NovelToon NovelToon
Kubungkam Hinaan Keluarga Dengan Kesuksesan

Kubungkam Hinaan Keluarga Dengan Kesuksesan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: Araya Noona

"Pergi kamu dari sini! Udah numpang cuma nambah beban doang! Dasar gak berguna!"

Hamid dan keluarganya cuma dianggap beban oleh keluarga besarnya. Dihina dan direndahkan sudah menjadi makanan sehari-hari mereka. Hingga pada akhirnya mereka pun diusir dan tidak punya pilihan lain kecuali pergi dari sana.

Hamid terpaksa membawa keluarganya untuk tinggal disebuah rumah gubuk milik salah satu warga yang berbaik hati mengasihani mereka.

Melihat kedua orangtuanya yang begitu direndahkan karena miskin, Asya pun bertekad untuk mengangkat derajat orangtuanya agar tidak ada lagi yang berani menghina mereka.

Lalu mampukan Asya mewujudkannya disaat cobaan datang bertubi-tubi mengujinya dan keluarga?

Ikuti terus cerita perjuangan Asya di sini!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Araya Noona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Selamat membaca....

Asya sudah merasa lebih baik sekarang. Bahkan sudah mengganti pakaiannya dan mau menemui orang lain. Dia hanya terlalu terkejut tadi. Dan orang pertama yang ditemuinya adalah Zhaki. Asya melihat ujung bibir Zhaki yang terluka.

"Kamu gak apa-apa?" Asya baru saja akan mengajukan pertanyaan yang sama namun Zhaki sudah mendahuluinya.

Asya mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Aku gak apa-apa. Cuma kaget aja tadi," jawabnya jujur. Tangan Asya terulur akan menyentuh luka di ujung bibir Zhaki. Pemuda itu sedikit meringis membuat Asya jadi merasa bersalah.

"Sakit banget ya?" tanya Asya dengan nada khawatir.

"Sakit kalo disentuh," jawab Zhaki tersenyum dan dia kembali meringis karena ternyata jika dia tersenyum maka ujung bibirnya yang terluka akan ketarik. Kecerobohannya itu membuat keduanya tertawa. Zhaki hanya tertawa seadanya selain karena sakit dia merasa malu juga pada Asya. Namun setidaknya dia berhasil membuat gadis itu tertawa.

Asya memeriksa tas kecilnya berharap ada sesuatu yang bisa mengobati luka Zhaki. Wajahnya sedikit murung saat tak menemukan apa-apa selain alat make up. Zhaki yang tahu apa yang sedang dicari Asya pun menyodorkan sesuatu ke arah gadis itu.

Asya menatap salep luka yang diberikan Zhaki kemudian mendongak untuk menatap wajah pemuda itu.

"Loh?" Asya mengambil salep tersebut dengan kening yang berkerut bingung.

"Aku pengen kamu ngobatin aku." Asya tak perlu bertanya lebih lanjut sebab Zhaki sudah menjawabnya. Asya mengerjabkan matanya beberapa kali. Ya ampun, ada saja tingkah polos Zhaki yang akan membuat Asya tersenyum. Tanpa mengatakan apapun, Asya pun mengeluarkan isi salep tersebut di ujung jarinya lalu mengoleskannya pelan pada permukaan kulit Zhaki terbuka. Setelahnya Asya meniup pelan luka Zhaki membuat wajah mereka sangat dekat.

Jika biasanya Zhaki yang membuat Asya degdegan karena tingkahnya, kali ini gantian Asya yang membuat jantung Zhaki bekerja dua kali lipat. Sialnya lagi mata hitam Zhaki refleks melihat ke arah bibir Asya yang sedang manyun karena meniup lukanya.

Terkutuklah segala pikiran kotor yang menghampiri kepala Zhaki. Pemuda itu sampai tidak tahu harus seperti apa. Ingin mengalihkan pandangan juga tidak bisa karena Asya sedang mengobatinya. Satu-satunya hal yang bisa Zhaki lakukan adalah menutup matanya.

Asya yang menyadari hal itu hanya bisa tersenyum lembut. Dari jarak sedekat ini juga dia bisa mendengar bagaimana detak jantung Zhaki bekerja dua kali lipat.

"Asya!"

