Nikah dadakan karna di jodohkan ❌ Nikah dadakan gara gara prank ✅ Nikah dadakan karna di jodohkan mungkin bagi sebagian orang memang sudah biasa, tapi pernah gak sih kalian mendadak nikah gara gara prank yang kalian perbuat ? Emang prank macam apa sampe harus nikah segala ? Gw farel dan ini kisah gw, gara gara prank yang gw bikin gw harus bertanggung jawab dan nikahin si korban saat itu juga, penasaran gimana ceritanya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shusan SYD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 18
Ponselku berbunyi, tanda panggilan masuk. Ternyata panggilan video dari Alesha. Karena penasaran dengan maksudnya, aku langsung mengangkat panggilan itu.
“Kenapa, Sha?” tanyaku seraya meletakkan ponsel di standing holder di meja. Aku ingin videocall ini nyaman tanpa harus memegang ponsel terus-menerus.
"Barusan aku chat kamu gak baca," ucap alesha.
"Iya, tadi hapenya aku taro di saku." jawabku.
“Bolpoin kamu tadi kebawa nih, sorry ya.” Alesha langsung memperlihatkan bolpoinku yang tampaknya terbawa olehnya.
Selama kerja part time, alesha memang selalu mampir dan menemaniku di sana. Walaupun dia hanya duduk seraya bermain ponsel di table tapi dia sabar menungguku sampai jam tutup kafe tiba, setelah itu kita pulang bersama, mungkin selama aku tak tinggal di rumah salsa. Alesha selalu seperti itu.
“Kirain kenapa. Ya udah sih, besok kan kita masih ketemu,” jawabku santai sambil membereskan alat-alat belajarku dari dalam tas.
“Kamu baru sampai ya?” tanyanya, matanya menatapku fokus dari layar ponselnya.
“Iya, baru mau mandi,” jawabku sambil melepaskan jaket.
“Ya udah, sorry ganggu. Aku cuma mau kasih tahu aja, takutnya kamu nyariin,” ucapnya dengan nada menyesal.
“Enggak apa-apa, Sha.”
“Ya udah, matiin aja VC-nya.”
“Iya.” Aku langsung menekan tombol merah, yakin panggilannya sudah terputus.
Setelah itu, aku bersiap mandi. Dengan santai, aku mulai melepas bajuku di depan ponsel. Tapi mendadak suara Alesha terdengar lagi.
“Farel.”
Aku terkejut, dan cepat mendekat ke ponsel. Ternyata panggilan videonya masih tersambung! Jantungku berdegup kencang. Untung saja aku belum sempat melepas celana ku. Kalau iya, bisa bahaya.
“Sha, teleponnya nggak dimatiin, ya?” tanyaku panik sambil buru-buru menutupi tubuhku dengan baju yang tadi sudah kulepas.
“Iya, sorry, Farel. Aku juga kira udah mati tadi,” balasnya. Pipinya terlihat sedikit memerah, meskipun itu hanya dari layar ponsel.
“Enggak apa-apa kok. Maaf juga,” ucapku seraya memastikan semuanya sudah beres.
Alesha tampak diam, beberapa saat kemudian dia berkata pelan.
“Btw, badan kamu bagus banget.”
Aku tertegun.
“Apa, Sha ? Bagus ?” tanyaku memastikan, sekaligus menahan senyum kecil yang mulai terbit. Salsa, bahkan istriku sendiri tak pernah memberikan komentar seperti ini padaku sebelumnya.
“Sumpah, bagus banget,” ucap alesha lagi dengan nada serius.
Aku terkekeh.
"Kamu bisa aja, apa mau lihat lagi ?” tanyaku dengan nada bercanda.
“Enggak! Udah sana mandi. Matiin VC-nya yang bener,” ucap alesha cepat, perempuan itu jadi tampak malu-malu.
“Haha, oke, Sha. Bye.”
“Bye. Sampai ketemu besok,” tutupnya sebelum panggilan itu benar-benar berakhir.
Setelah itu, aku hanya duduk beberapa saat, memikirkan kejadian tadi. Entah kenapa, berbincang dengan Alesha selalu terasa ringan. Dia melihatku dengan cara yang berbeda, mungkin cara yang orang lain, bahkan Salsa, tidak pernah lakukan.
Kata-kata kecil darinya seperti mampu mengisi ruang kosong di dalam diriku. Aku tahu ini bukan cinta, hanya semacam ego yang terasa terpuaskan. Tapi malam itu, aku tidak bisa menyangkal bahwa kehadirannya membuatku merasa dihargai.
Walaupun alesha hanya temanku.
Aku buru buru menepiskan perasaan aneh ini dengan berlalu ke kamar mandi dan membersihkan diri.
Setelah selesai aku langsung merebahkan badanku di atas ranjang, merasakan lelah yang masih tersisa tanpa terasa mungkin aku pun terlelap.
Pagi menjelang, aku bersiap dan akan segera berangkat.
"Jalan dulu mah." pamitku pada ibu.
"Iya, hati hati. Nanti malem gak usah pulang ke sini." ucap ibuku.
"Loh kenapa ?" tanyaku dengan perasaan heran.
