Pernikahan yang sudah didepan mata harus batal sepihak karena calon suaminya ternyata sudah menghamili wanita lain, yang merupakan adiknya sendiri, Fauzana harus hidup dalam kesedihan setelah pengkhianatan Erik.
Berharap dukungan keluarga, Fauzana seolah tidak dipedulikan, semua hanya memperdulikan adiknya yang sudah merusak pesta pernikahannya, Apakah yang akan Fauzana lakukan setelah kejadian ini?
Akankah dia bisa kuat menerima takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Tiga
Pagi harinya Chelsea kembali berulah. Dia tak mau mandi dan makan. Hal itu membuat Rakha dan mamanya kewalahan. Begitu juga dengan Pak Sandi.
"Aku mau mami ...," teriak Chelsea di pagi buta. Dia mencari keberadaan Ana di setiap sudut rumahnya. Ketika tak menemui keberadaan gadis itu, dia mengamuk dan berteriak.
"Itu bukan mami kamu, Chelsea!" ucap Rakha dengan suara tak kalah kerasnya. Habis sudah kesabarannya.
"Mami kamu sudah pergi jauh, tak pernah ingat kamu!" seru Rakha lagi.
Ucapan Rakha membuat Bapak dan Ibu Sandi marah. Dia menasehati putranya.
"Cukup Rakha! Mana Chelsea mengerti dengan ucapanmu itu. Dia pasti akan menjadi sedih karena berpikir maminya tak ingat dia," ucap Mamanya Rakha.
"Memang kenyataan jika maminya tak pernah menginginkan dia. Dan tak pernah ingat anaknya sekalipun. Tak ada keinginan untuk bertemu," balas Rakha.
"Bukan begitu caranya mengatakan pada anakmu. Dia begitu sejak di ledek temannya jika dia tak punya mami," ucap Pak Sandi.
Pak Sandi lalu mencoba mendekati cucu kesayangannya. Berjongkok dihadapan bocah itu. Sebulan belakangan ini Chelsea sering mengamuk minta dipertemukan dengan sang mami. Di sekolah dia terus di ejek teman-temannya karena tak pernah di antar sang mami.
"Sayang Opa, kamu mau apa, Nak? Tak boleh nangis. Katanya Chelsea sudah gede," ucap Pak Sandi dengan suara pelan mencoba merayu.
"Aku mau mami, Opa. Mana mamiku kemarin?" tanya Chelsea di sela tangisnya.
"Mami Chelsea sudah pergi kerja. Sekarang cucu Opa harus mandi, ke sekolah, nanti setelah pulang sekolah mami pasti pulang," ucap Pak Sandi masih mencoba merayu.
"Aku mau ketemu mami, Opa," ucap Chelsea makin terisak.
"Kalau Opa bisa bawa Chelsea ketemu Mami, apa nanti mau ke sekolah?" tanya Pak Sandi.
"Mau, Opa. Aku mau ke sekolah di antar Mami," jawab Chelsea.
"Sekarang kamu mandi, dan sarapan. Setelah itu kita ke kantor Mami," balas Pak Sandi.
Chelsea langsung berdiri dan memeluk leher Pak Sandi dengan kedua tangannya. Dia tersenyum semringah.
"Betulkah, Opa. Aku bisa bertemu mami?" tanya Chelsea untuk menyakinkan.
"Betul, Sayang. Sekarang mandi dulu dengan Bi Imah, Opa tunggu di meja makan. Segera!"
"Siap, Opa!" ucap Chelsea.
Bocah cilik itu lalu berlari ke arah Bi Imah dan minta di mandikan. Dia tampak riang sekali.
Sehabis mandi dan berpakaian dengan berlari kecil Chelsea menuju meja makan. Dengan bantuan Bi Imah, dia duduk dan langsung minta sarapan.
"Sarapanku mana, Bi?" tanya Chelsea.
Pertanyaan Chelsea membuat semua yang berada di meja makan terkejut. Tidak biasanya bocah itu minta sarapan, yang ada dia tak mau sarapan.
Dengan lahap chelsea menghabiskan sepiring nasi goreng yang menjadi menu sarapan pagi ini. Nasi goreng seafood dan dilengkapi telur dadar..
Ibu Sandi melihat itu dengan tersenyum. Cucunya sering sakit karena susahnya makan dan lagi ini merupakan pemandangan langka, karena dia mau sarapan dan menghabiskan sepiring nasi tanpa sisa.
