Karina mengusap airmatanya yang sejak tadi dia tahan tangisan Karina pecah saat mendengar Dipta suami yang dia cintai tidak menginginkan keturunannya lahir dari rahim Karina.
Selama ini Karina dibohongi dengan kata manis Dipta yang menyuruh Karina menunda kehamilannya karena dia masih ingin menikmati kebersamaan dengan Karina.
Kenyataan yang Karina lihat hari ini Dipta suaminya sangat bahagia dengan kehamilan istri keduanya..Hati karina benar benar hancur melihat semua ini.
Dan yang lebih menyakitkan dengan lantangnya Gina istri muda Dipta mengatakan kalau Dipta tidak menginginkan anak yang lahir dari Karina didepan tamu undangan yang hadir.
Akankah Karina sanggup melanjutkan pernikahan yang sudah ternoda ini?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mande Qita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 Menanti Kelahiran
Dipta yang saat ini sedang berada dirumah sakit menunggu kelahiran anaknya dengan rasa was was yang menggelayuti pikirannya. Dia sangat gelisah saat ini menunggu kelahiran anaknya, Dipta berharap sekali kalau anaknya seorang laki laki yang bisa meneruskan keturunan keluarga Darmawan. Dipta dan Gina sengaja tidak mengetahui jenis kelamin anak mereka.
***
Kediaman Darmawan
Pagi tadi sebelum berangkat ke kantor Dipta dikejutkan dengan teriakan Gina dari dalam kamar mandi. “aaaakkhhh mas Dipta” Teriak Gina kenceng sekali sambil menahan sakit diperutnya Gina berusaha berjalan kepintu kamar mandi.
Dipta yang mendengar teriakan Gina langsung berlari kearah kamar mandi, setelah dibuka dia melihat istrinya sedang meringis menahan sakit diperutnya, tangannya mengelus elus perutnya yang besar.
“sayang kamu kenapa, mana yang sakit “tanya Dipta panik apalagi dia melihat ada cairan yang keluar dari kedua belah kaki istrinya tersebut.
“Mas sepertinya aku mau melahirkan kita kerumah sakit “Gina meminta pada Dipta untuk segera dibawa kerumah sakit, Dipta langsung mengangkat tubuh istrinya membawa ke luar kamar sambil berteriak “mah Gina mau melahirkan tolong dibawa tas yang ada dikamar” teriak Dipta mengagetkan orang orang yang sedang sarapan pagi.
Dengan tergopoh gopoh Nyonya laras pergi mengambil tas bayi yang sudah disiapkan, sedangkan Tuan Darmawan langsung memanggil supir untuk mengantarkan Gina kerumah sakit. Keadaan benar benar kacau saat itu, dengan berbagai drama sebelum berangkat kerumah sakit akhirnya sekarang Gina dan Dipta sudah menuju rumah sakit, ditengah perjalanan Gina terus menangis karena rasa sakit yang di rasakan.
“Mas sakit, aku nggak kuat” ucap Gina lemah sambil meringis menahan sakit. “sabar sayang, sebentar lagi sampai kamu harus kuat demi anak kita” Dipta menggenggam jemari istrinya itu dan mencium kening nya memberikan ketenangan pada Gina yang saat ini sedang kesakitan.
Tanpa ada halangan kemacetan mereka pun telah sampai dirumah sakit dan segera mendapatkan pertolongan dari dokter kandungan yang menangani semasa kehamilan Gina.
Gina sudah masuk kedalam ruang persalinan, dokter Tari sudah mengecek pembukaan jalan lahir masih belum sempurna masih menunggu untuk melakukan persalinan.
“masih pembukaan 7 Tuan Dipta, ditunggu sedikit lagi baru kita akan melakukan persalinan” jelas dokter Tari pada Dipta, dokter Tari yang saat ini menangani Gina untuk melahirkan.
Dokter Tari keluar dari ruangan rawat yang ditempati Gina saat ini, Gina masih meringis menahan sakit di seluruh tubuhnya. Dipta mengelus elus punggung Gina yang saat ini sangat gelisah. Rasa sakit menjalar dipunggung sampai pinggangnya.
“Mas Dipta, aku sudah nggak kuat sakit sekali” rintih Gina sambil memegang tangan dan meremas telapak tangan suaminya. Dipta terlihat panik melihat kesakitan istrinya itu.
“kamu pasti kuat sayang, sebentar lagi anak kita akan lahir ke dunia ini bertemu dengan kita” Dipta mencoba memberikan semangat pada Gina yang saat ini menangis karena sakit yang dirasakannya.
Dipta tidak tega melihat istrinya yang saat ini sedang bertarung nyawa melahirkan anaknya. Tiba tiba pikiran Dipta ingat Karina yang saat ini juga sedang hamil anaknya, Dipta tidak bisa membayangkan bagaimana nanti anaknya lahir tanpa kehadirannya menemani Karina melahirkan.
