6 tahun tidak bertemu banyak sekali hal yang berubah dalam pertemanan Adrian dan Ansara. Dulu mereka adalah sahabat baik namun kini berubah jadi seperti asing.
Dulu Ansara sangat mencintai Adrian, namun kini dia ingin menghapus semua rasa itu. Karena ternyata Adrian kembali dengan membawa seorang anak kecil.
"Hidup miskin tidak enak kan? karena itu jadilah sekretarisku," tawar Adrian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYM Bab 19 - Membeku
"Diam," ucap Adrian singkat, juga dengan tatapan yang lekat.
Reflek Ansara merapatkan bibirnya, patuh sekali saat diminta untuk tidak buka suara. Karena tatapan Adrian yang serius membuatnya merasa terintimidasi.
"Apapun itu, tugas utamamu adalah mengurusku, bukan mengurus yang lain," timpal Adrian dengan sangat serius.
Ansara tak bisa menuntut penjelasan lebih, karena mulutnya sudah diminta untuk diam. Jadi dia hanya bisa mengangguk.
Mereka berdua akhirnya keluar dari dalam mobil, kembali lebih cepat ke perusahaan tentu membuat Jessi merasa penasaran. Karena jika sesuai jadwal harusnya sang Tuan kembali saat jam 2 siang.
Jessi makin heran ketika Ansara tidak langsung duduk di kursi kerjanya, melainkan ikut masuk ke ruangan sang CEO.
"Aku lelah sekali, pijat leher sampai pinggang ku," titah Adrian.
Ansara tercengang, baru tadi mereka membicarakan tentang pekerjaan Ansara yang harus mengurus Adrian. Lalu kini mendapatkan tugas yang tak disangka-sangka oleh gadis itu.
Pekerjaan yang mulai menjalar kemana-mana, bukan lagi masalah kantor tapi juga Adrian.
"Apa ini juga pekerjaanku?" tanya Ansara, reflek bertanya, meski setelahnya mengigit bibir bawah karena takut.
Harusnya Ansara tak banyak bertanya dan hanya menurut. "Maaf, bukan maksudku ingin membantah, aku hanya ingin bertanya," ucap Ansara lagi, langsung klarifikasi.
Adrian telah duduk di kursi sofa, jika Ansara ikut duduk pasti kesulitan baginya untuk memijat leher Adrian. Jadi Ansara masih berdiri di hadapan pria tersebut.
"Sepanjang acara tadi kamu terus berbisik dan membuat ku menunduk, sekarang leher dan pinggang ku pegal."
"Astaga, kenapa tidak bicara tadi tadi? Harusnya aku pakai heels 10 cm tadi."
Adrian tidak menjawab, hanya menatap dengan tatapan yang entah, Ansara tak mampu membacanya. Yang ada Ansara reflek menyentuh leher Adrian dan mulai memijat.
Sentuhan ini membuat Ansara menelan ludah kasar, skin to skin yang baginya tak biasa.
"Apa seperti ini?" tanya Ansara demi, bicara demi mengusir rasa gugup yang dia rasakan sendiri.
"Kenapa tanganmu terasa dingin?" balas Adrian, bukannya menjawab malah mengajukan pertanyaan juga.
"Tidak tahu," jawab Ansara asal, padahal keringat dingin mulai muncul di kedua tangannya.
Merasa Ansara akan kesulitan memijat jika dia memakai jas, jadi Adrian melepaskannya, bahkan melepas dasi. Tak tahu jika keputusan itu membuat Ansara makin gelisah.
"Kurang keras tidak?" tanya Ansara, lalu meringis sendiri sebab perasaannya tak menentu.
"Sudah pas," jawab Adrian.
Ansara tidak bertanya lagi, terus memijat Adrian dengan mulut yang terkunci rapat, tapi hatinya berisik sekali. Berulang kali berpikir harusnya pekerjaan seperti ini dilakukan oleh istrinya Adrian, bukan dia.
Selesai memijat leher, Ansara duduk untuk memijat pinggang Adrian. Sampai Ansara merasa seluruh tubuh Adrian telah dia jamah.
Namun pemikiran seperti ini membuat hati Ansara merasa menghangat, merasa mereka memang sudah sedekat ini.
Merasa perasaannya yang selama ini bertepuk sebelah tangan kini mulai terbalas.
'Ya Tuhan, ternyata aku adalah wanita yang jahat, egois. Aku mengesampingkan semua kebenaran demi perasaan sendiri,' batin Ansara.
Lahir batin seperti telah siap jadi perebut suami orang, hanya untuk merasakan cintanya sendiri.
"Sudah belum?" tanya Ansara.
"Tanganmu lelah?"
"Iya, tubuh mu keras sekali."
"Dan tanganmu kecil sekali."
"Itu tahu!" balas Ansara dengan suara meninggi. "Aku akan keluar sekarang, sekretaris Jessi pasti sudah menungguku," ucap Ansara, dia juga langsung berdiri.
Adrian mengangguk, namun saat Ansara baru berjalan beberapa langkah tiba-tiba mulutnya reflek memanggil. "Ans," panggil Adrian.
"Ada apa?" jawab Ansara.
"Ingat ucapanku tadi, jika Steven coba mengajakmu bicara abaikan saja." Adrian kembali menegaskan tentang hal ini.
"Bagaimana jika tuan Steven menghubungi ku di luar pekerjaan, apa harus ku abaikan juga?" balas Ansara.
Sebuah pertanyaan yang membuat Adrian berdiri, lalu mendekati gadis mungil itu.
Tiap langkah yang Adrian ambil, membuat Ansara makin berdegup, mereka seperti sedang tarik ulur tentang perasaan ini.
Ansara sempat berpikir mungkinkah Adrian cemburu, tapi Ansara tak pernah mendapatkan jawaban pasti tentang hal ini. Karena itulah kini Ansara mulai mengikuti permainan pria tersebut.
Dan bukannya menjawab pertanyaan Ansara, Adrian justru mengangkat tubuh mungil sang sekretaris lalu dia dudukkan di atas meja kerjanya.
Ansara yang terkejut membuatnya tak mampu berteriak, hanya reflek menyentuh kedua lengan Adrian yang kekar.
Sesaat tatapan mereka saling terkunci, menatap dengan banyak makna. "Abaikan semuanya," ucap Adrian.
"Kenapa?" tanya Ansara sekali lagi, dia butuh penjelasan yang lebih jelas.
"Karena kamu milikku."
"Karena aku sekretaris mu?"
"Karena kamu wanitaku."
"Aku masih tidak paham."
Dan kini Adrian menjelaskan dengan sebuah ciuman lembut di atas bibir Cherry milik Ansara.
Cup!
Ansara mendelik, tubuhnya membeku.
Jadi adik ipar aja serakah sama warisan😏
Kerja yg rajin dan jujur gitu loh biar gak iri terus sama kehidupan dan perusahaan milik Gio😏
Gio lebih pinter dari km dan juga Hendra 😏
jangan sampai mau jadi sekutu om2 lucnat
yg berkepentingan siapa
seenaknya jidat ngatur2 orang
anak bukan