NovelToon NovelToon
Cerita Dua Mata

Cerita Dua Mata

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Identitas Tersembunyi / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Romansa / Roman-Angst Mafia
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: R M Affandi

"Kisah cinta di antara rentetan kasus pembunuhan."

Sebelum Mekdi bertemu dengan seorang gadis bercadar yang bernama Aghnia Humaira, ada kasus pembunuhan yang membuat mereka akhirnya saling bertemu hingga saling jatuh cinta, namun ada hati yang harus dipatahkan, dan ada dilema yang harus diputuskan.

Mekdi saat itu bertugas menyelidiki kasus pembunuhan seorang pria kaya bernama Arfan Dinata. Ia menemukan sebuah buku lama di gudang rumah mewah tempat kediaman Bapak Arfan. Buku itu berisi tentang perjalanan kisah cinta pertama Bapak Arfan.

Semakin jauh Mekdi membaca buku yang ia temukan, semakin terasa kecocokan kisah di dalam buku itu dengan kejanggalan yang ia temukan di tempat kejadian perkara.

Mekdi mulai meyakini bahwa pembunuh Bapak Arfan Dinata ada kaitannya dengan masa lalu Pria kaya raya itu sendiri.

Penyelidikan di lakukan berdasarkan buku yang ditemukan hingga akhirnya Mekdi bertemu dengan Aghnia. Dan ternyata Aghnia ialah bagian dari...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R M Affandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah Masa Lalu

Mekdi dan Zetha mencoba mencari alamat rumah masa lalu Bapak Arfan Dinata. Mereka bertanya ke pada warga yang tinggal di sekitar SMA, namun tidak ada satupun yang mengenal Bapak Arfan Dinata.

“Sudah puluhan rumah kita datangi, tapi tidak ada yang mengenal Bapak Arfan. Bahkan kepala desa kampung ini juga tidak mengenalnya,” Zetha berbicara pada Mekdi dalam perjalanan menuju rumah warga berikutnya.

Mekdi menghentikan mobilnya, tersenyum pada Zetha. “Untung kamu mengingatkanku!

“Mengingatkan?” tanya Zetha sedikit bingung melihat Mekdi yang tiba-tiba berhenti dan tersenyum padanya.

“Kenapa dari tadi saya tidak berpikir tentang kepala desa, padahal kita baru saja dari sana. Mungkin orang sini tidak begitu mengenal Bapak Arfan, tapi Bapak Arfan punya teman di sini, dan temannya itu adalah anak kepala desa kampung ini waktu dulu. Walaupun sudah dua puluh empat tahun berlalu, tapi aku yakin, masih ada yang mengingat siapa kepala desa di zaman itu,” jelas Mekdi dengan yakin.

Zetha ikut tersenyum melihat wajah Mekdi yang kembali cerah. Ia yang tidak mengetahui isi cerita buku lama, membuatnya belum begitu mengerti apa yang dimaksud Mekdi, namun ia tetap mendukung rencana atasannya itu.

Mekdi turun dari mobilnya, mengunjungi rumah lain yang belum didatanginya. Tidak lama, Mekdi kembali ke mobilnya.

“Kita menemukannya!” ujar Mekdi dengan puas.

“Apa mereka mengenal kepala desa yang kita cari?” tanya Zetha yang saat itu hanya menunggu di dalam mobil.

Mekdi mengangguk sambil tersenyum. “Rumahnya tidak jauh dari sini,” ungkap Mekdi menjalankan mobilnya.

Sepuluh buah rumah dari tempat Mekdi tadi bertanya, ia menghentikan mobilnya.

“Sepertinya, itu rumah yang kita cari,” ucap Mekdi memperhatikan rumah yang ada di samping kirinya. Rumah itu terlihat mewah dari rumah-rumah lain yang ada di sekitarnya.

Mekdi mematikan mesin mobilnya, segera turun dari mobil, dan menuju ke rumah kepala desa yang lama. Melihat Mekdi mematikan mesin mobilnya, Zetha pun ikut turun dari mobil dan mengikuti Mekdi.

Di teras rumah yang dituju Mekdi, seorang pria baya terlihat sedang duduk di kursi kayu yang ada di teras rumah itu. Sebagian besar rambut orang tua itu telah memutih, dan wajahnya telah keriput menandakan usianya yang telah senja.

