NovelToon NovelToon
Jadi Selir Didunia Kolosal

Jadi Selir Didunia Kolosal

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Time Travel
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Vanilatin

Ji An Yi adalah seorang gadis biasa yang mendapati dirinya terjebak di dalam dunia kolosal sebagai seorang selir Raja Xiang Rong. Dunia yang penuh dengan intrik, kekuasaan, dan cinta ini memaksanya untuk menjalani misi tak terduga: mendapatkan Jantung Teratai, sebuah benda mistis yang dapat menyembuhkan penyakit mematikan sekaligus membuka jalan baginya kembali ke dunia nyata.

Namun, segalanya menjadi lebih rumit ketika Raja Xiang Rong-pria dingin yang membencinya-dan Xiang Wei, sang Putra Mahkota yang hangat dan penuh perhatian, mulai terlibat dalam perjalanan hidupnya. Di tengah strategi politik, pemberontakan di perbatasan, dan misteri kerajaan, Ji An terjebak di antara dua hati yang berseteru.

Akankah Ji An mampu mendapatkan Jantung Teratai tanpa terjebak lebih dalam dalam dunia penuh drama ini? Ataukah ia justru akan menemukan sesuatu yang lebih besar dari misi awalnya-cinta sejati yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilatin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 27 Seorang pria tak dikenal

Malam itu, Ji An duduk di dekat meja kecil dengan lilin menyala di depannya. Barang-barang yang dikirim Raja Xiang Rong telah disusun rapi oleh Lin Li dan Xiao Mei. Meskipun paviliun itu tetap sederhana, kehadiran barang-barang tersebut membuat tempat itu sedikit lebih nyaman.

Namun, Ji An tidak bisa merasa tenang. Ia memandangi secarik kain yang ditemukan Lin Li di antara barang-barang itu—sebuah selendang sutra dengan bordir naga emas kecil di sudutnya. Simbol kekuasaan itu tak mungkin salah. Selendang ini jelas milik Raja Xiang Rong. Tapi mengapa ia mengirimkannya?

"Nona," Lin Li memanggil pelan, membuyarkan lamunan Ji An. "Apakah Anda ingin mencoba makanan yang tadi dibawa? Saya telah memanaskannya di dapur kecil."

Ji An menggeleng, matanya tetap tertuju pada selendang itu. "Lin Li, kau tahu mengapa dia melakukan ini?"

Lin Li tampak bingung sejenak, lalu berkata, "Mungkin Raja Xiang Rong mulai merasa bersalah, Nona. Mungkin dia ingin memperbaiki perlakuannya tanpa menunjukkan secara langsung."

Ji An menghela napas. "Atau ini hanya bagian dari permainannya. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi aku tidak bisa lengah."

Lin Li mengangguk, lalu meninggalkan Ji An sendiri.

---

Di istana utama, Raja Xiang Rong berdiri di depan jendela besar yang menghadap taman. Angin malam membawa aroma bunga plum yang samar, tetapi pikirannya tetap berat. Ia berpikir tentang Ji An, tentang sorot matanya saat dia mengumumkan hukuman itu. Ia tahu ia sudah terlalu keras, tetapi ia harus melakukannya demi menjaga wajah Permaisuri dan menenangkan suasana istana. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang tidak bisa membiarkan Ji An sepenuhnya terabaikan.

"Yang Mulia," suara pelan Feng Zhi memecah keheningan. "Hamba membawa laporan tentang kondisi paviliun tempat Selir Ji An Yi tinggal."

Xiang Rong berbalik, wajahnya datar. "Katakan."

"Selir Ji An Yi tampaknya tidak mengeluh. Barang-barang yang dikirim telah diterima dengan baik. Namun, menurut pelayan di sana, Nona terlihat murung dan sering termenung."

Xiang Rong tidak berkata apa-apa untuk beberapa saat. Kemudian ia mengangguk. "Kau boleh pergi."

Saat Feng Zhi keluar, Xiang Rong menyandarkan tubuhnya di dinding, memandangi bulan di langit. Perasaan bersalah semakin menyelimuti dirinya, tetapi ia tahu ia tidak bisa menunjukkan kelemahannya, terutama kepada Ji An.

"Dia harus belajar," gumamnya pada dirinya sendiri. "Dan aku harus tahu apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya."

---

Beberapa hari kemudian, Ji An mulai merasa gelisah di paviliun terpencil itu. Meskipun tempat itu sudah lebih nyaman, ia merasa terkurung. Ia memutuskan untuk keluar sejenak ke halaman belakang paviliun, mencari udara segar. Xiao Mei dan Lin Li mengikutinya dari dekat.

