Cerita ini menguak kisah tentang seseorang yang mempunyai masa lalu kelam di dalam hidupnya, sebut saja namanya Namira seorang gadis yang memiliki hubungan spesial bersama pria beristri, sebut saja nama pria itu Samudera, seorang pria yang mempunyai masalah berat dengan istrinya hingga membuatnya bermain api dengan seorang gadis yang bekerja sebagai waiters di salah satu restaurant.
“Mas, aku hamil,” ucap Namira, sedang pria itu hanya terdiam, dia tidak tahu harus bahagia atau berduka mendengar kabar ini.
“Mas, kenapa diam,” ucap Namira sekali lagi.
“Iya Mir, aku turut senang dengan kehamilanmu jaga baik-baik ya anak kita,” sahut Sam, yang aslinya di dalam pikirannya dihantui rasa bersalah yang teramat dalam terhadap istrinya.
Saksikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Bapak ...!" teriak Namira ketika mendapat bapaknya pingsan.
"Pak, bangun Pak," ucap Yanti.
Semua orang pun menjadi panik, dan mulai merentangkan tubuh Hamid ke kursi panjang di ruang tamu. "Ayo ambilkan minyak aromaterapi," tita Pak RT.
Namira pun segera mengambil minyak terapi untuk di usapkan ke pelipis bapaknya itu laku kemudian mulai membawakannya ke Pak RT, sedangkan para warga yang merasa sudah menghakimi keluarga Pak Hamid tadi akhirnya bubar sendiri karena melihat keadaan yang semakin genting.
"Pak, ayo bangun Pak," ucap Yanti.
Karena merasa tidak ada reaksi apapun dari suaminya, akhirnya Yanti memilih untuk membawa suaminya ke klinik setempat. "Pak RT tolong bawa suami saya ke klinik saja, sepertinya dia tidak mengeluarkan reaksi apapun," pinta Yanti yang di setujui oleh Pak RT.
Beruntung para bapak-bapak masih berada di tempat rumah Yanti sehingga mereka bisa di mintai bantuan untuk menggotong tubuh Pak Hamid ke dalam mobil nantinya.
"Bapak-bapak tunggu di sini dulu ya! Saya mau ambil mobil dulu di rumah," ucap Pak RT tersebut, lalu bergegas pulang ke rumahnya.
Dalam keadaan seperti ini, Namira tambah merasa bersalah kepada kedua orang tuanya, gara-gara dirinya bapaknya jatuh pingsan seperti ini bahkan sudah terlihat pucat dan tidak menunjukkan reaksi apapun.
"Pak, maafkan Namira," ucap perempuan itu sambil menangis di samping bapaknya.
"Ayo-ayo mobil sudah datang," ucap bapak-bapak yang akan menggendong tubuh Pak Hamid.
Saat ini tubuh Pak Hamid sudah di masukkan ke dalam mobil, namira dan ibunya juga ikut masuk, mobil pun mulai melaju dengan kecepatan tinggi kerena memang kondisi Pak Hamid yang terlihat begitu memprihatinkan.
"Pak, bertahan ya," ucap Namira sambil mengusap kepala bapaknya.
Mobi pun sudah sampai di klinik terdekat segera para perawat membantu mengeluarkan tubuh pak Hamid dari mobil lalu membaringkannya ke brangkar dan membawanya ke ruang UGD.
Sesampainya di ruang UGD para perawat mulai melakukan tugasnya dengan merespon tubuh Pak Hamid dengan menekan-nekan dadanya, sambil memanggil namanya.
"Pak Hamid ayo bangun," ucap perawat tersebut sambil menekan dada pasien namun pak Hamid tidak memberikan respon sama sekali.
"Tidak ada respon coba cek nadi," titah perawat tersebut kepada teman seprofesinya.
"Nadi nya sudah berhenti," ucap perawat tersebut.
Dokter pun mulai datang dan mengecek kembali kondisi pasien, dan ternyata benar Pak, Hamid sudah menghembuskan nafas terakhirnya ketika masih berada di dalam rumahnya Yadi hanya saja orang-orang tidak ada yang menyadari kejadian ini.
"Maaf Bu, apakah pasien memiliki riwayat jantung?" tanya dokter tersebut.
"Iya, Pak suami saya memang memiliki penyakit jantung," sahut Yanti yang membenarkan pertanyaan dokter tersebut.
"Maaf Bu, menurut pemeriksaan tim kami Pak Hamid datang dalam keadaan sudah tidak bernyawa," terang dokter tersebut.
Deg!!
Bagaikan tersambar petir di siang bolong, hati Namira bergemuruh mendengar pernyataan dari dokter tersebut, dia masih belum mempercayai kalau bapaknya akan secepat itu meninggalkan dirinya dan juga ibunya.
"Bapak, maafkan Namira Pak, yang sudah membuat Bapak seperti ini," tangis Namira pecah.
"Nak, bapakmu sudah pergi, kuatkan dirimu ya Nak," ucap sang Ibu yang berusaha menguatkan hati anaknya, meskipun pada kenyataannya hatinya hancur menerima kenyataan ini.
