Semua orang pasti memiliki pernikahan impiannya, begitu pula dengan Kaila Sasmita.
Seorang gadis cantik yang harus merelakan pernikahan impiannya yang sudah di depan mata hancur lebur berganti dengan rasa sakit yang teramat dalam. Pria yang di cintainya selama beberapa tahun belakangan ini nyatanya dengan tega bermain di belakangnya, dan lebih sialnya wanita itu tak lain adalah saudaranya sendiri. Di tengah rasa sakit hatinya, Kaila bertemu dengan seorang Brian Davis yang tiba-tiba saja menawarkan sebuah hubungan karena juga mengalami hal yang serupa.
Ingin hubungan yang normal seperti lainnya, namun apakah semua itu bisa sedangkan hubungan mereka saja berawal dari sebuah sandiwara.
*****
Bisakah hubungan Kaila dan Brian bertahan untuk selamanya? akankah kisah mereka berakhir dengan hubungan yang sebenarnya? Ikuti kisah pernikahan penuh drama dari Kaila dan Brian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kantin
"Kok tiba-tiba kamu datang kesini?" tanya Brian ketika dirinya dan Kaila sudah duduk berdampingan di sofa yang ada di sudut ruang kerjanya.
"Lagi pengen main aja, lagian bosen juga di rumah gak ngapa-ngapain." jawab Kaila yang tentu saja berbohong karena tak mengatakan apa penyebab dirinya datang. "Kalau gak karena kamu bikin suasana kantor jadi horor, aku juga gak bakal kesini Bri, mendingan tidur di rumah." sambungnya namun hanya dalam hati.
"Maaf ya atas yang tadi." ucap Brian sekali lagi karena tentu saja perasaan tidak enak masih menyelimuti hatinya. Kalau saja Kaila sampai tambah terluka karena terkena lemparan bolpoinnya yang begitu kencang ... pasti Brian akan merasa sangat bersalah dan tentu menyesal.
"Gak apa-apa, lagian gak kena juga kan." jawab Kaila. "Ngomong-ngomong kamu galak juga ya ... " kata Kaila.
"Enggak gitu, aku cuma ... " kata Brian yang tak jadi melanjutkan perkataannya. "Eh kamu sudah makan belum? Mau makan siang bareng?" tawar Brian untuk mengalihkan perkataannya tadi.
Kaila tak memaksa dengan terus bertanya akan perkataan Brian yang tadi terhenti. Kaila berusaha memahami mungkin Brian belum siap untuk berbagi dengan dirinya ... apalagi dirinya itu bukan siapa-siapa dalam hidup Brian.
"Boleh." jawab Kaila yang memilih untuk mengikuti alur yang Brian ciptakan, kebetulan juga waktu hampir menunjukan jam makan siang, hanya tinggal beberapa menit saja.
"Makan di resto depan mau? atau biar Samuel yang belikan dan kita makan di sini saja? soalnya aku gak bisa pergi terlalu lama, ada meeting setelah jam makan siang." kata Brian yang tanpa di minta menjelaskan kesibukannya.
"Apa di sini ada kantin?" kata Kaila yang malah balik melontarkan pertanyaan pada Brian, bukannya menjawab apa yang di tanyakan padanya.
"Kantin? tentu saja." jawab Brian. "Perusahan BD memiliki kantin dengan fasilitas yang memadai, kami mempekerjakan beberapa koki untuk membuat menu makanan yang berbeda setiap harinya, jadi para karyawan tak akan bosan makan siang dengan menu yang itu-itu saja." papar Brian. "Apalagi untuk makan siang ... semuanya di tanggung oleh perusahaan jadi karyawan tak perlu membayar jika makan siang di sana." sambungnya lagi.
"Apa perusahaan gak rugi?" tanya Kaila dengan spontan. Mengingat pasti perusahaan sebesar ini memiliki karyawan yang banyak.
"Enggak, itu semua sebagai bukti kalau kami menghargai kerja keras mereka. Lagian dari mereka pasti banyak yang memilih untuk menghemat makan siang karena kebutuhan yang banyak, pasti dari sekian banyaknya karyawan ada yang memilih tak makan siang atau makan siang dengan menu yang tak mencukupi kebutuhan tubuh ... mie instan misalnya, alhasil mereka akan menjadi mudah sakit dan itu akan merugikan perusahaan karena pekerjaan mereka jadi tak optimal." terang Brian mengemukakan alasan dari makan siang gratis di perusahaannya. "Lagian kalau kita baik dan memperhatikan kebutuhan mereka, mereka pasti akan semakin loyal pada perusahaan." imbuhnya lagi yang di angguki oleh Kaila.
"Kalau gitu aku mau makan di kantin." kata Kaila. "Mau cobain menu yang ada di sana." sambungnya lagi yang membuat mereka kembali tawar menawar.