“Permisi Kek,” sapa Mekdi sesampainya di depan teras.

Orang tua itu tidak menjawab. Matanya yang kendor tampak terpejam dengan bibir yang seperti sedang menggumamkan sesuatu. Wajahnya yang keriput terlihat bergoyang perlahan mengikuti irama yang sedang ia gumamkan.

“Kek!” Mekdi memanggil sedikit lebih keras dari sebelumnya.

Orang tua itu membuka matanya. Tubuhnya yang bungkuk menghadap pada Mekdi dan Zetha. “Siapa?” tanyanya, memperhatikan Mekdi dan Zetha dengan mata yang sedikit menyipit.

“Kami sedang mencari rumah Pak Andra. Apa benar ini rumah Beliau?” jelas Mekdi.

“Ooo… Andra? Itu anak saya! Hihih.. silahkan duduk,” ucap orang tua itu mempersilahkan Mekdi dan Zetha untuk duduk di kursi teras yang ada di depannya.

“Apa Pak Andra ada di rumah kek?” tanya Mekdi setelah duduk di kursi kayu teras rumah itu.

“Andra tidak di rumah. Dia sudah lama berada di jakarta. Sudah sepulu tahun dia berada di sana. Setelah bosan mendaftar jadi tentara tapi tak pernah lulus, akhirnya dia merantau juga. Yang tak saya duga, eehh… dia malah sampai ke jakarta dan dapat jodoh orang sana!” jelas orang tua itu sedikit mengeluh.

“Ada apa kalian mencari Andra?” orang tua itu bertanya sambil memperhatikan kembali wajah Mekdi dan Zheta. “Baru kali ini saya melihat muka kalian berdua,” tambahnya.

“Kami bukan dari daerah sini kek,” jelas Zheta.

“Ooo… pantas baru lihat! Walaupun saya sudah tua, saya masih hapal muka-muka penduduk di sini. Cuma kulit saja yang kendor, tapi ingatan masih kuat! He..he..he” ujar orang tua itu tertawa kecil menampakan giginya yang hanya tinggal beberapa saja.

“Kakek masih ingat dengan orang yang bernama Arfan?” tanya Mekdi ingin tahu seberapa jauh orang tua itu masih mengingat masa lalunya.

“Arfan Dinata?

“Benar kek,” angguk Mekdi.

“Itu rumahnya!” Orang tua itu menunjuk ke sebuah rumah yang ada di samping rumahnya. “Tapi sekarang orang lain yang menunggu rumah itu. Arfan sudah menjual rumah itu tiga belas tahun yang lalu. Mereka sekeluarga sudah pindah ke Padang.

Mekdi berpikir sejenak. Jarinya yang memegang kunci mobil mengetuk-ngetuk meja kecil yang ada di depannya. Orang bernama Andra yang ia cari tidak ada di rumah itu. Apa yang ia rencanakan sebelumnya kembali menemui titik buntu.

“Apa kakek mengenal orang bernama Razis?” Mekdi menanyakan nama baru.

“Baru dengar namanya,” orang tua itu tampak sedang mengingat-ingat. Alisnya yang telah beruban sedikit naik. “Bukan orang sini ya?” tanyanya kemudian.

“Bukan,” jawab Mekdi.

“Setahu saya, memang tidak ada warga sini yang namanya Razis. Tapi rasanya saya pernah dengar nama itu.” orang tua itu kembali mencoba mencari nama Razis dalam ingatannya.

“Teman anak saya mungkin!” putusnya.

“Tahu rumahnya Kek?” tanya Mekdi dengan harap.

Laki-laki baya itu menggeleng. “Jangankan rumah, wajahnya saja saya tidak ingat!

“Kakek punya nomor telpon Pak Andra?" Mekdi meminta sesuatu yang lain.

“Saya tidak tahu, tapi nomornya ada sama anak perempuan saya yang paling bungsu.

“Bisa dipanggilkan sebentar anaknya kek? Saya butuh nomor telpon Pak Andra,” pinta Mekdi.

“Eee… orangnya sedang tidak ada di rumah. Palingan, nanti sore baru pulang,” jelas orang tua yang Mekdi panggil kakek itu mengeluh.