*****
Jenazah Hamid sudah dibawa pulang dan sat ini sudah berada di kediamannya, para tetangga mulai berdatangan silih berganti untuk melayat, saat ini Namira mematung tatapannya begitu kosong, dia tidak tahu harus berbuat apa dengan kejadian ini pasti semua orang akan mengalahkannya.
"Sayang, sudah jangan bersedih." Tiba-tiba saja suara itu terdengar sedikit menenangkan pikirannya.
"Kak Loly, aku tidak bisa menghadapi semua ini, semuanya terjadi akibat kesalahanku sendiri Kak. Hiks ... Hiks," tangis Namira pecah di pelukan sahabatnya itu.
"Semua ini sudah menjadi takdir yang kuasa, kau jangan menyalahkan dirimu seperti ini, ingat di dalam perutmu ada kehidupan lain jadi kau tidak boleh larut dalam kesedihan," terang Loly.
"Ayo kita keluar jangan mengurung diri, kita antar bapakmu ke peristirahatan terakhir," ajak Loly sambil merangkul tangan sahabatnya itu.
Jenazah sudah selesai di mandikan dan di kain kafani, semua orang yang berada di rumah duka sudah siap untuk mengantar Bapak Hamid ke rumah terakhirnya.
Jenazah Pak Hamid kini sudah di bawa ke keranda, derai air mata turut mengiringi kepergiannya, apalagi Namira, sulit bagi perempuan itu menerima semua ini, karena dirinya selalu merasa kalau semuanya terjadi karena ulahnya yang memancing para warga untuk menghakimi keluarganya.
"Sayang, sudah jangan menangis terus," ucap Loly sambil berjalan mengiringi Jenazah Pak Hamid.
Sesampainya di pemakaman Namira benar-benar menatap tumpukan tanah yang sekarang sudah menutup jasad bapaknya itu, sulit baginya untuk mengucapkan sepatah kata pun, hanya doa yang mampu dia ucapkan di dalam hatinya.
'Bapak tenanglah di surga, aku yakin bapak orang baik semoga Allah selalu senantiasa memberikan pengampunan kepada bapak,' ucap Namira di dalam hatinya.
Satu persatu orang-orang mulai meninggalkan makam, saat ini terlihat jelas wajah sang Ibu yang terlihat sedih di tinggal tiba-tiba oleh suami tercintanya itu.
"Namira kau harus kuat, ingat ada yang lebih terluka dari kepergian bapak mu, yaitu ibumu, lihat saja goresan kesedihan begitu terlihat jelas di raut ibumu," jelas Loly, memberi nasehat kepada Namira.
Hati Namira seakan tergugah dengan nasehat sahabatnya itu, benar kata Lolly kalau dirinya harus kuat karena di dalam keadaan ini, hati ibunya lah yang lebih hancur, karena selama ini sang ayah merupakan teman satu-satunya yang ibunya punya, karena memang di kota ini dirinya hanya sebagai perantau, maka dari itu ketika sang bapak pulang mungkin saat ini hati ibulah yang lebih hancur.
"Ibu, ayo pulang," ajak Namira sambil memeluk tubuh ringkih itu.
*******
Di dalam rumah, rasa sepi itu kian mendera biasanya sang bapak selalu duduk di kursi usang itu sambil menikmati secangkir kopi dari ibunya, namun pemandangan seperti itu sudah tiada lagi, semuanya sudah terbungkus indah ke dalam memory hidupnya.
Namira hanya bisa menatap nanar kursi usang tempat kesukaan mendiang bapaknya itu, di tempat itulah bapaknya selalu melepas rasa penat dari rutinitasnya sebagai petani yang melelahkan.
"Bapak maafkan Mira, Mira janji setelah ini akan menjaga ibu sebaik mungkin," ucapnya sendiri yang mulai sedikit bangkit dari keterpurukan.
*******
Malam mulai datang menyelimuti langit, wanita paruh baya itu kini mulai menatap lewat jendela kayu yang sudah usang di kamarnya, tatapannya begitu nanar memandang ke arah luar.
Hatinya begitu sesak jika mengingat ke belakang, kenapa semuanya mendadak hilang seperti ini, dunianya seakan hampa tanpa seorang suami yang ada di sampingnya, apalagi saat ini tubuh renta ini harus dihadapkan dengan masalah besar yang sedang di hadapi sang anak.
Bagaimana mungkin seorang ibu harus bersikap tenang-tenang saja jika sang anak di hadapkan dengan masalah besar yang membelenggu.
"Anakku, siapa sebenarnya ayah dari bayi yang kau kandung itu, kenapa sampai sekarang kau masih diam dan bungkam," ucapnya sendiri sambil menahan rasa sakit di hatinya.
Catatan penulis :
Selamat pagi menjelang siang semoga kalian suka ya dengan kelanjutan kisah ini❤️❤️❤️🙏🙏🙏
Lanjut thor
perjuangan seorg ibu dr 2 org anak yg super tangguh & kuat menghadapi kerasnya hidup.
jauhkan jauhkan