Bukan salah Anggun jika terlahir sebagai putri kedua di sebuah keluarga sederhana. Berbagai lika-liku kehidupan, harus gadis SMA itu hadapi dengan mandiri, tatkala tanpa sengaja ia harus berada di situasi dimana kakaknya adalah harta terbesar bagi keluarga, dan adik kembar yang harus disayanginya juga.
"Hari ini kamu minum susunya sedikit aja, ya. Kasihan Kakakmu lagi ujian, sedang Adikmu harus banyak minum susu," kata sang Ibu sambil menyodorkan gelas paling kecil pada Anggun.
"Iya, Ibu, gak apa-apa."
Ketidakadilan yang diterima Anggun tak hanya sampai situ, ia juga harus selalu mengalah dalam segala hal, entah mengalah untuk kakak ataupun kedua adik kembarnya.
Menjadi anak tengah dan harus selalu mengalah, membuat Anggun menjadi anak yang serba mandiri dan tangguh.
Mampukah Anggun bertahan dengan semua ketidakadilan karena keadaan dan situasi dalam keluarganya?
Adakah nasib baik yang akan mendatangi dan mengijinkan ia bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH
.....🌾
Sebelumnya saat dokter Wirya menemui Anggun untuk membicarakan rencana dokter Andika.
“Kami bisa membantumu mengungkap kejahatan orang itu, kebetulan anaknya kecelakaan dan dokter Andika adalah dokter penanggungjawabnya,” ucap dokter Wirya berusaha meyakinkan Anggun
“Tidak Dok, saya lebih tidak siap dengan semua pandangan orang-orang terhadap saya nanti, terhadap keluarga saya karena saya adalah korban pelecehan,” keluh Anggun dengan wajah tertunduk.
Dokter Wirya menghela napas kasar seakan menghempaskan beban yang menghimpitnya, “Kamu yakin?”
“Iya, jika dia mau bersujud meminta maaf, saya akan berusaha memaafkan. Meski itu sangat berat, saya hanya butuh memastikan agar dia tak mengulanginya lagi, itu sudah cukup.”
Mendengar keluhan Anggun, dokter Wirya tak ingin terlalu memaksakan jika memang Anggun merasa demikian, lalu ia menceritakan bagaimana rencana dokter Andika untuk menjebak agar pak Tono bersedia bersumpah dan meminta maaf langsung di depan Anggun.
.........🌾
.
.
.
Dokter Andika berjalan bergegas menuju tempat Deni dirawat, langkah kakinya semakin cepat mengikuti sang perawat yang tadi memanggilnya.
“Aku benci ayah! Ibu, kenapa ibu menikahi pria seperti itu?!” Terdengar teriakan Deni dari balik pintu.
“Pasien berteriak seperti itu terus sejak ia terbangun Dok,” lapor si perawat dijawab anggukan oleh dokter Andika.
“Selamat siang, Deni,” sapa dokter Andika mendekati Deni.
“Dokter! Kenapa kaki dan tanganku tak bisa bergerak! Apa mereka mati?!” teriak pilu Deni yang hanya bisa menggerakkan kepalanya menggeleng ke kanan dan ke kiri serta tangan kirinya yang masih tersambung selang infus.
“Deni, coba ingat kenapa kamu bisa seperti ini?” sahut dokter Andika seraya memeriksa kondisi Deni.
“Semua karena orang itu!” tunjuk Deni dengan ekspresi marah saat melihat pak Tono muncul di sisi dokter Andika.
“Kenapa Nak? Ada apa? Dia itu Bapakmu Nak … nyebut Nak ….” Isak Bu Anas tak tega melihat Deni yang dipenuhi amarah.
“Bukan! Aku tak ingat punya Ayah yang bejat seperti dia!”
“Deni! Dasar anak kurang ajar!” Pak Tono tersulit amarah oleh sikap Deni.
