Tristan dan Amira yang berstatus sebagai Guru dan Murid ibarat simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Tristan butuh kenikmatan, Amira butuh uang.
Skandal panas keduanya telah berlangsung lama.
Di Sekolah dia menjadi muridnya, malam harinya menjadi teman dikala nafsu sedang meninggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Alyazahras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Des4han Amira Dengan Lelaki Mana?
Julian pun pergi mengikuti instruksi Amira. Dia melihat Amira meletakan ponsel dan tasnya di meja makan yang sudah reyot sambil menggerutu sebal, lalu mengikat rambut panjangnya. Kemudian Amira memberikan sapu pada Julian.
Julian hanya membantu sebisanya saja. Dia merasa penasaran pada isi kulkas yang terletak di dapur. Diam-diam Julian membukanya dan mengintip apa isinya.
Begitu dibuka, ternyata isi kulkas penuh dengan sayur mayur serta buah-buahan yang segar. Tempat telur terisi semua, ada susu kotak berjajar penuh, dan juga beberapa botol sirup dan minuman nutrisi.
Bak isi kulkas orang berada. Julian kira isi kulkas Amira kosong tak berpenghuni, ternyata dia salah besar.
"Apanya yang gak ada apa-apa? Di kulkas lengkap gini," gerutu Julian.
Julian pun penasaran dengan seluruh ruangan yang ada di rumah Amira. Dua kamar tidur, satu kamar mandi dan ruangan kosong yang digunakan sebagai gudang.
Dua kamar yang sudah Julian intip, berisi dipan dan ranjang yang super empuk. Lemari pakaian pun 3 pintu dengan model yang mewah.
Kamar mandi ada kloset duduknya dan menggunakan shower. Julian benar-benar tak habis pikir, bagaimana mungkin rumah yang terlihat sangat-sangat sederhana isinya diluar ekspektasi.
Saat Julian akan lihat seperti apa isi gudang rumah Amira, dia mendengar suara getaran ponsel yang cukup mengalihkan fokusnya.
Julian meraba saku celananya dan memeriksa ponselnya. Ternyata bukan ponsel dia. Lalu ponsel siapa?
Julian mencari sumber suara getaran sambil menajamkan indera pendengarannya. Dan setelah ditemukan ternyata dari ponsel Amira yang tergeletak di atas meja makan.
"Amira?" panggilnya sambil mengedarkan mata. Dilihat dari jendela Amira sedang mengepel teras rumah.
Ponselnya yang bergetar tergeletak terbalik, jadi Julian tidak dapat memastikan siapa yang menghubunginya.
Julian membiarkannya begitu saja karena jika dia jawab telepon yang entah dari siapa itu, takutnya Amira marah. Namun, ponsel itu terus bergetar tanpa suara, membuat Julian gelisah dan tidak bisa hanya terus diam.
Akhirnya Julian mengambil ponsel Amira dan tak sengaja matanya membaca nama si penelepon.
"Ped*fil?" gumam Julian sambil mengernyitkan keningnya tajam.
"Ah, jadi ini yang suka gangguin Amira kata temen-temennya itu," ujar Julian geram.
Tanpa perhitungan, Julian menjawab telepon tersebut berniat ingin memperingati si 'Ped*fil' agar tidak mengganggu Amira terus.
"Halo?!"
Baru saja mengatakan 'Halo', Amira yang sudah menyadari segera berlari panik dengan mata melotot.
"Siapa ini?" tanya Tristan di balik telepon dengan suara yang menakutkan.
Amira pun berhasil merampas ponselnya dari tangan Julian, tapi tiba-tiba saja keseimbangannya goyah dan Amira pun terjatuh.
"Unch, Lian!"
"Amira!"
-tut-
Panggilan terputus.
Tristan yang sedang berada di rumah orang tuanya, tepatnya di kamar pribadinya meremas ponselnya dengan sangat kuat sampai urat-urat dilengannya timbul menjalar seperti akar.
Matanya merah berapi-api, kepalanya berasap. Dari raut wajahnya sudah dapat dijelaskan kalau Tristan sangat marah dengan apa yang baru saja terjadi.
Dia menendang meja cukup kencang sampai meja yang terletak di samping sofa terbalik, lalu ke luar dari kamar dengan membanting pintu.
Brak!
"Pak Muh!" panggil Tristan berteriak dengan rahang mengeras.
Teriakan Tristan sampai membuat ibunya ke luar kamar. Hanya ada ibunya saja di rumah itu, yang lain sibuk.
"Ada apa, Tan?" tanya Jeyda cemas.
Pak Muh berlari cepat menghadap Tristan sambil menundukkan pandangan.
"Ya, Tristan Bey? (Tn.Tristan)," ucap Pak Muh dengan keringat dingin mengucur dikening. Aura hitam berkabut disekitar tubuh Tristan terasa sangat pekat dan menakutkan.
Tristan terdiam tak mengatakan sepatah kata pun. Yang terbaca dari wajahnya hanya amarah yang terpendam saja.
"Tan, ada apa?" tanya ibunya lagi yang semakin cemas. "Apa terjadi sesuatu dengan istrimu?"
Mata Tristan berkedut memerah panas. Dia diam tak bergeming meski ibunya mengguncang lengannya. Suara teriakan yang terdengar seperti desahan Amira dari ponsel telah menghancurkan perasaan Tristan dan mengusik ketenangannya.
"Apa yang terjadi dengannya? Kenapa kamu malah diam?" tanya Jeyda lagi.
Tristan menarik lengannya dan segera melangkah pergi dengan ekspresi wajah yang sulit dikondisikan.
"Tristan Bey, ada yang bisa saya bantu? Ada apa Anda memangil saya barusan?" tanya Pak Muh sambil berjalan cepat mengikuti langkah Tristan.
Tristan masih tetap tutup mulut sampai dia masuk ke dalam mobil dan menghubungi seseorang dengan kontak nama di ponsel bertuliskan 'Siska'.
"Aku datang," ucapnya sambil meremas setir mobil.
...
BERSAMBUNG!!
tp amira tnpa sepengetahuan ibunya dia lnjutin sekolh,,
iya kah thor