Panggilan Indah membuat mereka tersadar dari posisi saat ini. Asya langsung menjauh lalu menoleh ke arah Indah yang sedang menahan senyumnya. Sepertinya dia datang di waktu yang tidak tepat.

"Sorry ganggu tapi adek kamu ngirim chat nih," kata Indah memberikan ponsel Asya. Gadis itu langsung mengambil benda pipih tersebut lalu membaca pesan Luna.

"Ada apa ya?" Entah kenapa perasaan Asya tiba-tiba tidak enak. Dia pun menelpon balik adiknya untuk bertanya.

"Halo, Luna," kata Asya menyebut nama sang adik.

"Iya halo, Kak," jawab Luna di seberang telpon.

"Sorry aku baru liat chat kamu. Ada apa?"

Luna terdiam sejenak lalu menghela napas pelan. "Kalo Kak Asya udah sampe di rumah sakit baru aku ceritain."

Jelas itu membuat Asya jadi penasaran. "Oke! Aku akan ke sana sekarang."

"Loh, bukannya biasanya kak Asya pulang jam 12 ya?" tanya Luna heran.

"Ada masalah jadi aku bakalan pulang lebih awal," jawab Asya.

"Oke! Hati-hati." Luna tak ingin bertanya lebih lanjut. Hal itu bisa ia lakukan saat Asya tiba di rumah sakit.

Ini sudah yang ketiga kalinya Asya pulang lebih awal. Perasaan tidak enak semakin menggerogoti hatinya. Dia hanya berharap Bang Roy tidak akan kapok untuk memanggilnya bernyanyi. Dari mana Asya bisa mendapatkan uang untuk biaya rumah sakit sang ayah dan membayar hutangnya jika Bang Roy sampai berhenti memanggilnya.

"Maafin saya ya, Bang." Sebelum pulang diantar oleh Zhaki, Asya menyempatkan diri untuk meminta maaf pada Roy.

Pria itu mencoba tersenyum meski sangat kentara sekali jika itu senyum yang dipaksakan.

"Iya, gak apa-apa kok. Namanya juga musibah. Kita kan gak tau kapan terjadinya," ujarnya tak ingin membebani Asya. Mau bagaimanapun juga Asya adalah korban di sini.

Asya mengangguk pelan sembari mengulum bibirnya. Roy memang mengatakan tidak apa-apa namun tetap saja Asya merasa sangat bersalah. Asya merasa jika sejak dia bergabung dengan sound sistem Roy, selalu saja ada masalah dan masalah itu pasti ada sangkut pautnya dengan dirinya.

"Ya udah kamu pulang gih," kata Roy.

"Iya, Bang. Kalo gitu saya permisi," kata Asya kemudian berlalu diikuti Zhaki di belakangnya.

***

"Jadi Asya masih jadi penyanyi?" tanya Panji pada kedua anaknya yang baru saja datang dari rumah sakit.

"Iya, Pak. Bahkan tadi Hamid sama Yani belain anaknya itu mati-matian. Katanya Asya itu gak malu-maluin nama baik keluarga. Katanya dia cuma kerja," adu Rania.

"Gak cuma itu, Pak. Yani juga bandingin Asya sama anak-anak kami," tambah Radit membuat suasana semakin panas. "Enak aja dia bandingin anak aku yang berharga dengan anaknya yang murahan itu. Gak level-lah!" lanjutnya.

"Kayaknya ide ibu itu paling bener deh, Pak. Lebih baik kita masukin aja Asya ke pesantren," kata Rania.

Sebelum mereka pergi, Anisa sudah memberi usulan agar Asya dimasukkan ke asrama pesantren.

"Iya bener. Anak itu sudah terlalu jauh terjerumus di jalan yang salah. Aku juga malu Pak kalo sama temen-temen terus ada yang ngomongin Asya," kata Radit.

"Apa, Mas? Temen-temen Mas Radit udah pada tau kalo Asya jadi biduan?" Rania cukup kaget dengan pernyataan sang kakak. Dipikirkan yang tahu itu hanya mereka dan orang-orang sekampung Asya namun ternyata berita itu sudah menyebar lebih luas.

"Iya. Bahkan ada diantara mereka yang juga ikut nyawer Asya. Beneran aku malu banget," kata Radit.

"Astaga! Ini benar-benar udah gak bisa dibiarin lagi, Pak," kata Rania.

