Diego Murphy, dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin, dan dia juga adalah seorang mafia yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada klan Dark Knight. Bahkan dia telah mendapatkan julukan sebagai The Killer, siapapun yang menjadi targetnya dipastikan tidak akan pernah bisa lolos.
Ketika dia masih kecil, ayahnya telah dibunuh di depan matanya sendiri. Bahkan perusahaan milik ayahnya telah direbut secara paksa. Disaat peristiwa kebakaran itu, semua orang mengira bahwa dirinya telah mati. Padahal dia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri.
Setelah beranjak dewasa, Diego bergabung dengan sekelompok mafia untuk membalaskan dendamnya dan ingin merebut kembali perusahaan milik ayahnya.
Disaat dia melakukan sebuah misi pembunuhan terhadap seorang wanita, malah terjadi sebuah insiden yang membuat dia harus menjadi menantu dari pembunuh ayah kandungnya sendiri. Sehingga dia terpaksa harus menyembunyikan identitasnya.
Apakah Diego berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Doorrr!
Doorrr!
Doorrr!
Terlihat Diego yang sedang melepaskan peluru ke arah papan kayu. Sepertinya pria itu sengaja melepaskan tembakan ke sembarangan arah, agar Vanessa mengira bahwa pria itu sama sekali tidak mahir dalam menembak.
"Astaga, ini sudah kelima kalinya kita mengulangi latihan, tapi kamu belum bisa menembak papan kayu itu?" Vanessa merasa bahwa Diego sangat lamban sekali untuk mempraktekan semua materi yang sudah Vanessa jelaskan kepada Diego.
"Hm rupanya sangat sulit." Diego pura-pura mengeluh dengan wajah datarnya.
Diego dikejutkan dengan Vanessa yang memegang kedua tangannya dari belakang, meskipun Vanessa harus sedikit menjinjitkan kedua kakinya. "Fokuskan pandangan kamu ke arah papan kayu itu, kemudian..."
Diego merasakan tak karuan, mungkin karena nafas Vanessa menerpa kulit lehernya. Dia segera melepaskan kedua tangannya Vanessa sambil membalikkan badan. "Aku menyerah. Lagian untuk apa juga aku harus belajar menembak?"
"Karena bagi aku kamu adalah suami plus plus. Maksudnya kamu juga harus menjadi bodyguard aku. Kamu memang pandai berkelahi, tapi seharusnya kamu juga bisa menembak."
Diego menghela nafas, sepertinya Vanessa sangat berharap bahwa Diego akan menjadi bodyguard yang akan selalu melindunginya. Padahal sebenarnya Diego adalah seorang pria yang sangat berbahaya untuknya. Pria itu pun segera mengembalikan pistol yang ada di dalam genggamannya kepada Vanessa, "Aku capek. Kita latihan menembak lagi lain kali saja."
...****************...
Besoknya, Vanessa ingin membujuk ayahnya untuk memperkerjakan Diego di perusahaan. Vanessa harus menepati janjinya kepada Diego bahwa dia akan memberikan pekerjaan kepada pria pengangguran itu.
Awalnya Tuan Arthur sangat keberatan, menolak mentah-mentah permintaan putrinya itu. Tapi Vanessa tidak akan pernah menyerah, dia berusaha untuk meyakinkan ayahnya.
"Masalahnya Samuel adalah menantu papa. Aku bisa saja memasukkan Samuel di salah satu anak perusahaan. Tapi bagaimana kalau nanti menjadi sorotan wartawan? Masa menantu dari seorang Arthur Mahendra hanya bekerja sebagai karyawan biasa?"
Bagi Tuan Arthur reputasi adalah nomor satu, dan Vanessa tahu akan kelemahan ayahnya itu, sehingga kini Tuan Arthur nampak gelisah setelah mendengar perkataan putrinya itu. "Hhh.... Terserah kamu saja lah. Kamu memang anak yang susah diatur. Tapi dengan satu syarat."
Vanessa mengerutkan keningnya, "Apa syaratnya?"
"Nanti malam akan ada acara penting, Tuan Aldo ingin mengundang banyak pendukungnya untuk hadir memberikan dukungan. Kamu harus hadir. Tuan Aldo sangat mengharapkan kamu bisa hadir dan membantunya menjadi tim sukses. Kamu cukup memberikan banyak pujian terhadap Tuan Aldo di media sosial kamu, karena pengikut kamu sangat banyak."
Vanessa sangat keberatan dengan permintaan ayahnya, "Tapi Pa..."
"Ya sudah, kalau begitu papa tidak akan memperkerjakan suami miskin kamu itu untuk bekerja di perusahaan." Ancam Tuan Arthur.
Vanessa pun terpaksa harus mengiyakan, "Oke, oke. Aku akan datang."
...****************...
"Ternyata kamu sempat kuliah. Tapi kenapa kamu dulu malah memilih bekerja menjadi kuli bangunan?" Tanya Vanessa ketika memeriksa latar belakangnya Diego.
Diego memang pernah kuliah di Amerika. Dia terpaksa harus memalsukan latar belakangnya seolah-olah dia pernah sekolah dan kuliah di Indonesia. "Dulu aku tidak melanjutkannya karena terkendala biaya. Menjadi kuli bangunan adalah pekerjaan yang paling gampang, tidak perlu repot-repot membuat surat lamaran."
Jawaban Diego sedikit masuk akal, karena itulah Vanessa mencoba untuk mempercayai suaminya itu. "Hm, baiklah kalau begitu. Papa sudah menyetujui permintaan aku, sebentar lagi kamu akan bekerja di perusahaan Murphy Group."
"Oke." Jawab Diego dengan tatapan dinginnya.
Vanessa hanya bisa menghela nafas. Apa pria itu sangat sulit sekali untuk mengucapkan terimakasih kepadanya?
Vanessa teringat dengan acara nanti malam yang harus menghadiri acara kamp-anye besar-besaran yang diselenggarakan oleh Tuan Aldo. "Malam ini aku ada acara, mungkin aku akan pulang larut malam."
"Acara apa?" Tanya Diego, penasaran.
"Aku mendapatkan undangan dari Om Aldo untuk hadir di acara kamp-anye nya. Om Aldo memang orangnya sangat baik, hanya saja tadinya aku tidak begitu tertarik ke dalam urusan seperti itu. Tapi terpaksa aku harus datang atas permintaan papa."
Diego nampak terkejut mendengarnya, mungkin karena dia sangat takut nanti malam Vanessa akan mengenalinya. Karena nanti malam Diego akan menjalankan misi pertamanya. "Oh emm... ya sudah."
Sehingga setelah malam hari tiba, terlihat Vanessa yang sedang dalam perjalanan menuju ke aula. Seperti biasanya Vanessa tidak pernah melupakan pistol yang selalu dia bawa di dalam mobilnya, tapi entah mengapa kini dia ingin memindahkan pistolnya tersebut ke dalam tas. Mungkin karena dia merasa acara yang dia hadiri bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dari kubu lawan Tuan Aldo.
Sementara itu, di ruang bawah tanah, Diego sedang memasukkan beberapa peluru ke dalam senapan. Dia sengaja menutup wajahnya dengan masker dan memakai topi hitam, bahkan berpakaian serba hitam, agar Vanessa tidak mengenalinya.