"Opa, aku mau ketemu mami," ucap Chelsea setelah menghabiskan sepiring nasi.
"Setelah Opa sarapan kita pergi ke kantor Mami," jawab Pak Sandi.
Rakha yang mendengar ucapan dan janji papanya merasa itu tak perlu. Dia lalu mengutarakan pendapatnya.
"Pa, aku rasa tak perlu. Biar saja Chelsea menangis. Jika Papa bawa ke kantor, takut akan menggangu kerjanya Ana. Kemarin saja dia tak mau lepas dari pelukan gadis itu. Kasihan Ana, harus bekerja sambil menjaga Chelsea," ucap Rakha.
Chelsea sambil minum susu mendengar pendapat papinya. Sepertinya dia bisa mengerti dan mencerna sedikit ucapan sang papi. Wajahnya langsung berubah sedih. Dia lalu turun dari kursi dan mendekati Pak Sandi.
"Opa, aku mau ketemu mami. Opa sudah janji," ucap Chelsea sambil menarik tangan Pak Sandi agar berdiri.
Bu Sandi yang tadi bahagia karena sang cucu menghabiskan sarapannya menjadi ikut sedih. Bocah itu begitu merindukan sosok ibunya.
"Mama setuju dengan pendapat Papa. Biar saja dia bertemu Ana," balas Mamanya Rakha.
"Ma, aku tak mau Ana jadi merasa risih dan tak nyaman. Dia masih gadis, tapi harus menjaga anak orang," ucap Rakha.
"Mama lihat kemarin, Ana tak merasa terganggu. Kenapa kamu yang merasa tak enak hati. Apa kamu takut Ana menjadi risih dan menolak kamu?" tanya Mamanya Rakha.
"Kenapa jadi aku yang di salahkan?" tanya Rakha.
"Kalau begitu, biar saja dia bertemu dengan Ana. Mungkin itu dapat mengurangi rasa rindunya pada sosok seorang ibu. Biar mama yang menjaganya juga, biar pekerjaan Ana tak terganggu," jawab Mamanya Rakha.
Papanya juga berpendapat sama, kali ini membiarkan sang cucu bertemu dengan Ana. Setelah sarapan, Mamanya Rakha, ikut pria itu ke perusahaan mereka.
"Oma nggak bohong'kan? Aku akan bertemu mami?" tanya Chelsea. Tampaknya bocah itu sedikit ragu dengan ucapan neneknya itu.
"Iya, Sayang. Kita akan bertemu mami," jawab Mama Rakha.
"Kenapa kita ke kantor papi?" tanya Chelsea lagi. Dia ingat jalan menuju ke kantor papanya karena kadang dia di antar Kevin setelah Rakha jika supir keluarga ada keperluan.
"Mami bekerja di kantor Papi," jawab Mama Rakha.
"Apa ...? Benar, Oma. Kenapa Papi tak pernah ngomong? Papi jahat!" seru Chelsea.
Bocah cilik itu tampak cemberut, sepertinya tak terima. Rakha hanya diam tak menjawabnya.
Sampai di kantor, bocah itu langsung keluar dari mobil. Dia sepertinya sudah tak sabar bertemu dengan Ana.
Rakha tampak agak keberatan, dia sempat meminta mamanya kembali saja. Tapi mama keukeh ingin bertemu dengan Ana biar cucunya senang.
Mereka bertiga naik lift menuju lantai atas. Semua karyawan yang kebetulan berpapasan, memberikan salam dengan menundukkan kepala mereka sedikit.
Sampai di lantai lima, mereka bertiga keluar dari lift. Ruang Rakha juga berada di lantai yang sama.
Bocah itu berlari sambil melirik kiri kanan mencari keberadaan Ana. Dia tak peduli suara Omanya yang meminta agar dia jangan berlari. Dari kejauhan Chelsea melihat keberadaan gadis itu. Senyumnya jadi semringah. Dengan berteriak dia memanggil Ana.
"Mami Ana ...," teriak Chelsea, hal itu membuat dia menjadi pusat perhatian.
Mamanya Rakha dan pria itu tampak tersenyum simpul melihat kelakuan bocah itu. Ana dan Meyda saling pandang setelah melihat siapa yang memanggil namanya dengan kata mami.
**
Sambil menunggu novel ini update bisa mampir ke novel teman mama di bawah ini.
.