi online
"Aku akan mencari tak-"
"Tidak, pulang lah bersama ku!" Suara bariton menguar kasar, lelaki itu berdiri tepat dibelakang tubuh Jeslyn sembari perlahan menarik tangan wanita itu.
Hampir saja Jeslyn akan berteriak mendapati suara tepat dibelakang tubuh nya, sedikit terjengit lalu ia menoleh cepat, dan menatap tubuh tegap Zico.
"Zico? Apa itu tidak merepotkan?" Tanya Jeslyn tak enak hati.
"Ti-"
"Kalian berbeda arah, biar saja Jeslyn bersama ku." Kali ini Dareen yang bersuara, menampilkan sebuah senyuman manis diantara sudut bibir nya, hingga rupa menawan itu nampak begitu memesona.
"Ahh ben-" Belum selesai dengan ucapan nya, Afnan lebih dahulu memotong pembicaraan dan berlari menuju Dareen secara tiba-tiba dan mengatakan kalimat yang tak masuk akal.
"Kak, kau lupa kita ada suatu hal yang perlu dibahas?" Ujar Afnan tiba-tiba sembari menarik lengan Dareen kasar menuju mobil lelaki itu, "Kak Louis pulang lah bersama Jeslyn! Pokok nya Jeslyn harus menginap dimansion kita dan ini adalah permintaan adik kecil mu!"
Dareen sendiri gelagapan mendapati serangan tiba-tiba dari Afnan, berusaha untuk melepaskan genggaman wanita itu namun ternyata tak bisa, karena cekalan Afnan cukup kuat.
Padahal jika bisa, Dareen ingin rasa nya berteriak bahwa ia merasa tak ada yang perlu diperbincangkan dengan Afnan dan lebih memilih mengantar Jeslyn pulang.
Namun entah mengapa Dareen malah tak mengeluarkan suara sedikit pun dan memilih untuk mengikuti tarikan Afnan.
Louis sendiri mengerutkan kening runcing, merasa aneh melihat interaksi kedua nya, malam-malam begini? Apa yang akan kedua manusia berbeda gender itu bicarakan.
"Apa yang ingin kau bicarakan dengan Dareen, Afnan! Kita akan pulang bersama!"
"INI PENTING KAK!"
BRAK......
Suara mobil yang ditutup secara kasar terdengar, tentu saja si pelaku adalah Afnan.
Disisi lain, Jeslyn mengelus tekuk leher nya canggung, sesekali gigi nya bergelematuk sebal menahan rasa ingin mengamuk lalu memukul kepala Afnan.
Tentu Jeslyn paham betul rencana wanita licik itu selaku Afnan yang menginginkan ia satu mobil bersama Louis.
Sial, jika begini maka tak ada opsi lain selain menebeng pada Zico, toh lelaki itu juga memberi penawaran lebih dahulu untuk pulang bersama, dari pada harus bersama Louis, Jeslyn yakin akan mati kutu atau lebih parah dicincang habis jika nekat mengikuti keinginan Afnan oleh sang boss.
"Zic, tol-"
"Masuk!"
Lagi-lagi ucapan Jeslyn terpotong karena Louis lebih dahulu berseru, lelaki itu memilih untuk masuk kedalam mobil namun sebelum itu melambaikan tangan pada Bryan yang berada di ujung pintu.
Tak ada pergerakan, Jeslyn malah terdiam bagai manekin, otak nya terasa blank dan lemot secara tiba-tiba, sebagai manusia normal, ia musti mempertanyakan pada Louis, 'masuk kemana?' masuk pada mobil Zico atau mobil lelaki itu?
"Pulang saja bersama ku Jes-"
Tin....
Tin....
Tin....
Louis dengan tak sabaran nya menekan klakson sebanyak tiga kali, lalu menurunkan kaca dan menogolkan kepala nya.
"Kau ini tuli?" Cerca nya sembari mengeluarkan tatapan tajam bagai siap mencacah habis tubuh Jeslyn.
"Saya tidak tuli tuan." Jawab Jeslyn mengencangkan genggaman tangan pada tas selempang nya, melampiaskan rasa gugup nan takut akan tatapan setan itu.
Terlihat Zico maju selangkah, lalu mengangkat bibir nya, "Biar aku yang mengantarkan Jeslyn." Seru nya informal. Ingat, sekarang mereka sudah tak terikat jam kerja lagi.
