NovelToon NovelToon
Mereka Yang Membelokkan Takdir

Mereka Yang Membelokkan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Reinkarnasi / Sistem / Mengubah Takdir / Trauma masa lalu
Popularitas:359
Nilai: 5
Nama Author: Rizky

seorang anak yang bermimpi untuk menjadi penulis,namun anak itu terus berperang dengan pikirannya hingga dimana bencana waktu membuatnya hidup di tubuh seseorang namun dia hidup di cerita yang dia buat saat menjadi penulis dengan alur penuh kejutan dari takdir yang kosong.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4~ menemukan tempat terakhir

Setelah kereta tiba, Oska pun naik kereta itu. Namun, jalur yang diambil bukan menuju rumah, melainkan ke arah pantai, tempat yang cukup dekat dari lokasi kompetisi.

“Ini mungkin saat yang tepat untuk menyegarkan pikiran,” pikir Oska sambil tersenyum, membayangkan deburan ombak.

Oska memilih untuk menyewa penginapan di pinggir pantai sambil menyelesaikan lukisannya. “Kenapa aku merasa tidak enak, yah? Apa Sofia baik-baik saja?” pikirnya.

Sambil melukis, sosok Sofia terbayang dalam pikirannya, seperti bintang-bintang yang bersinar terang di malam yang kelam. “Dia selalu bisa membuatku merasa tenang,” gumam Oska, mengingat kata-kata Sofia, “Kita akan terhubung meski jarak dan waktu memisahkan.”

Terdengar bisikan entah dari mana, “Jika bencana itu tiba, apakah dirimu akan rapuh untuk melawan dunia?” Suara gadis dewasa itu menghilang perlahan, meninggalkan Oska dengan perasaan cemas. “Apa ini pertanda buruk?” tanyanya pada diri sendiri, berusaha mengabaikannya.

Di sisi lain, Sofia tertidur pulas di gubuk. Ketika terbangun, ia menyadari waktu sudah mulai larut malam.

“Hari ini sangat menyenangkan,” ucapnya sambil tersenyum, menatap bintang-bintang yang bersinar di langit malam. “Aku harap kita bisa bersenang-senang kembali nanti,” tambahnya penuh harapan.

Saat Sofia sampai di depan rumah, ia melihat pintu terbuka. “Ayah? Di mana kau?” teriaknya, mulai merasa khawatir. Betapa kagetnya Sofia ketika melihat ayahnya terdiam, dingin, dengan mulut penuh darah dan luka sobekan di perutnya. “Ayah!” teriaknya histeris, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Suara berisik datang dari arah dapur.

Sofia ingin segera mengecek, tetapi ayahnya dengan suara pelan berkata, “Sofia, lari lah…” Suara itu sangat kecil, seolah penuh kepedihan.

“Maaf… aku tidak bisa menjadi ayah yang baik,” lanjutnya. Air mata mengalir di pipi Sofia saat ia merasakan betapa sakitnya melihat ayahnya dalam keadaan seperti itu.

Dengan tatapan histeris, Sofia mendekati dapur. Namun, saat berbalik, ia menemukan kakaknya sendiri yang bersiap menikamnya. “Kakak… apa ini semua ulahmu?” tanyanya, ketakutan.

Saat Sofia berusaha melarikan diri, ia berjuang melepaskan pisau yang tertancap di perutnya. “Aku tidak ingin mati dengan penyesalan!” serunya, menendang kakaknya dengan keras sebelum berlari, menutup lukanya dengan kain yang ada di tasnya.

Sofia terpojok, tetapi tiba-tiba, tangan kakak beradik yang ia temui di taman tadi siang menariknya. “Tenang, Kak Sofia, kami ada di sini! Kakak harus bertahan,” ucap mereka sambil menjauh. Namun, sialnya, mereka terjebak di pinggir jurang yang curam, di bawahnya mengalir sungai deras. “Kami harus berpikir cepat!” desak salah satu dari mereka.

Dengan perasaan campur aduk, Sofia mengelus kepala mereka. “Terima kasih, kalian telah membantuku,” katanya dengan suara lembut. Tiba-tiba, ia mendorong kakak beradik itu menjauh dari tepi jurang.

“Kalian harus selamat. Ini sudah saatnya aku mengorbankan diri,” ucapnya dengan bulir air mata, merelakan dirinya terjatuh dari tepi jurang.

“Maaf semuanya, aku sepertinya melanggar janji… maaf…” perlahan senyumnya meredup, air mata terus mengalir. Kakak beradik itu tak terima dengan keputusan Sofia dan ikut melompat untuk menolongnya. “Kami tidak akan membiarkanmu sendiri, Kak!” seru mereka berdua penuh semangat.

Namun, betapa kagetnya mereka melihat Sofia sudah terjatuh sangat cepat di sebuah batu dekat tepi sungai dengan kepala penuh darah.

Mereka sangat syok hingga tak bisa berkata-kata. “Sofia! Tidak!” teriak mereka serentak, tetapi saat itu juga, mereka tercebur ke dalam sungai.

Sofia, dengan luka yang semakin parah, merangkak menuju pohon dan bersandar di situ, menunggu kematiannya. “Maaf… maaf… aku tak bisa mewujudkannya,” ia menangis histeris, merasa tak berdaya.

Namun, sosok sang ayah dan ibu tiba-tiba muncul, memeluknya. “Kau sudah mencapai apa yang diimpikan ayah, ibu, dan mereka semua,” ucap sang ayah, kehangatan menyelimuti Sofia. “Betul itu,” sambut para penduduk, suaranya menyatu dalam kebersamaan.

“Sofia… ibu sangat bahagia bisa melihatmu tumbuh menjadi gadis yang hebat,” ucap sang ibu. “Mama…” mereka pun berpelukan, merasakan kehangatan cinta yang abadi.

“Aku ingin cerita banyak saat aku tumbuh, jadi Mama harus tersenyum ya. Kita semua sudah di sini bersama,” Sofia menggerakkan bibir sang ibu untuk tidak ada yang disesali, tetap tersenyum meski hatinya hancur. “Aku akan selalu mencintaimu, Mama.”

“Sofia…” Dalam kehangatan itu, mereka semua mendengarkan cerita indah yang dibacakan Sofia. Hingga tubuh raganya mendingin, jiwanya tetap hangat di alam yang berbeda, menghadapi dunia dengan semangat baru.

Cerita itu ditutup dengan sebuah harapan. “Jika layangan itu terputus dan terus terbang menerjang ribuan air hujan, setidaknya layangan itu masih tetap melayang, mencari tempat di mana ribuan air hujan tak bisa menghancurkannya.”

1
AteneaRU.
Menarik dari setiap sudut
RIZKYs: 😉 sungguh ini akan semakin menarik
total 1 replies
Ryoma Echizen
Terima kasih thor, cerita ini membuatku semakin mencintai dunia literasi. ❤️
RIZKYs: sungguh hal yang hebat kamu menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini , jgn lupa besok update episode terbaru tentang kelanjutan " pesan terakhirku untuk takdir"/Smirk/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!