Kematian kakak Debora, Riska, sungguh membuat semua keluarga sangat berduka.
Riska, meninggal saat melahirkan anak pertamanya. Tubuhnya yang lemah, membuat dia tidak bisa bertahan.
Karena keadaan, semua keluarga menginginkan Debora, menggantikan
posisi kakaknya yang sudah meninggal, menjadi istri kakak iparnya.
Debora terpaksa menerima pernikahan itu, karena keponakannya yang masih bayi, perlu seorang Ibu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22.
Victor ingat kalau dirinya dan Riska memang di jodohkan oleh ke dua orang tua mereka, tapi selama mereka bertunangan, Victor tidak pernah menyentuh Riska.
Karena mereka dalam tahap pendekatan, Victor belum pernah mencoba untuk memegang tangan Riska, bahkan di saat mereka hanya berdua saja.
Tapi, karena Riska yang begitu lembut, dan selalu berhati-hati dalam berbicara, membuat Victor mulai merubah cara pandangnya kepada Riska.
Mereka hanya lima bulan saja menjalani pendekatan diri, dan selama itu, Riska lah yang selalu sabar menghadapi dirinya.
Riska yang selalu memulai pembicaraan, dan biasanya dia akan menceritakan tentang keadaan dirinya yang bertubuh lemah, tentang adiknya yang sulit di atur, yang mau menang sendiri.
Dan, biasanya Riska akan menangis dengan sedih, menceritakan bagaimana dia begitu tertekan dengan adiknya, yang selalu cemburu padanya, dan memilih untuk hidup sendiri ke kota kecil.
Dari hal-hal cerita seperti itu, Victor mulai merasa bersimpati kepada Riska, mulai mempertimbangkan perasaannya pada Riska.
Walau dia belum merasakan ada keinginan untuk memegang tangan Riska, kalau tunangannya itu sedang bersedih, saat menceritakan isi hatinya kepadanya.
Sampai peristiwa itu terjadi, di malam pesta rekan bisnisnya, dia mabuk berat.
Dia tidak ingat apa yang terjadi saat dia mabuk, yang dia tahu besok paginya, dia terbangun di kamar hotel, dengan tubuh yang polos di sebelah tubuh Riska yang polos juga.
Victor pun bertanggung jawab, setelah sat bulan kemudian, Riska positif hamil.
Dalam hati Victor, dia merasa bersyukur kalau Riska yang datang malam itu, untuk membawanya pulang.
Seandainya wanita lain yang mencoba membantunya, dia tidak tahu apa yang terjadi, itu pasti akan membuat dia menderita seumur hidup, menikahi seorang wanita yang tidak di kenalnya.
Victor kembali memijit pelipisnya, mengingat peristiwa satu tahun lalu, kejadian yang tidak bisa diingatnya, saat dia membawa Riska menginap ke kamar hotel.
Dan, selama dia menikah dengan Riska, perasaan ingin menyentuh Riska pun, belum ada secara alami di rasakan Victor.
Biasanya Riska yang mencoba memulai memegang tangannya, atau mencoba menciumnya.
Perasaan Victor biasa saja, tidak ada keinginan mencoba untuk melakukan lebih lagi, melampiaskan hasrat seorang lelaki terhadap perempuan pada umumnya.
Tapi, Victor menghargai Riska sebagai istrinya, dan tetap merasa bersimpati padanya, karena memiliki tubuh yang lemah.
Victor ingat, selama mereka menikah, Riska sering jatuh sakit, membuat Victor tidak pernah lagi mencoba membiarkan Riska menyentuhnya.
Dia takut tubuh Riska yang lemah, jadi semakin sering jatuh sakit.
Pikiran Victor yang bercabang-cabang, tidak fokus bekerja, dan mendengarkan apa yang di ucapkan kliennya.
Untung saja Asistennya dengan sigap, menyelesaikan pertemuan itu dengan baik.
Dia tahu kalau Bosnya itu sedang tidak fokus, dan sepertinya sedang banyak pikiran.
Victor pulang kantor saat hari sudah malam, dia terlihat tidak semangat, karena pikirannya terus saja memikirkan apa, yang di katakan oleh wanita masa lalunya.
Saat memasuki Mansion, seperti biasa dia tidak di sambut oleh siapapun, hanya kepala Pelayan saja, yang berdiri di dekat pintu Mansion.
Pria tua itu sudah lama bekerja dengan Victor, semenjak dia masih duduk di sekolah menengah, pria tua itu sudah ikut dengan keluarga Stephanus.
Dan Victor secara pribadi, meminta kepada orang tuanya, untuk mempekerjakan pria tua itu di Mansionnya.
Pria tua itu membantu Victor membuka jasnya, dan meraih tas laptopnya.
"Saya sudah mengisi bathtub dengan air hangat, Tuan!" sahut pria tua itu, "Berendamlah sebentar untuk menghilangkan rasa penat anda!"
"Baik!" jawab Victor, lalu melangkah masuk dengan langkah tidak bersemangat, menaiki tangga menuju lantai atas.
Bersambung.....