"Tapi kita kan belum tau apakah Hamid dan Yani bakalan setuju atau tidak kalo Asya dimasukkan ke dalam pesatren," ujar Panji.

"Ngapain lagi sih, Pak, tanya pendapat mereka. Sudah pasti mereka bakalan nolak." Kini Anisa yang angkat bicara. Dia baru saja keluar dari kamarnya. Sejak mengetahui Asya menjadi biduan, penyakit tinggi darahnya kumat terus karena stres. Radit membantu sang ibu untuk duduk di sofa.

"Emang Bapak mau nunggu sampe semua orang mencomooh kita gara-gara kita punya cucu yang jadi biduan?"

Ya, sebenarnya Anisa stres bukan karena memikirkan Asya namun karena memikirkan nama baik keluarganya yang akan tercoreng akibat perbuatan gadis itu.

"Bukan gitu, Bu---"

"Terus apa?" potong Anisa dengan cepat. "Pokoknya ibu gak mau tau, Asya harus segera dimasukkan ke dalam pesantren sebelum semua orang tau," lanjutnya tidak ingin dibantah lagi.

"Iya, kami setuju dengan ide Ibu," ujar Radit yang kemudian diangguki juga oleh Rania. Tiga lawan satu. Panji tidak mungkin bisa menang.

Pria itu hanya bisa menghela napas berat hingga suara ponsel Radit mengalihkan fokus mereka pada benda pipih itu. Radit segera meraih ponselnya lalu melihat pesan yang masuk. Dia mendengus pelan melihat video yang terputar di sana.

"Kayaknya Bapak udah gak punya alasan lagi buat nolak," katanya meletakkan benda itu di atas meja. "Lihatlah kelakuan cucu bapak itu."

Mata Panji membulat sempurna melihat video dimana Asya dikerumi banyak sekali laki-laki dan dengan santainya gadis itu meliukkan badannya seakan sedang menggoda. Bahkan gadis itu juga tersenyum nakal di sana.

'Apakah ini sungguh cucuku Asya?' Panji masih bertanya dalam hati. Dia masih enggan percaya meski bukti sudah ada di depan mata.

"Anjani sampe malu pada tetangga-tetangganya di sana karna kelakuan Asya," kata Radit. Video itu memang dikirim oleh Anjani karena kebetulan Asya bernyanyi tak jauh dari tempat tinggal Anjani dan suaminya.

"Astagfirullahalazim. Asya bener-bener sudah seperti wanita murahan Pak di video ini." Anisa menangis meraung-raung di sana.

"Bapak!" Wanita itu mengguncang tubuh Panji seakan tengah menekan pria itu untuk mengambil keputusan.

"Baiklah. Kita harus memasukkan Asya ke asrama pesantren secepatnya. Dengan atau tidak persetujuan Hamid," kata Panji pada akhirnya. Seperti kata Radit, dia sudah tidak punya pilihan lagi. Asya sudah sangat keterlaluan.

1
Nur Hayati Dzacaulnaufin
mengapa Asya tidak minta izin pd Ustadz tuk menjenguk ayahnya
n memberitahu klo dia adalah tulang punggung kluarganya n ada utang yg harus dibayar
Araya Noona
Jangan lupa memberikan dukungan jika kalian suka dengan karyaku ini yah😁😁. Terimakasih untuk yang sudah membaca😉
Nur Hayati Dzacaulnaufin
Biasa
Shezan Ezan
ceritanya bagus, dan keluarga pak hamid harus melawan jngn diam kalau diintimidasi oleh keluarganya, karena mereka susah keluarganya ogah untuk membantu,



saran saya kalau bisa ceritanya s lanjutkan terus supaya pembaca tidak terputus untuk membaca novelnya, karena kalau suka berhenti sampai berhari hari baru muncul kelanjutan bab nya mana pembaca akan bosan menunggu,
Araya Noona: untuk saat ini memang sampai bab 27 kak besok akan diperbaharui lagi babnya😊😊
Shezan Ezan: tapi kenapa setelah saya sampai bab 27 ada tulisan bersambung, trus sya scrolling k bawah untuk lanjut bab selanjutnya sdah cerita lain yg muncul,
total 4 replies
Anto D Cotto
lanjut crazy up thor
Araya Noona: Iya kak sabar yah
total 1 replies
Anto D Cotto
menarik
Ah Serin
lanjut lagi please
Araya Noona: pasti kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!