FOLLOW IG @thalindalena
Dia hanya sebagai istri pengganti, tapi dia berharap merasakan bulan madu impian seperti pasangan suami istri pada umumnya. Tapi, bagaimana jika ekspetasi tidak sesuai dengan realita. Justru ia merasakan neraka pernikahan yang diciptakan oleh suaminya sendiri, hingga membuatnya depresi dan hilang ingatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Lara meletakkan satu porsi roast beef serta orange jus di meja makan dengan tenang. Ya, sejak tadi dia berusaha untuk tetap tenang, meski mendapatkan tekanan yang begitu menakutkan dari Lio.
Lio berdiri tak jauh dari meja makan, salah satu tangannya di masukkan ke saku piyama celana panjang yang dikenakan. Dalam segi apapun, dan dalam keadaan apapun, Lio sangat tampan, dan berkarisma tinggi. Lara tidak menampik ketampanan pria tersebut.
Lio mengeraskan rahangnya, ketika menatap wajah tenang Lara. Entahlah, dia selalu saja emosi saat melihat wajah tenang itu, seolah tidak merasa bersalah dengan segala kesalahannya. Rasanya dia ingin menggoreskan sebuah luka yang dalam, agar bisa melihat wajah itu meringis kesakitan dan meminta ampunan padanya. Sekeji itu dan separah itu rasa bencinya pada Lara.
"Sudah aku katakan, jika bukan aku yang menyebabkan Nona Sierra pergi." Lara bersuara, tanpa berani menatap Lio.
"Apa kau tidak lelah berbohong?!" tatapan Lio begitu kelam, dan menakutkan.
Suhu di ruang makan itu mendadak sejuk, seiring tatapan Lio berubah dingin.
"Jika begitu ceraikan aku. Dengan suka rela aku akan pergi dari hidup Anda. Apa Anda pikir aku mau berada di posisi ini?! Meskipun aku pernah mencintai dan mengagumi Anda dalam diam, tapi ..." Lara menjeda ucapannya, mengambil nafas dalam. Dadanya terasa sesak, kedua kakinya terasa beku, ketika melihat tatapan Lio semakin mengerikan, bak seekor predator yang siap menelan mangsanya.
Suasana di ruang makan itu begitu menegangkan.
"Tapi, aku tidak akan membiarkan diri ini terjebak dalam jerat monster!" lanjut Lara, dengan penuh keberanian.
Tapi, sepertinya keberaniannya itu membawa petaka untuknya. Lio mengeraskan rahangnya, giginya bergemelutuk, kedua tangannya menggebrak meja dengan kuat, menimbulkan bunyi dentuman keras hingga membuat Lara berjingkat kaget.
SRAK!!!
PYARRR!!
Lio menyapu makan malamnya dengan kedua tangannya. Alhasil masakan Lara yang sudah di sajikan itu berserakan di atas lantai.
"Berani sekali kau berkata seperti itu!!!! Dasar setan licik! Aku tidak akan pernah melepaskanmu sebelum Sierra kutemukan!! Ingat itu, aku akan membuat hidupmu seperti di neraka!!!" bentak Lio dengan sangat emosi. Nafasnya memburu, wajah dan kedua matanya memerah. Dia seperti iblis merah yang baru keluar dari neraka. Sangat menakutkan.
Tubuh Lara bergetar ketakutan. Menggigit lidah, menahan isak tangisnya agar tidak keluar. Dia tidak boleh lemah di hadapan pria itu.
Lio berlalu dari sana dengan perasaan marah luar biasa. Meninggalkan Lara yang tergugu pilu di ruang makan.
Lara berjongkok membereskan kekacauan yang sudah diciptakan Lio.
*
Wanita cantik dengan rambut hitam legam dan terurai itu berjalan menuju paviliun sambil membawa roast beef. Terus berjalan menuju kandang anjing. Sangat mubazir kalau daging itu tidak di makan. Lebih baik untuk makanan anjing bukan?
"Kau sendirian? Tidak punya teman?" Lara bertanya pada anjing ras doberman yang mempunyai ciri fisik, tangguh, tinggi dan menakutkan, tidak sembarang orang bisa mendekati anjing agresif berbulu hitam itu. Untuk masalah kesetiaan tidak perlu diragukan, dan juga sangat diandalkan untuk menjadi anjing penjaga.
GUK!
GUK!!!
ERGHHH!!
Anjing itu sepertinya tidak suka dengan Lara, menganggap Lara musuh. Menggeram penuh kewaspadaan, memperlihatkan taringnya yang sangat menakutkan.
Bukannya takut, Lara malah terkekeh, "aku tidak menyakitimu, tapi aku memberikan hadiah spesial untukmu." Lara memasukkan sepotong daging itu ke dalam kandang anjing.
"Kau suka?" Lara menatap anjing itu langsung lahap memakan daging tersebut.
"Setidaknya kau lebih menghargai makanan, ketimbang manusia iblis itu."