Hidup penuh penderitaan sedari kecil, itu sudah makanan sehari-hari Leticia, gadis imut berumur duapuluh tiga tahun.
Karena hutang kedua orang tua angkatnya, Letisia terpaksa dinikahkan pada seorang Ceo arogan, yang kabarnya seorang playboy kelas kakap.
Damian Jhonson, Ceo yang terkenal arogan sangat membenci pernikahan yang tidak diinginkannya.
Dan, terpaksa menikahi Leticia karena desakan Ibunya untuk segera menikah.
Di karenakan usia Damian yang dikatakan tidak muda lagi, tiga puluh enam tahun.
Damian yang tidak mau terikat dengan pernikahan, berencana akan menjadikan Leticia sebagai pembantu dirumahnya.
Dan membuat perjanjian nikah kontrak pada Leticia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9.
Begitu Damian pergi menyusul Ibunya, Bibi Lina masuk ke ruang tengah.
"Nona ayo berdiri jangan menunduk lagi" Bibi Lina membantu Leticia untuk berdiri.
Leticia bangkit berdiri dibantu oleh Bibi Lina.
"Kening anda terluka Nona!" ujar Bibi Lina meringis melihat lecet di kening Leticia.
"Tidak apa-apa, aku tidak merasa sakit Bi!" kata Leticia dengan tenang, dia memang tidak merasakan sakit, mungkin karena beban pikirannya yang begitu berat, dia merasa kebas dengan rasa sakit.
Bibi Lina membantu Leticia kembali ke paviliun.
"Apakah tidak ada plester? biar Bibi bantu untuk menutup lukanya" kata Bibi Lina.
Leticia membuka laci lemari kecil yang berada di sudut ruang tamu paviliun tersebut.
Leticia mengambil satu kotak kecil dari dalam laci.
Bibi menerima kotak tersebut, lalu membuka nya. Mengambil plester dari dalam, dan kemudian membersihkan lecet Leticia.
Setelah itu menutup luka lecet Leticia dengan plester.
"Istirahat lah Nona, biar Bibi ambil makan siang Nona" kata Bibi Lina.
"Terimakasih Bi"
"Iya Nona"
Bibi Lina pergi untuk mengambil makan siang Leticia.
Leticia membenarkan letak rambutnya, poninya dia turunkan sedikit untuk menutupi keningnya yang diplester.
Tidak lama kemudian Bibi Lina datang membawa makan siang Leticia.
Bibi Lina kemudian meninggalkan Leticia untuk melanjutkan tugas nya.
Cuaca siang ini terlihat agak mendung, mungkin nanti malam akan datang hujan lagi.
Leticia harus menyelesaikan pekerjaannya untuk membersihkan taman lalu membantu Bibi Lina dan Janet membersihkan Mansion.
Jam empat sore mereka selesai bersih-bersih, hari tampak semakin mendung.
Leticia melihat mobil Damian memasuki halaman Mansion.
Leticia cepat-cepat permisi pada Bibi Lina dan Janet untuk pergi lebih dulu ke paviliun.
Leticia tidak ingin bertemu dengan Damian, kalau ada yang diperlukan nanti baru dia akan datang.
Dia tidak ingin terlihat oleh Damian seolah-olah dia menanti kedatangannya.
Damian sudah menulis didalam surat kontrak mereka, bahwa Leticia tidak boleh terlihat saat dia pulang ke rumah.
Kalau diperlukan baru Leticia boleh menunjukkan diri didepan Damian.
Leticia menutup pintu paviliun, angin bertiup sangat kencang, dan hari semakin gelap.
Leticia memastikan jendela paviliun tertutup rapat.
Suara guntur mulai terdengar di langit.
Tidak lama kemudian rintik hujan mulai turun, ternyata hujan datang lebih awal.
Dan tidak lama kemudian hujan pun turun dengan derasnya.
Kalau hujan sampai malam Damian pasti tidak akan memanggilnya untuk melakukan sesuatu.
Leticia tersenyum senang, dia merasa bebas tidak akan masuk ke dalam Mansion.
Sendirian di paviliun ditengah derasnya hujan dan cuaca yang gelap, Leticia tidak merasa takut sedikitpun.
Suara guntur dan kilat yang begitu keras terdengar tidak membuat dia takut juga.
Leticia membersihkan diri dengan bersenandung, menikmati kesendiriannya.
Leticia bernyanyi dengan lantang, suaranya yang teredam oleh hujan membuat dia semakin bersemangat bernyanyi.
Suara Leticia ternyata begitu merdu kalau bernyanyi, dia sangat pandai dalam mengambil nada, tinggi dan rendah dalam lagu yang dinyanyikannya.
Sesekali dia menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan mengikuti irama lagu yang dinyanyikannya.
Leticia mengambil handuknya, mengelap tubuhnya hingga kering.
Melilitkan handuk dibawah ketiaknya, lalu melangkah keluar dari kamar mandinya yang kecil.
Leticia masih terus bersenandung dan kemudian berputar menari mengikuti irama lagu yang dinyanyikannya.
Rambutnya yang panjang tergerai bebas di punggungnya, dan dengan bertelanjang kaki dia menari dengan senangnya.
Dia melenggak lenggok kan pinggulnya, wajahnya terlihat sangat bahagia dibarengi senyuman disudut bibir nya sembari bernyanyi.
Leticia yang masih mengenakan handuk melangkah sambil menari menuju kamarnya, tidak berhenti tetap melenggak lenggokan pinggulnya.
Tiba-tiba dia menjerit kaget, sosok tubuh seseorang yang tinggi besar berdiri diruang tengah Paviliun.
Menatap tajam ke arahnya.
Bersambung.....