Rey Clifford, tuan muda yang terusir dari keluarganya terpaksa menjadi gelandangan hingga dipungut dan direkrut kedalam pasukan tentara. Siapa sangka bahwa di ketentaraan, nasibnya berubah drastis. dari yang tidak pandai menggunakan senjata, sampai menjadi dewa perang bintang lima termuda di negaranya. setelah peperangan usai, dia kembali dari perbatasan dan di sinilah kisahnya bermula.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Ryden ke kantor Sky provider
...Bab 25...
Kota Utara - Erosia
Satu unit mobil Rolls-Royce phantom dengan dikawal oleh empat mobil Mercedes bergerak dari bandara Utara menuju ke pusat kota Utara.
Di sepanjang perjalanan, gaya kelima mobil mewah tersebut sangat ugal-ugalan seolah-olah jalan raya di kota Utara ini adalah milik bapak moyang mereka. Bahkan, ketika polisi yang hendak bertindak pun terpaksa menghentikan niatnya saat melihat logo pada plat mobil. Jelas nomor dan logo tersebut adalah milik salah satu dari empat keluarga besar dan terkaya di negara ini. Yaitu, keluarga Clifford. Tidak perduli apakah itu lampu merah, lampu hijau, lampu kuning ataupun lampu petromax, semuanya dilanggar oleh rombongan itu. Tujuan mereka sepertinya tidak lain adalah kantor besar Sky provider.
Sepanjang perjalanan, tidak sedikit para pengendara yang mengumpat atas kelakuan mereka di jalan. Tapi umpatan hanya sebatas umpatan saja. Tidak ada yang mendengar. Karena mereka hanya berani mengumpat dibelakang.
Beberapa menit berselang, rombongan mobil mewah tersebut akhirnya sampai juga di depan bangunan perkantoran yang dikembangkan oleh perusahaan Sky provider.
Beberapa pengawal berjas hitam keluar dari mobil masing-masing, kemudian mengelilingi mobil Rolls-Royce tadi seakan-akan sedang membuat formasi pengawalan.
Tak lama kemudian, pintu mobil dibuka dan dari dalam turun lah seorang lelaki paruh baya berwajah licik, dengan mata tajam dan bibir selalu menyunggingkan senyum yang membosankan. Kemudian, lelaki tadi pun membukakan pintu penumpang pada mobil Rolls-Royce dan dari dalam keluarlah seorang pemuda dengan wajah terangkat dengan sikap angkuh yang melebihi takaran.
Sepintas jika diperhatikan, pemuda yang baru keluar dari mobil tadi sangat mirip dengan Rey. Terlebih lagi jika dilihat dari samping, perawakannya benar-benar mirip sekali. Dia lah Ryden, sepupu Rey dari Paman ketiganya. Karena Rey memiliki tiga sepupu. Yang tertua adalah Hyden Clifford, kemudian Rey Clifford, setelah itu, Jyden Clifford dan yang terakhir adalah Ryden Clifford. Rey sendiri adalah putra satu-satunya dari Syden. Sedangkan Hyden dan Jyden adalah putra dari Hendrix Clifford. Sementara itu, Ryden adalah putra dari Roland Clifford, anak bungsu dari tuan besar Clifford.
Karena Syden meninggal, disusul dengan Tuan besar Clifford juga meninggal, akhirnya Hendrix Clifford pun memutuskan untuk mengusir Rey dari kediaman Keluarga Clifford demi memuluskan agar putranya Hyden kelak bisa mewarisi keluarga tanpa disaingi oleh Rey.
Rey sendiri, yang masih berada di pesawat tentu tidak mengetahui bahwasanya, kantor besar Sky provider, perusahaan yang dia miliki sedang kedatangan tamu yang tidak pernah dia undang.
Dengan lagak angkuh, Ryden yang dikawal oleh bodyguard sebanyak delapan orang pun melangkahkan kakinya memasuki gedung kantor Sky provider.
