Dendam petaka Letnan Hanggar beberapa tahun lalu masih melekat kuat di hatinya hingga begitu mendarah daging. Usahanya masuk ke dalam sebuah keluarga yang di yakini sebagai pembunuh keluarganya sudah membawa hasil. Membuat gadis lugu dalam satu-satunya putri seorang Panglima agar bisa jatuh cinta padanya bukanlah hal yang sulit. Setelah mereka bersama, siksaan demi siksaan terus di lakukan namun ia tidak menyadari akan perasaannya sendiri.
Rahasia pun terbongkar oleh kakak tertua hingga 'perpisahan' terjadi dan persahabatan mereka pecah. Tak hanya itu, disisi lain, Letnan Arpuraka pun terseret masuk dalam kehidupan mereka. kisah pelik dan melekat erat dalam kehidupannya. Dimana dirinya harus tabah kehilangan tambatan hati hingga kembali hidup dalam dunia baru.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya???
Penuh KONFLIK. Harap SKIP bagi yang tidak biasa dengan konflik tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Ribut salah paham.
"Simpan uangnya..!!" Perintah Bang Hanggar seperti biasanya saat di awal bulan itu memberi beberapa juta rupiah pada seorang gadis untuk membayar kuliah. "Tidak usah kerja, Abang masih kuat untuk menuruti apa yang kamu inginkan..!!"
"Dhiva hanya mencari kesibukan saja, Bang. Dhiva bosan. Jangan larang Dhiva kalau Abang tidak pernah ada untuk Dhiva." Jawab Dhiva dengan wajah lesu.
"Kamu kenapa?? Sakit??" Bang Hanggar menyentuh kening adik perempuan yang selama ini ia simpan identitasnya.
Dhiva menepis tangan Abangnya. Memang mereka nampak tidak akur tapi jelas saja keterikatan di antara mereka sangat dekat satu sama lain.
"Abang mati-matian bekerja demi kamu juga, agar kamu bisa sekolah tinggi, agar kita tidak lagi di remehkan orang." Kata Bang Hanggar.
"Dhiva mau tau wajah kakak ipar Dhiva..!! Kakak ipar yang tidak tau salahnya dimana tapi harus menanggung dendam kesumat Abang karena telah membuat kita yatim piatu. Mana fotonya..!!" Pinta Dhiva.
"Kamu tidak perlu ikut campur dalam urusan rumah tangga Abang. Kamu hanya perlu fokus kuliah dan lulus dengan baik..!!!!" Bentak Bang Hanggar.
"Baiklah kalau itu mau Abang. Ini hanya pesan dari gadis kecil Abang... Ingatlah bahwa Dhiva adalah adik perempuan Abang satu-satunya." Kata Dhiva.
"Kau tidak usah mengingatkan ataupun mengancam Abang. Tanpa kau ingatkan, Abang sudah tau posisi dan kewajiban Abang sebagai kakak laki-lakimu..!!" Ucap tegas Bang Hanggar kemudian meninggalkan Dhiva.
"Dhiva mau pacaran sama tentara." Kata Dhiva.
"Tentara mana yang berani mendekati mu??? Biar Abang gantung dia di sumur..!!" Bang Hanggar pun berlalu seakan tidak peduli lagi.
"Gantung saja, belum tentu juga Abang kenal." Gumam Dhiva.
Setelah Bang Hanggar pergi, Dhiva memercing kesakitan. Ia terus mengingat paras wajah pria yang begitu ingin di tepisnya. Sungguh ia sangat takut Bang Hanggar akan melukai kekasihnya.
Jauh di sudut sana, Arlian melihat suaminya keluar dari sebuah kontrakan yang jelas ia paham siapa pemiliknya. Tetes air matanya pun deras menetes.
//
Bang Axcel benar-benar frustasi, sudah beberapa waktu lamanya namun informasi tentang iparnya itu begitu sulit untuk di dapatkan.
Saat masih bergelut dengan segala beban pikirannya, Bang Raka mengagetkannya. "Allah Ya Rabb, lihat hasil yang sudah aku kumpulkan..!!"
"Ada apa?" Bang Axcel pun menghampiri sahabatnya.
Bang Axcel membuka matanya lebar-lebar dan membaca segala hasil penelitian Bang Raka.
"Hanggar putra dari almarhum Tito Sumarto, tertuduh penyelundup senjata api di perbatasan??????" Sungguh degub jantung Bang Axcel rasanya berlarian. "Jadi.. itu berarti dia masuk sebagai ajudan Papa dan menikahi Lian..... Hanya karena balas dendam??????"
"Bisa jadi." Jawab Bang Raka.
"Apakah adik ku dalam bahaya sekarang????" Bang Axcel begitu panik sampai meraup wajahnya dengan kasar.
"Kau jangan langsung berpikir negatif, kita sudah mengenal Hanggar sejak lama, apakah benar masih ada rahasia yang dia sembunyikan dari kita??" Kata Bang Raka.