"Pulang ke rumah salsa, buktiin sama tante linda kalo kalian emang baik baik aja." ucap ibuku, aku jadi teringat kembali dengan permasalahan itu. Entah mengapa, kali ini rasanya malas sekali untuk bertemu dengan salsa. Mungkin aku baru sadar dia perempuan egois.
Aku jadi menghela nafas dalam.
"Gimana entar aja." ucapku pelan.
"Apa ?" tanya ibu seraya membulatkan matanya.
"Iya, nanti malem aku langsung pulang ke rumah salsa." jawabku dengan nada malas.
Kali ini aku berangkat sendiri, tidak dengan salsa atau pun alesha.
Sesampainya di kampus, ternyata alesha sudah menunggu kedatanganku di sana.
"Farel." sapanya seperti biasa, seolah lupa semalam dia sudah memuji kebagusan tubuhku.
"Sha." ucapku seraya mendekat ke arah perempuan itu, alesha menyerahkan balpoin yang semalam lupa dia kembalikan.
"Beruntung banget ya." ucapnya, kita pun sama sama berjalan menuju ruang belajar.
"Beruntung apa sha ?" tanyaku bingung, sebenarnya alesha ini tengah membahas masalah apa.
"Beruntung banget cewek yang bisa dapetin kamu." ucap alesha dengan pandangannya yang fokus menatap ke arah depan.
"Lah, kenapa emang ?" tanyaku seraya tersenyum.
"Kamu tuh baik, ganteng, sempurna lah pokoknya." ucap alesha lagi.
"Alah, gak usah berlebihan sha." ucapku seraya tersenyum. Hidungku seolah terbang mendengar sanjungan dari perempuan itu.
"Beneran kok, aku gak berlebihan." ucap alesha lagi, entah mengapa aku malah jadi merasa sedih. Karna kenyataannya salsa yang jelas jelas sudah memilikiku tapi dia tak pernah berpikiran seperti alesha. Aku bahkan tak di anggap.
"Kamu sebenernya udah ada calon belum ?" tanya alesha terang terangan.
Hmm.. Sebenernya aku udah nikah sha, tapi perkataan salsa waktu itu.
"Kenapa ? Kamu mau daftar jadi calonku ?" tanyaku spontan.
"Ya enggaklah, aku kan cuma nanya." ucap alesha malu malu.
"Ohh, kirain mau daftar." candaku.
Kita pun masuk ke dalam ruangan belajar, alesha langsung bergabung dengan teman temannya yang lain begitupun aku.
"Tumben lu." ucap adnan.
"Kenapa ?" tanyaku heran.
"Sekarang udah gak pernah berangkat bareng salsa lagi ya ?" tanya temanku sedikit kepo.
"Apa urusan lu ?" tanyaku.
"Udah berpindah haluan ya ?" tanya arman, dia malah menyahuti perkataan adnan.
"Diem lu semua," ucapku malas. Teman temanku ini memang sok paling tau, pasalnya aku pernah menceritakan pada mereka tentang ketertarikan ku pada salsa dan mereka sok sok an jadi pakar asmara dan menyarankan ku segala cara untuk berhasil mendapatkan salsa, namun aku belum membocorkan tentang pernikahanku yang sudah terjadi pada mereka.
"Lu jangan nyerah sebelum berperang dong, rel." ucap adnan memberi semangat.
Masalahnya ini udah perang, perangnya gak kelar kelar. Aku pun bingung.
"Udahlah gak penting." ucapku.
Seorang dosen datang, pelajaran pun berlangsung selama beberapa jam hingga akhirnya selesai.
Aku berjalan menuju parkiran, saat menoleh ke arah taman. Aku melihat perempuan yang sangat aku kenali tengah duduk berduaan di bangku taman dengan seorang laki laki.
Perempuan itu tak lain adalah salsa, hatiku seketika jadi terasa panas. Tanpa sadar rahangku mengeras dengan tangan yang mengepal karna menahan marah.
"Farel." ucap alesha, dia datang dan menghampir ke arahku.
Tatapan ku masih belum teralihkan hingga alesha pun menoleh juga ke arah yang sama.
"Itu si salsa sama fasya." ucap alesha.
Oh itu cowok yang namanya fasya, jadi selama tak bersamaku juga salsa bebas bertemu dengan cowok itu. Sialan.. Kesal ? Jelas saja aku kesal. Pemandangan itu cukup membuatku jengah, untung saja alesha keburu datang jadi aku bisa sedikit menahan emosiku agar tidak meledak.
"Farel, kamu kenapa ?" tanya alesha lagi.
"Kamu baik baik aja kan ?" tanya alesha lagi memastikan, dia mungkin sudah melihat dadaku yang naik turun.
"Kamu gak suka ya, ngeliat salsa dekat dekat sama fasya ?" tanya alesha.
"Hah ? Enggak kok." jawabku mencoba biasa.
"Kirain." ucap alesha, aku pun sadar jangan sampai alesha sadar dengan hubunganku dan salsa.
Kita berdua pun berlalu, sebenarnya aku sudah tak mood untuk masuk kerja part time gara gara tadi. Tapi semua harus aku paksakan.