“maaas sakit, sakit sekali mas “ teriak Gina yang saat ini perutnya terasa diremas remas, dia benar benar sudah tidak kuat. Melihat kesakitan yang Karina alami Dipta memanggil suster jaga yang ada diruangan itu.
“suster kalau masih lama pembukaannya, saya minta operasi saja, istri saya sudah sangat kesakitan”tegas Dipta pada suster itu. Suster jaga itu langsung berjalan kearah Gina dan melihat keadaan pasien yang sangat kesakitan.
“sebentar pak saya panggil dokter Tari dulu” tidak berapa lama dokter Tari pun sampai diruangan tersebut dan segera memeriksa Gina.
“oke sudah sempurna pembukaannya, suster tolong disiapkan semuanya kita akan melakukan persalinan sekarang” perintah dokter Tari pada suster yang akan membantunya dalam persalinan ini
Setelah semua disiapkan untuk persalinannya dokter Tari memberi aba aba pada Gina untuk mengikuti instruksinya. Dipta berada disebelah istrinya untuk memberikan semangat.
“ayo nona Gina semangat ya ikuti perintah saya, Ayo nona Gina sedikit lagi ini sudah kelihatan kepalanya”. Dokter Tari terus memberikan instruksi. Setelah sekian lama bertarung melawan rasa sakit melahirkan anaknya Gina kelihatan sangat lemas sekali tenaganya benar benar sudah habis, Gina menjatuhkan kepalanya dibantal sambil menangis.
“Ayo sayang…anak kita sudah mau lahir, kamu bisa sayang ”. Dipta mencium kening istrinya memberikan semangat. Gina mencoba lagi, dokter Tari yang dengan sabar memberikan instruksi untuk Gina.
“aakkkhhhh ….aaaahkkkh …” teriak Gina panjang diiringi tangis bayi yang terdengar sangat kencang seolah memberitahukan pada dunia kalau dia sudah lahir. Gina langsung terkulai lemas dipangkuan suaminya dengan nafas tersengal sengal, Dipta mencium lembut istrinya yang telah berjuang melahirkan anaknya.
“terima kasih sayang, kamu hebat” Dipta memberikan ciuman dikedua pipi Gina sambil menitikkan air mata haru, Dipta sangat bahagia karena dia sudah menjadi seorang ayah saat ini. Dipta menghapus air mata bahagianya dan sekali lagi mencium tangan istrinya.
Gina hanya bisa tersenyum menerima ucapan dari suaminya itu. Bayi mereka sudah dibawa oleh suster untuk dibersihkan, Dokter Tari sekarang sedang melalukan tindakan pasca melahirkan kepada Gina, setelah selesai dengan Gina dokter Tari memanggil Dipta untuk berbicara berdua.
“selamat Tuan Dipta anak anda sudah lahir berjenis kelamin Perempuan, anaknya sehat tapi…” dokter tari menggantung ucapannya mencoba melihat reaksi Dipta, dan benar saja Dipta seketika berubah cemas rasa takut melanda hatinya.
“ada apa dengan putri saya dokter Tari?” tanya Dipta penasaran, tadi saat anaknya lahir dia melihat dokter Tari menghela nafas panjang sambil menatap iba pada bayi yang dipegangnya.
“sebelumnya saya minta maaf kalau berita ini akan membuat anda bersedih, puteri anda mengalami kelumpuhan pada kakinya, karena sewaktu dalam kandungan ibunya terlalu banyak minum minuman yang beralkohol jadi merusak jaringan pada kaki putri anda” Jelas dokter Tari sambil menatap iba pada Dipta yang saat ini langsung jatuh bersimpuh dan menangis.
Kata kata dokter Tari Bagai petir disiang bolong yang menghancurkan hatinya, kebahagiaan yang baru dia rasakan lenyap seketika diganti kesedihan yang dia rasakan. Dia tidak bisa membayangkan kehidupan putrinya nanti yang tidak bisa berjalan, dia akan hidup diranjang seumur hidup nya.
‘malangnya nasib mu nak, papa tidak sanggup membayangkan kehidupanmu dimasa depan’ gumam Dipta dalam hatinya.
Sementara diluar ruang persalinan Gina, saat ini keluarga mereka menanti kelahiran anaknya Gina, mama Gina dan Nyonya Laras sangat khawatir karena Dipta belum juga keluar dari ruangan persalinan sedangkan tadi mereka sudah mendengar suara tangisan cucu mereka yang telah lahir.
Mereka semua yang ada disana bertanya tanya apa yang sedang terjadi didalam ruangan itu. keluarga mereka berharap tidak terjadi apa apa dengan Gina dan bayinya.