Saat Ji An memandang langit malam yang penuh bintang, sebuah suara terdengar dari arah gerbang paviliun.

"Selir Ji An Yi," seorang pria dengan suara rendah memanggil. Ji An menoleh dan melihat seorang pria dengan jubah hitam, wajahnya sebagian tertutup kain. "Aku datang membawa pesan untukmu."

Ji An melangkah mendekat, namun Lin Li segera berdiri di depannya, mencoba melindunginya. "Siapa kau? Apa yang kau inginkan dari Nona kami?" tanya Lin Li dengan nada waspada.

Pria itu tidak menjawab, tetapi ia mengeluarkan sebuah gulungan kecil dari balik jubahnya dan menyerahkannya kepada Ji An. "Baca ini saat kau sendirian," katanya sebelum berbalik dan menghilang ke dalam kegelapan malam.

Ji An memandang gulungan itu dengan alis berkerut. Lin Li mendekat dengan khawatir. "Nona, Anda yakin ini tidak berbahaya?"

"Aku tidak tahu," kata Ji An pelan, tetapi rasa ingin tahunya terlalu besar untuk diabaikan. Ia menggenggam gulungan itu erat-erat, memutuskan untuk membacanya nanti di kamarnya.

Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu bahwa pesan ini mungkin menjadi kunci untuk memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi—baik tentang Raja Xiang Rong maupun nasibnya sendiri di dunia ini.

Malam semakin larut ketika Ji An akhirnya duduk di meja kecil di kamarnya. Lilin yang menyala temaram memantulkan bayangan di dinding. Lin Li dan Xiao Mei telah tertidur, meninggalkan Ji An sendirian dengan gulungan misterius itu. Perlahan, ia membuka gulungan tersebut.

Tulisan di dalamnya rapi dan singkat:

"Selir Ji An Yi, kau memiliki musuh yang tak terlihat di sekitarmu. Jangan percaya pada setiap kata yang terdengar manis, dan jangan lengah terhadap setiap perintah yang terlihat masuk akal. Jika kau ingin bertahan, kau harus memahami siapa yang sebenarnya berada di sisimu."

Tidak ada nama, tidak ada tanda, hanya kata-kata yang membuat Ji An semakin gelisah. Ia memegang gulungan itu erat, pikirannya berputar. Siapa yang mengirim ini? Apakah ini peringatan yang tulus atau jebakan lain? Ji An memutuskan untuk menyimpannya, berharap suatu saat petunjuk itu akan menjadi jelas.

---

Keesokan harinya, rutinitas di paviliun terpencil tetap berjalan seperti biasa. Namun, Ji An tidak bisa mengabaikan rasa gelisah yang mengganggunya sejak menerima pesan itu. Sambil menyapu halaman, ia memperhatikan beberapa penjaga yang sesekali melintas di depan paviliun. Salah satu dari mereka tampak terlalu sering menoleh ke arahnya, seolah-olah mengawasi.

"Lin Li," panggil Ji An pelan. Lin Li yang sedang menyiapkan air di ember kecil segera menghampiri.

"Ya, Nona?"

"Aku merasa ada sesuatu yang aneh. Penjaga itu," Ji An melirik ke arah pria berseragam di kejauhan, "terlihat mencurigakan. Sepertinya dia terus memperhatikan kita."

Lin Li mengerutkan kening, lalu mengintip dengan hati-hati. "Mungkin dia hanya menjalankan tugasnya, Nona. Tapi... mungkin juga ada alasan lain. Apakah ini ada hubungannya dengan gulungan tadi malam?"

Ji An menggigit bibirnya, merasa bingung. "Aku tidak tahu, tapi aku tidak bisa membiarkan hal ini begitu saja."

Lin Li mengangguk, lalu berbisik, "Jika Anda mengizinkan, saya bisa mencoba mencari tahu siapa dia, Nona. Tapi Anda harus tetap waspada."

Ji An setuju dengan ragu-ragu. Ia tahu risiko yang Lin Li ambil, tetapi ia juga tahu mereka tidak punya pilihan lain jika ingin tetap selangkah lebih maju.

---

Di sisi lain istana, Raja Xiang Rong sedang memeriksa dokumen di ruang pribadinya. Namun, pikirannya terus melayang pada Ji An. Ia telah mendengar dari Feng Zhi bahwa barang-barang yang ia kirim diterima tanpa penolakan. Itu sedikit melegakan, tetapi perasaan bersalahnya belum benar-benar hilang.