Mekdi melirik Zetha yang duduk di sampingnya. “Kita kembali saja ke sini nanti sore. Semoga saja kita bisa dapat petunjuk setelah menelpon Bapak Andra,” ucapnya pada Zetha.

“Baik Pak,” balas Zetha mengangguk.

Mekdi dan Zetha meninggalkan teras rumah yang dikunjunginya setelah berpamitan dengan orang tua Bapak Andra. Mereka kembali memasuki mobil mazda milik Mekdi.

Saat Mekdi akan menyalakan mesin mobil, sebuah mobil avanza berwarna silver berhenti di belakang mobil Mekdi. Mekdi mengurungkan niatnya, dan memperhatikan mobil avanza yang ada di belakangnya lewat kaca spion.

Tidak lama, seorang wanita berpakaian dinas turun dari mobil itu. Wanita itu ialah kepala sekolah yang baru beberapa jam yang lalu bertemu dengan Mekdi.

“Bukankah itu kepala sekolah SMA yang tadi kita kunjungi?” tanya Mekdi pada Zetha yang juga ikut memperhatikan wanita itu dari balik jendela mobil yang tertutup.

“Benar Pak. Itu memang kepala sekolah yang tadi,” ungkap Zetha dengan yakin.

“Apa dia anak Kakek itu?” pikir Mekdi melihat wanita itu berjalan menuju rumah yang baru saja Mekdi tinggalkan.

“Kita tanya sekarang Pak?” tanya Zetha ingin segera turun dari mobil.

“Jangan!” ujar Mekdi melarang Zetha. “Kalau dia memang benar anak Kakek itu, berarti ada yang dia coba sembunyikan dari kita. Bagaimana mungkin dia tidak kenal dengan Bapak Arfan, sedangkan Kakek tadi saja masih ingat,” ucap Mekdi dengan tatapan yang penuh kecurigaan terus memperhatikan wanita itu.

Bersambung.

1
Wina Yuliani
karya luar biasa.... penuh misteri, taktik & intrik, bikin yg baca ikut penasaran & ikut berfikir pokoknya d ajak main tebak tebakan
Wina Yuliani
sahabat adalah maut,,, sebaik baiknya sahabat masih tetap manusia yg bisa d hasud setan, makanya sepentingnya ajalah kalau berteman, 😁😁
Wina Yuliani
hati hati d usir bang, jangan2 penginapan khusus yg sudah mukhrim nih
Wina Yuliani
dari part awal sampai part akhir, d buat tegang eh tiba tiba c babang malah nyeletuk yg bikin menggelitik 😅😅
wekki
masih menjadi misteri... 🥸
Wina Yuliani
saking serunya gk kerasa udh abis aja ni cerita, kuy ah d gaskeun lagi thor 💪💪💪
Wina Yuliani
jadi siapakah yg mengantarkan zetha, kakanya kah ????
Robi Muhammad Affandi: masih jadi rahasia 😁
total 1 replies
Wina Yuliani
kisah sesungguhnya baru d mulai....
Wina Yuliani
😭😭😭😭😭😭 perpisahan nyata yg tiada akhirnya
Wina Yuliani
oh jadinya nikah sama vhika toh..
Riani
Ada rahasia lagi nih 😅
Wina Yuliani
hadeuh d ajak bernostalgia bersama hp nokia,
zaman dulu mah pokonya kalau punya nokia udh keren bangetlah,,,
😅😅😅
biasanya cinta dr mata turun ke hati, kayaknya dr telinga turun ke hati nih ..
Robi Muhammad Affandi: iya kak, nokia di zaman itu tahan banting 🤣🤣
cuman biaya kirim pesannya lebih mahal 🤭
total 1 replies
Wina Yuliani
menarik, tutur bahasa nya juga rapi, keren👍👍👍👍
meluncur vote,
Robi Muhammad Affandi: Terimakasih ☺
total 1 replies
Riani
lebih ke perasaan
wekki
semangat thor
Marissa
Rata-rata baca buku harian, tapi penasaran juga
Robi Muhammad Affandi: Terimakasihh dukungannyaa😁
total 1 replies
Marissa
ini cerita misteri apa cinta? /Grin/
Hietriech Ladislav
dah mampir nih 🫡 next mampir baca novel saya & beri komen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!