"Makan di sini saja ya? nanti biar Samuel dan Agnes yang bawakan dari kantin." kata Brian yang di jawab dengan gelengan kepala oleh Kaila tanda dirinya menolak usulan Brian tersebut.
"Aku pengen ngerasain suasana kantin di perusahaan sebesar ini." kata Kaila dengan wajah memelas.
Brian yang tak tega menolak pun akhirnya hanya bisa mengiyakan keinginan Kaila yang membuat gadis itu tersenyum kegirangan.Padahal seumur-umur dirinya tak pernah menginjakkan kaki di kantin perusahaan, jika makan siang di kantor maka Samuellah yang akan membawakan makan siang dari makanan kantin untuknya.
❤️
Sepanjang perjalanan menuju ke kantin, mereka berdua berpapasan dengan beberapa karyawan yang menyapa mereka dengan begitu sopan dan hormat. Kalau Brian hanya menampilkan wajah datarnya, beda lagi dengan Kaila yang selalu menampilkan senyum ramah dan sesekali menundukkan kepalanya.
Suasana kantin yang tadinya ramai, langsung berubah sunyi senyap dengan ketegangan menyelimuti semua karyawan kala melihat sosok Brian yang berjalan masuk ke kantin dengan tangannya dan tangan Kaila saling bergandengan.
"Khem, kalian lanjutkan saja." kata Brian.
Mereka pun melanjutkan apa yang sebelumnya mereka lakukan meskipun dengan perasaan canggung dan seperti sedang di awasi.
"Mau kemana?" tanya Brian setelah menarik tangan Kaila sehingga posisinya yang sudah berjalan satu langkah ke depan kembali lagi ke posisi semula, malah mungkin semakin dekat dengan Brian.
"Mau antri ambil makanan." jawab Kaila tanpa dosa.
"Gak, ayo duduk." ajak Brian dengan menarik lembut tangan Kaila untuk berjalan menuju di salah satu meja kosong yang berada di sudut ruangan.
"Tapi nanti makanannya." kata Kaila yang berjalan tapi sesekali menoleh ke belakang ke arah para karyawan mengantri.
"Nanti kamu juga akan tetap mendapatkan makananmu." sahut Brian.
Begitu baru saja duduk, meja mereka sudah di hampir seseorang yang menanyakan mereka akan makan siang dengan apa. Tak lupa sang karyawan pun menawarkan satu persatu menu yang ada pada hari ini.
Kaila memilih bakso untuk makan siang karena kebetulan menu tersebut ready. Sedangkan Brian memilih untuk makan menu nasi Padang.
❤️
Brian langsung mencegah tangan Kalila saat gadis itu hendak menyendokkan sambel ke dalam bakso miliknya.
"Mau sambal Bri." rengek Kaila dengan nada lemah.
"Gak, aku gak mau kalau kamu nanti jadi sakit perut." jawab Brian dengan tegas.
"Sedikit aja Bri, buktinya karyawan kamu baik-baik saja." kata Kaila dengan wajah yang sudah cemberut.
"Mau nurut atau gak usah makan bakso sekalian." putus Brian yang membuat wajah Kaila semakin tertekuk.
"Iya iya aku gak pakai sambal, puas." kata Kaila dengan nada merajuk.
Mereka berdua pun mulai menyantap makan masing-masing. Kaila yang melihat cara Brian makan nasi Padang jadi gereget sendiri.
Kaila mencelupkan tangan kanannya di mangkok yang berisi air yang sudah di sediakan di sana tadi oleh karyawan kantin yang di khususkan untuk cuci tangan.
Kaila dengan berani menarik piring milik Brian.
"A ... " kata Kaila dengan tangan yang sudah berisi makanan dan kini berada di depan mulut Brian. "Ayo." kata Kaila lagi kala Brian hanya menatapnya dengan penuh tanya.
Bagai terhipnotis, Brian pun langsung mengikuti kemauan Kaila.
"Makan nasi Padang pakai sendok mana enak." celetuk Kalila. "Kalau mau makan nasi Padang tuh ya gini caranya." sambung Kaila.
Semua yang terjadi diantara Kaila dan Brian membuat para karyawan curi-curi pandang menatap ke arah mereka.
"Enak? " tanya Kaila dan di jawab anggukan kepala dari Brian.
Kaila terus saja menyuapi Brian dan Brian pun sesekali menyuapi Kaila hingga makanan mereka habis tak bersisa. Para karyawan Brian seolah tak bergeming menatap kemesraan mereka berdua. Atasan mereka yang dingin itu ternyata bisa se sweet ini sama kekasihnya ... benar-benar susah di percaya kalau seandainya tak melihat dengan mata kepala sendiri.