“Pak!” Beruntung Bu Anas menarik mundur sang suami hingga keributan pun tak terjadi. “Sadar Pak! Anakmu sedang kesulitan, jangan malah memarahinya!” pinta Bu Anas mengingatkan sang suami. “Biarkan Dokter bekerja dengan baik, percayakan hal itu, kita harus menghibur anak kita.”
“Tapi Bu, anak itu ….”
“Cukup Pak! Dia begitu marah dan membencimu, coba ingat apa yang terjadi sebelum Deni kecelakaan!” ucap kasar Bu Anas di sela isaknya yang tertahan.
“Dasar sialan! Anak tak tahu diri! Susah payah aku memohon dan membuang harga diri di depan bocah itu, tapi dia malah menunjuk-nunjuk wajahku! Awas saja nanti, akan dibalas anak miskin itu!” batin geram pak Tono.
“Untuk sementara, sebaiknya Bapak tidak usah mendekat dulu, biarkan aku yang akan mengurus Deni, biar aku tenangkan dia dulu, jika semua sudah membaik, barulah Bapak boleh masuk!” terang Bu Anas setengah frustasi.
Pak Tono hanya bisa menghela napas, batinnya kembali dipenuhi kemarahan dan kebencian pada Anggun.
“Tunggu! Sebelumnya Dokter itu bilang kalau anakku nggak akan selamat kalau tidak dioperasi lagi? Tapi kenapa sekarang bisa sadar dalam kondisi baik? Malah bisa meneriakiku? Ada yang aneh di sini?” monolog pak Tono.
Pak Tono duduk di bangku di lobi itu, lalu mengeluarkan sebatang rokok, dan menyulutnya.
“Pak … maaf ya, dilarang merokok di sini,” tegur seorang perawat.
“Oh! Maaf mbak!” Pak Tono mematikan bara di ujung rokoknya dengan menginjaknya di lantai. “Eh! Kamu perawat yang tadi kan? Tunggu aku mau bertanya sesuatu!” tegur pak Tono kemudian.
Sang perawat menghentikan langkahnya, menoleh pada pak Tono yang berjalan mendekatinya. “Ada apa Pak? Ada yang bisa saya bantu?”
“Jadi, bagaimana sebenarnya kondisi anak saya? Deni, yang tadi mbaknya manggil Dokter Andika,” selidik pak Tono.
“Hmm … setahu saya kondisinya baik, tapi untuk lebih jelasnya silahkan bertanya langsung pada dokter Andika. Kami tidak memiliki wewenang untuk menjelaskan secara detail.” Sang perawat menjawab pertanyaan pak Tono dengan polos.
“Gaji perawat berapa sih? Saya bisa memberikan bonus kalau mbak perawat bisa membantu saya berkata jujur mengenai kondisi anak saya.” Pak Tono kembali memikirkan niat buruknya.
Sang perawat tersenyum menanggapi ucapan sombong pak Tono, “Pak, saya hanya mengatakan yang saya tahu, untuk sekarang, putra Bapak bangun dalam kondisi baik, semua organ vital berfungsi dengan baik, tidak perlu khawatir, Dokter Andika adalah salah satu dokter terpercaya di rumah sakit ini.”
“Jadi, anak saya tidak perlu operasi lagi? Transfusi darah?”
“Hahaha … Bapak ini bicara apa? Dokter Andika tidak mengatakan apapun mengenai hal itu. Bapak lihat sendiri kan putra Bapak sadar sepenuhnya, hanya mungkin masih syok karena beberapa faktor,” terang sang perawat lalu berpamitan meninggalkan pak Tono yang terlihat semakin marah.
“Kurang ajar mereka! Sialan!! Aku tidak akan tinggal diam! Lihat saja apa yang akan aku lakukan pada bocah miskin itu! Dia sudah berhasil membuatku bersujud didepannya, tidak! Tidak akan aku ampuni!”
...****************...
To be continue.....
Ini Anisa sama temennya kan 😮💨
Apa ig nya 🤭
lebih cocok jadi anaknya Tono dia 😩