"Yang Mulia," Feng Zhi masuk dan membungkuk. "Hamba memiliki laporan baru dari paviliun tempat Selir Ji An Yi tinggal."

Xiang Rong meletakkan dokumen di tangannya. "Apa yang kau temukan?"

"Seorang pria tak dikenal terlihat mendekati paviliun itu tadi malam, meninggalkan sesuatu kepada Selir Ji An Yi. Penjaga kami tidak dapat mengejar pria itu karena ia menghilang ke dalam hutan."

Xiang Rong mengernyit. "Pria tak dikenal? Apa kau yakin dia tidak berasal dari dalam istana?"

Feng Zhi menggeleng. "Tidak ada yang mengenalnya, Yang Mulia. Namun, hamba menduga dia memiliki niat tertentu. Apakah hamba perlu menambah penjagaan di sekitar paviliun?"

Xiang Rong berpikir sejenak. "Tidak. Aku tidak ingin menarik perhatian terlalu banyak ke sana. Tapi kau harus mencari tahu siapa pria itu dan apa yang ia berikan pada Ji An Yi. Ini mungkin lebih serius daripada yang kita duga."

Feng Zhi mengangguk, lalu keluar dari ruangan dengan cepat.

Xiang Rong memandang ke luar jendela, ke arah taman yang gelap. Pikirannya kembali dipenuhi berbagai kemungkinan. Apakah Ji An bekerja sama dengan orang luar? Ataukah dia sedang dijebak lagi?

---

Malam harinya, Ji An duduk termenung di beranda kecil paviliunnya. Angin malam terasa dingin, tetapi ia tidak masuk ke dalam. Pikirannya terus berkutat pada isi gulungan itu. Kata-kata "musuh tak terlihat" terus terngiang-ngiang di telinganya. Ia mencoba menghubungkan pesan itu dengan orang-orang di sekitarnya—Permaisuri Yang Xi, Raja Xiang Rong, atau mungkin seseorang yang bahkan tidak ia ketahui.

Saat ia masih larut dalam pikirannya, sebuah suara pelan terdengar dari balik pagar kayu paviliun.

"Nona Ji An Yi," suara itu berbisik.

Ji An berdiri dengan waspada, memandang ke arah sumber suara. Di sana, ia melihat seorang pria dengan jubah gelap yang wajahnya tertutup kain—pria yang sama dari malam sebelumnya.

"Kau lagi?" bisik Ji An. "Apa yang kau inginkan dariku?"

Pria itu melangkah mendekat, masih menjaga jarak. "Aku di sini untuk membantumu, Nona. Kau tidak bisa bertahan lama di sini jika tidak tahu siapa musuhmu."

"Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau membantuku?" Ji An bertanya, nadanya penuh kecurigaan.

"Aku adalah orang yang kau butuhkan," jawab pria itu. "Jika kau ingin tahu lebih banyak, temui aku di hutan bambu di belakang paviliun ini besok malam. Datang sendiri. Jika kau membawa orang lain, aku tidak akan muncul."

Setelah mengatakan itu, pria tersebut berbalik dan menghilang ke dalam bayangan malam, meninggalkan Ji An dengan perasaan takut sekaligus penasaran. Apa yang harus ia lakukan? Apakah ia bisa mempercayai pria itu, ataukah ini jebakan lain?

1
Hana Agustina
jejak kaki ku disini thor.. pake mawar juga..
Haraa Boo
semangat kaka,
jangan lupa mmpir balik ya🥰
Hana Agustina
nyebelin banget sih thor.. permaisuri sllu dikasih kesempatan.. si ji an yi seolah g dpt ruang gerak utk dia bs membela diri... males dahh lama lama.. geregetan
Vanilatin
suka siapa ni visual nya?/Drool/
yanah~
Mampir kak 🤗 visualnya kesayangan aku 😍
Armyati
tentu saja trs bertahan n takkan pernah menyerah sampai kau sang raja yg akhirnya akn sangat sangat sangat menyesal nantinya 😏 semangat selir ji an yi n semangat jg buat author 💪💪💪💪
Hana Agustina
ku tinggalin jejak yaaa Thor
_arruaa
mant
Shion Fujino
Terus berinovasi ya author, semoga sukses dengan ceritanya!
~abril(。・ω・。)ノ♡
Gak bisa berhenti baca
khun :3
Dari awal sampai akhir, cerita ini membuatku terkesima. Bagus banget thor 👌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!