"Kita tidak pernah tau isi hati manusia. Bagaimana kalau selama ini Hanggar ingin membalas perbuatan ayahku dari kesalah pahaman nya melalui adik ku?????" Ujar Bang Axcel tiba-tiba saja begitu cemas. Nalurinya menebak ada yang tidak beres dalam pernikahan Hanggar dan Arlian.
"Apa kita harus menggerebek nya sekarang???" Tanya Bang Raka.
"Lalu bagaimana lagi??? Apa kamu mau adik ku mati sia-sia??????"
"Adikmu tidak akan mati sia-sia. Adikmu itu....... Aahh sudahlah..!!" Bang Raka menahan diri untuk tidak membuka rahasia masa lalu di antara mereka berdua.
"Ada apa?" Kening Bang Axcel penuh selidik.
Bang Raka tak menjawabnya dan memilih meninggalkan ruang kerja Bang Axcel, terus terang dulu dirinya menganggap Arlian begitu manja namun siapa sangka kini dirinya bagai mendapatkan karma karena mendapatkan pelipur lara 'yang serupa' seperti Arlian. Ia akui perpisahan mereka juga karena kesalahannya sendiri.
...
Sore sudah nyaris membenamkan matahari. Bang Raka sedang menunggu Dhiva untuk pulang dari kampus tapi saat itu bukan Dhiva yang di lihatnya tapi Arlian yang sedang muntah di sisi gedung.
Melihat hal itu, refleks Bang Raka turun dari mobil dan membantu Arlian.
"Kamu masuk angin???"
Arlian menggeleng kemudian kembali muntah karena merasakan perutnya bergejolak dan penuh.
Di saat yang sama, Bang Hanggar tiba. Seketika perasaannya begitu nyeri dan panas mendidih melihat perhatian Bang Raka untuk Arlian.
"Sejak kapan kalian saling kenal????? Beraninya Arlian bermain api di belakang punggungku..!!!" Ucapnya geram.
...
Sesampainya di rumah, Arlian langsung berlari menuju toilet. Bang Hanggar yang tidak menjemputnya membuatnya agak kerepotan juga.
"Buatkan Abang kopi..!!" Pinta Bang Hanggar sembari merokok di ruang tamu. Asap pun sudah memenuhi seisi ruangan.
"Hhhkkkkk..!!"
Bang Hanggar seakan tak peduli, ia terus menghembuskan asap rokok. Amarahnya terasa mendidihkan puncak kepala.
"Abaang.. Lian lemas sekali." Kata Lian sembari berpegangan pada dinding.
"Saya sakit kepala. Jangan pura-pura..!! Apa hanya Raka saja yang akan kamu perhatikan dan kamu peluk mesra??" Ucapnya penuh seringai geram.
Arlian cukup kaget mendengarnya. Tapi rasa mualnya terus mengaduk seluruh isi perutnya. "Lian.. nggak kuat berdiri, Bang." Baru saja selesai bicara, Lian sudah terhuyung menimpa dada bidang Bang Hanggar.
Kedua bola mata Bang Hanggar basah berkaca-kaca. "Kenapa kamu mempermainkan perasaan saya???? Apa yang sudah kamu lakukan bersama Raka?????? Apa kamu berani membuka paha di hadapannya????"
plaaakk..
Sekuat-kuatnya Arlian menampar pipi Bang Hanggar.
Amarah Bang Hanggar semakin menjadi. Ia mengeratkan jemarinya mencengkeram kuat leher Arlian.
"Abang tidak pernah mencintaiku, lantas kenapa Abang semarah ini????" Teriak Arlian dengan suara tercekat.
Seolah tidak tahan dengan perasaannya, Bang Hanggar menyeret Arlian ke dalam kamar lalu 'membantingnya'.
"Kamu sudah menantang saya, Lian. Sekarang kamu rasakan hasil kelakuanmu bermain di belakang punggung saya..!!" Bang Hanggar menarik ikat pinggangnya lalu menghentak benda tersebut, agaknya suara nyaring tersebut cukup membuat Arlian syok.
//
"Demi Allah, Abang tidak ada hubungan apapun dengan Lian. Tadi Lian benar-benar mual. Abang hanya membantunya, tidak lebih..!!"
"Bohong.. Dhiva lihat Abang memeluknya..!! Dhiva benci Abang..!!" Pekik Dhiva tak karuan. Dhiva menangis kencang terus memukuli Bang Raka.
"Sumpah, dek. Lebih baik kita temui saja Lian di rumahnya. Kamu tau alamatnya atau tidak???" Tanya Bang Raka yang ingin salah paham ini segera usai.
"Sampai terbukti Abang ada hubungan dengan Lian, Abang akan tau akibatnya..!! Abang akan kehilangan dua nyawa sekaligus..!!" Ancam Dhiva.
"Apa maksudmu??? Jangan bicara macam-macam, sayang..!!"
.
.
.
.
mbak nara yg penting d tunggu karya terbarunya
buku baru kpn mbak.. 🙏 penasaran sm mbak Fanya dn Bang Juan.