Ketika tiba di depan resepsionis, sang gadis resepsionis tersebut segera menanyakan siapa dan apa tujuan kedatangan orang yang tidak dia kenal tersebut ke kantor Sky provider. Namun, alangkah terkejutnya sang Resepsionis karena, bukannya mendapat jawaban, malah Ryden dengan angkuh memerintahkan kepada Resepsionis agar Tuan Marlon segera turun untuk menemuinya.
"Maaf Tuan. Akhir-akhir ini Tuan Marlon sangat sibuk. Jika anda sudah membuat temu janji sebelumnya, silahkan katakan nama anda, dan saya akan mengecek di komputer saya apakah anda ada membuat janji sebelumnya," kata gadis resepsionis tadi berusaha untuk profesional walaupun dalam hatinya sudah gundah oleh kesombongan Ryden tadi.
Plak!
Sebagai jawaban, sebuah telapak tangan mendarat di pipi gadis resepsionis tadi dengan menimbulkan suara garing.
"Kau tidak bisa mengerti bahasa manusia ya? Aku memerintahkan kepadamu untuk memanggil Marlon! Katakan bahwa dia hanya punya lima menit. Jika tidak, aku akan menghancurkan ruangan ini!" Bentak Ryden dengan kesal.
Melihat dari cara tamu yang tidak sopan, bahkan ucapannya juga sangat kasar, resepsionis tadi yang selama bekerja di Perusahaan ini tidak pernah mendapat perlakuan buruk akhirnya menjadi berang juga. Terlebih lagi tamu ini dengan tidak sopan menyebut nama Marlon saja tanpa embel-embel Tuan ataupun Presiden Marlon. Benar-benar mengerikan sekali keberaniannya. Ini karena, tidak ada satu orang pun di kota Utara ini yang tidak menghormati Tuan Marlon.
Sambil memegangi pipinya yang terasa panas bercampur perih, dengan mata berair sang Resepsionis tadi pun kembali berkata. "tuan, anda benar-benar tidak sopan. Anda datang ke kantor kami untuk meminta bertemu dengan presiden tanpa pernah membuat janji. Kemudian anda menampar dan mengancam saya. Apakah anda mengira bahwa kantor besar Sky provider ini bisa sembarang dimasuki oleh orang-orang kasar seperti anda?" Tegur sang Resepsionis.
"Bethebah! Heh gadis kampung, kau tidak tau dengan siapa kau bicara? Demi kebaikanmu sendiri, sebaiknya jangan degil! Ikuti saja apa yang diperintahkan kepadamu. Atau, kau ingin bertemu dengan Sang Pencipta lebih cepat?" Kali ini Jacob yang mulai tak sabaran. Dia dengan mata tajamnya menatap resepsionis seolah-olah ingin menelan gadis itu bulat-bulat.
"Dengan berat hati saya mengatakan, bahwa orang yang bisa bertemu dengan presiden adalah orang yang sebelumnya sudah membuat janji. Jika tidak, maka tidak ada cara bagi anda untuk bertemu dengan presiden. Maka dari itu, saya persilahkan anda untuk keluar dari kantor dan silahkan buat janji. Tuan Presiden tidak punya waktu untuk bertemu dengan orang kasar seperti anda ini. Datang tanpa diundang, lalu berbuat sesuka hati,"
"Kau..," Ryden segera menunjuk ke wajah resepsionis tadi dengan sorot mata penuh ancaman. "Aku sarankan agar kau tidak menguji batas kesabaran ku terlalu jauh. Jika tidak, kau tidak akan sanggup menanggung resiko dari kemarahan ku!"
Gadis resepsionis itu hanya bisa tersenyum terpaksa mendengar ancaman dari Ryden. Dia hanya menjalankan tugasnya sebagai resepsionis. Lagipula, apa susahnya mengikuti peraturan. Mengapa harus main kasar.