"Tidak, masuk Jeslyn!" Tolak Louis mentah-mentah, lalu mata nya semakin menyorot tajam.
Bukan bermaksud apapun, namun Louis pun terpaksa mengizinkan Jeslyn menumpang lalu membawa wanita itu kedalam mansion nya. Jika bukan karena Afnan mana sudi Louis melakukan hal menjijikkan ini?
Dengan hati-hati Jeslyn mengangkat kepala nya, lalu membalas tatapan Louis tak berani, "Masuk kedalam mobil tuan?"
"Menurut mu?"
"Tidak tahu."
"Masuk mobil sebelum kesabaran ku habis Jeslyn!"
Akhirnya selepas Louis mengatakan kalimat yang memberi titah, Jeslyn tergesa-gesa berlari menuju mobil lelaki itu, namun sebelum nya ia menoleh lantas melambaikan tangan dan tersenyum pada Zico.
"Terima kasih Zic, pulang lah dengan hati-hati, kita akan bertemu esok pagi, byee."
Segera saja Jeslyn masuk kedalam mobil, bukan disamping pengemudi namun dibelakang seolah-olah sebagai penumpang, mengabaikan tatapan Louis yang masih menajam dibalik kaca rear-vision mirror.
"Kau pikir aku supir mu?" Louis mengeratkan tangan nya pada genggaman setir mobil, merasa terhina atas tingkah Jeslyn yang duduk dikursi belakang.
Jeslyn mendongok, mengedipkan mata nya binggung tanpa dosa, "Jadi saya harus duduk dimana tuan?"
DI BAN, DI ATAP MOBIL? Atau dimana? Seperti nya kesabaran Jeslyn benar-benar diuji karena terus menghadapi tingkah tak normal dari Louis.
"Duduk dibagasi." Ucapan dari Louis membuat Jeslyn meringis, tega sekali lelaki itu membari jawaban tak masuk akal.
"Tuan jangan bercanda." Ditengah rasa gugup nya, Jeslyn masih berusaha untuk mengeluarkan senyuman menawan dan tawaan kecil namun terdengar canggung.
Kening Louis terangkat, lalu ia menoleh kebelakang mendapati wajah Jeslyn yang kian memburuk, "Apa aku terlihat bercanda?" Tanya nya.
TIDAK! TIDAK TERLIHAT SAMA SEKALI! Karena tuan nya itu hanya menampilan wajah datar tanpa ekspresi, ingin sekali rasa nya Jeslyn berteriak mengatakan kalimat itu namun ia cukup sadar diri.
"Jadi?"
"Duduk dibagasi."
"Tuan tap-"
"Jika tidak mau, silakan turun, lalu jalan kaki hingga kau tiba dimansion ku." Seru Louis kasar.
WHAT THE HELL! GILA! Kalian tau gila? Ya itu adalah otak Louis! Lelaki itu sinting, tak memiliki kadar kewarasan tinggi, bahkan mungkin sudah memiliki masalah gangguan kejiwaan! Tega sekali bukan?
Persetan dengan posisi nya, Jeslyn segera menggelengkan kepala tanda tak setuju, "Jika anda merasa kurang berkenan karena saya duduk dibelakang, bagaimana jika saya duduk di samping pengemudi tuan?"
"Memang nya kau siapa hingga berani duduk disamping ku?"
SKAKMAT! Bibir Jeslyn terasa kelu untuk mengeluarkan kata, hingga ia menghela nafas kasar berkali-kali, "Tuan tapi itu ke-"
"Kau berani pada ku?"
Kepala Jeslyn menggeleng ribut, "Tidak tuan."
"Jika begitu cepat lakukan sebelum kesabaran ku habis!"
Mau tak mau akhirnya Jeslyn berpindah tempat, ia tanpa sopan santun sengaja menginjak jok empuk mobil tuan nya lalu melompat menuju garasi dan duduk selonjor, "Sudah tuan!" Ketus Jeslyn tanpa sengaja.
"Kau berani ketus seperti itu pada ku?"
Memutar bola mata nya jengah, akhirnya Jeslyn berusaha mati-matian untuk menekan kekesalan nya tak ingin membuat Louis kembali mengamuk.
"Tidak tuan saya tidak berani."
"Cih,"
Memilih abai, Jeslyn menyenderkan tubuh nya, menatap luar jendela, mobil tersebut sudah berjalan dengan kecepatan tinggi, jujur saja ia masih tak expect jika Louis akan menyuruh nya untuk duduk dibagasi mobil.