Dalam sebuah pesta seorang gadis bernama Elis sengaja di tugaskan oleh sang ayah untuk menggoda para pengusaha muda yang kaya raya. Namun siapa sangka Elis malah terjebak dengan seorang pria yang paling di takuti di dunia bisnis.
Louise Mahendra Maxim adalah CEO dari Boison Grup terkenal dingin dan kejam. Seseorang yang pintar dan juga cerdas namun sayangnya malah jatuh hati pada Elis putri seorang pengusaha licik dan serakah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Berkas
Louise yang melihat sebuah berkas di meja nakas kemudian berjalan mendekat ke arah benda itu.
Apa ini ? Batin Louise.
Dia merasa tidak pernah meletakkan berkas apa pun sebelumnya di sana.
Merasa penasaran, Louise pun mengambil berkas tersebut dan membuka. Rahangnya mengeras seketika setelah membaca berkas itu sekilas. Ia melirik ke atas tempat tidur di mana Elis yang masih terlelap begitu nyenyak. Louise kemudian keluar kamar sambil membawa berkas tersebut setelah ia memakai pakaiannya.
"Sepertinya kau ingin bermain-main dengan ku." Louise tersenyum devil sembari mencampakkan berkas yang di bawanya di atas meja kerja.
"Datang ke rumah ku sekarang!" perintah Louise kepada Bobby melalui sambungan telponnya.
Tak sampai tiga puluh menit Bobby sudah tiba di rumah Louise dan langsung menemui atasannya di ruang kerjanya.
"Kau lihat itu. Pria tua serakah itu ingin bermain-main dengan ku." tunjuk Louise pada berkas itu dengan matanya.
Mendengar ucapan bosnya itu kemudian Bobby segera mengambil berkas itu dan membacanya. Dia pun merasa geram setelah membacanya. Bagai mana bisa dengan tidak tahu malunya Aryo meminta sepuluh persen dari saham perusahaan Boison Grup.
Sepertinya Aryo ingin menggali kuburnya sendiri. Mungkin Aryo salah paham dengan kebaikan Louise yang telah memberi hadiah mobil mewah kemarin. Atau juga Aryo ingin memanfaatkan kondisi Louise yang sedang sakit untuk mengelabuinya.
Setengah jam kemudian Louise dan Bobby sudah selesai mengubah isi berkas itu. Louise kembali ke kamar setelah menyuruh Bobby pulang. Louise meletakkan berkas tadi di tempat semula dan beruntungnya Elis masih belum bangun.
Louise kemudian keluar kamar lagi untuk mengatakan kepada pelayan agar menyiapkan makanan untuk Elis dan saat Louise kembali ke kamar Elis juga baru bangun tidur.
Elis keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai bathrobe dan rambut basah yang di gelung dengan handuk kecil.
"Bagai mana keadaan mu hari ini ?" tanya Elis kepada Louise yang sedang duduk di sofa.
"Seperti yang kau lihat. Setiap pagi aku akan baik-baik saja." jawab Louise.
"Kemarilah dan makan makanan mu." perintah Louise.
Ini sudah hampir pukul sepuluh pagi, Louise tidak mau Elis dan calon bayi yang ada di kandungannya kelaparan.
Saat akan menuju sofa Elis melihat berkas dari papanya di meja nakas. Dia mengambil berkas itu lebih dulu.
"Apa itu ?" tanya Louise pura-pura tidak tahu.
"Sebuah proposal dari papa. Dia meminta kau menandatanganinya." Elis menyerah berkas itu kepada Louise setelah mendudukkan tubuhnya di samping pria itu.
Perut Elis semakin kelaparan saat melihat makanan di depannya.
"Proposal apa ?"
"Aku tidak tahu."
Elis mulai mengambil segelas susu dan meminumnya. Mengapa akhir-akhir ini pelayan membuatkannya susu untuk sarapan. Kemudian Elis mengambil sepotong roti dengan selai strawberry.
"Kau tidak membacanya ?" tanya Louise lagi dan di jawab dengan gelengan kepala oleh Elis karena ia tidak bisa menjawab dengan mulutnya sudah penuh dengan roti.
Louis kemudian mengambil pena dan langsung menandatanganinya.
"Kau tidak membacanya dulu ?" tanya Elis yang melihat Louise menandatangani tanpa membaca.
Ceroboh sekali. Batin Elis mengatai suaminya.
"Tidak perlu. Aku percaya pada papa mu." Louise kembali menyerahkan berkas itu kepada Elis.
Keesokkan harinya sebelum pergi ke cafe, Elis mampir ke perusahaan Bintang Media untuk memberikan berkas proposal kepada sang ayah.
Louise sengaja meminta Elis untuk segera mengantarkan berkas itu karena takut Aryo sudah menunggunya. Mungkin saja itu sesuatu yang penting bagi Aryo.
"Elis mengapa kau tidak memberi tahu papa akan ke sini ?" tanya Aryo yang merasa senang melihat kedatangan putrinya.
"Aku hanya ingin mengantarkan ini, pa." Elis mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan memberikan pada sang ayah.
Aryo tampak berbinar menerima benda tersebut.
"Apa Louise sudah menandatanganinya ?" tanya Aryo tidak sabar.
"Sudah pa. Kemarin."
"Apa dia tidak mengatakan sesuatu tentang ini ?" tanya Aryo lagi.
Ia merasa senang sekaligus penasaran karena Louise begitu cepat menandatanganinya.
"Tidak. Dia bahkan tidak membaca dulu dan langsung tanda tangan." jawab Elis jujur.
"Memangnya proposal apa itu pa ?" tanya Elis yang tiba-tiba penasaran.
Dia sendiri pun lupa untuk membacanya.
"Ah, tidak apa-apa. Hanya proposal biasa." jawab Aryo gelagapan.
Aryo masih memikirkan ucapan Elis. Apa memang Louise se ceroboh itu tidak membacanya lebih dulu.
"Kalau begitu, aku pergi dulu pa. Mau ke cafe." kata Elis yang memang sedang banyak pekerjaan yang menunggunya.
"Ya, hati-hati nak. Terima kasih." balas Aryo.
Setelah Elis pergi, Aryo langsung mengambil berkas yang ia letakkan di meja tadi. Dengan tidak sabaran ia langsung membuka halaman belakang, ingin memastikan sendiri apakah Louise benar-benar menandatanganinya. Dan benar saja di sana sudah tertera tanda tangan Louise dan tanda tangannya yang sudah lebih dulu ia bubuhkan.
jangan sampai Rafly yg datang, biar Rafli sama Amanda saja Thor