"Saya dengan sangat, memohon maaf kepada anda Tuan. Jika anda tetap berkeras, saya hanya bisa memanggil para penjaga keamanan," jawab gadis resepsionis berbumbu ancaman.
"Hahaha..," Ryden tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman dari gadis itu. Kapan dia pernah diancam seperti ini. Sebagai salah satu dari Tuan muda di keluarga Clifford, hanya dengan jentikan jari nya saja, akan ramai orang yang dengan suka rela menjilat kepadanya. Tapi inilah kota Utara. Kota kelas dua di negara Erosia ini. Tidak sebanding dengan kota Altra. Tapi mengapa orang-orang di kota ini sangat sombong dan bodoh? Setidaknya seperti itu lah yang ada dalam pikiran Ryden.
"Kau mau memanggil petugas keamanan? Maka panggil lah!" Kata Ryden sembari menjambak rambut gadis tadi, kemudian dengan hentakan keras, dia membanting kening gadis itu hingga membentur meja kerjanya.
Seketika gadis tadi meraung menangis karena kepalanya sudah mengeluarkan darah.
Suara raungan dari gadis resepsionis itu akhirnya menarik perhatian beberapa staf dan langsung bergegas menghampiri. Bahkan, ada diantara mereka yang segera memanggil petugas keamanan.
Tak berselang lama, lebih dari selusin satpam bergegas berlari menuju ke bagian penerimaan tamu, dan langsung membuat formasi mengelilingi Ryden dan anak buahnya.
Ramon, salah satu dari petugas keamanan segera maju dan bertanya apa sebenarnya yang terjadi.
Setelah mendapatkan jawaban singkat dari Resepsionis, dia pun segera memberi aba-aba kepada teman-teman yang seprofesi dengannya untuk segera mengusir pendatang yang membuat onar tersebut.
Seketika perkelahian pun pecah antara delapan orang anak buah yang dibawa oleh Ryden dan selusin satpam.
Perkelahian jelas tidak bisa dihindari. Walaupun menang jumlah, akan tetapi justru para satpam dibuat babak-belur oleh anak buah Ryden. Ini menandakan bahwa anak buah yang dibawanya bukan sembarangan orang. Terbukti dari cara mereka berkelahi secara kelompok, mereka tampak sangat berpengalaman.
Hanya dalam waktu singkat, para petugas keamanan Sky provider sudah tergeletak di lantai dengan masing-masing anggota tubuh mereka keseleo, ada yang patah tangan, ada yang memar pada wajah, gigi copot dan bibir jontor. Beberapa bahkan tergeletak di genangan darah mereka sendiri.
Ramon, yang sedikit lebih tangguh tampak dikeroyok oleh tiga orang pengawal Ryden. Sudah tidak terhitung berapa jumlah tendangan dan tinjuan yang dia terima. Tapi, karena mengingat bahwa dia dan Rey bersahabat, (setidaknya itulah yang dia pikirkan. Entah Rey menganggap dirinya sahabat atau bukan, bodo amat) maka dia harus mempertahankan kemanan di kantor ini walaupun harus babak belur.
Bugh...!
"Aduh Mak. Pecah ginjal ku," kata Ramon sambil terus terhuyung ke dinding akibat tendangan dari lawannya. Sekuat tenaga dia memposisikan tubuhnya agar tetap tegak agar mudah menghindar jika ada serangan susulan. Tapi apa daya, lawannya sangat kuat. Andai satu lawan satu pun dia belum tentu bisa menang. Apa lagi satu lawan tiga. Sejenak dia berubah jadi karung tinju oleh lawannya.
Tepat ketika dia jatuh dan lawan akan mengirimkan serangan terakhir untuk mengakhiri perlawanannya, tiba-tiba terdengar satu suara bentakan menggelegar yang membuat dirinya selamat dari serangan maut tadi.
"Hentikan!"