NovelToon NovelToon
Kelahiran Kembali Kultivator Abadi

Kelahiran Kembali Kultivator Abadi

Status: tamat
Genre:TimeTravel / Petualangan / Tamat / Supernatural / Contest / Reinkarnasi / Balas Dendam / Time Travel / Petualangan Fantasi-Penyeberangan dunia lain / Mengubah Takdir / Dan budidaya abadi / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:17M
Nilai: 4.8
Nama Author: PenaKertas

Genre : TimeTravel, Action, Adventure

Mo Lian. Seorang Kultivator terkuat di Alam Semesta.

Saat ia hendak naik ke Alam Selestial, Dao menolaknya karena di dalam hatinya terdapat penyesalan besar. Akhirnya pun Dao mengirimkannya kembali ke masa sekolahnya saat berusia 18 tahun.

"Kali ini aku harus berkultivasi secara perlahan sembari membalaskan semua dendam yang ada! Hingga tidak lagi meninggalkan penyesalan maupun rasa bersalah, yang mana dapat membangun iblis hati!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaKertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17 : Kembali ke Kota Chengdu

Setelah Yun Ning berpamitan pada sore hari. Mo Lian berjalan menghampiri Ibunya. "Ibu, dia bukanlah pacarku."

Su Jingmei terdiam sejenak, kemudian terkekeh pelan. "Hehehe ... Ibu tahu itu. Lagipula tidak mungkin anakku memiliki pacar secantik dia yang merupakan Bintang Huaxia," balasnya seraya berjalan ke belakang.

Mo Fefei yang tidak jauh dari keduanya terdiam sejenak sebelum ia tertawa terbahak-bahak saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut Su Jingmei, Ibunya.

Alis Mo Lian berkedut-kedut saat mendengar balasan dari Ibunya. Terlebih lagi saat ia ditertawakan oleh Adiknya sendiri, ia menolehkan kepalanya melihat Mo Fefei yang masih tertawa. "Oh! Beraninya kau mentertawakan Kakakmu yang tampan dan penyayang ini," ucapnya mencubit kedua pipi Mo Fefei.

"Ka ... kak, itu sakit." Mo Fefei membalas mencubit pipi Mo Lian.

Mo Lian tersenyum lembut, ia melepaskan cubitannya dari pipi Mo Fefei, kemudian mengusap pelan puncak kepala Adiknya.

Mo Fefei yang diperlakukan seperti itu juga melepaskan tangannya dan memejamkan matanya menikmati usapan tangan Mo Lian.

Mo Lian duduk bersebalahan dengan Mo Fefei. "Fefei. Apakah ada pria bernama Fang Tian yang menggoda mu?" tanyanya menatap tajam.

Kedua mata Mo Fefei terbuka lebar saat ia mendengar itu, ia menolehkan kepalanya dengan cepat ke arah Mo Lian. "Ka- Kakak. Ba- Bagaimana kakak tahu?" tanyanya terbata-bata.

"Kau tidak perlu tahu. Lalu, apa yang dia inginkan padamu?" Mo Lian kembali bertanya dengan pandangan tajam seperti sedang mengintrogasi seseorang.

Mo Fefei menundukkan kepalanya melihat kedua lututnya, ia mencengkeram erat jemarinya yang terkepal. Bisa terlihat air sudah keluar dari kedua sudut matanya, isak tangis juga terdengar dari Mo Fefei. "Ti- Tidak ada. Di- Dia sangat baik padaku," jawabnya berbohong.

Senyum pahit terlihat di wajah Mo Lian saat mendengar jawaban dari Mo Fefei. Ia mengerti betul bahwa Adiknya telah tersiksa, namun tidak ingin memberitahukan padanya karena takut akan dirinya yang ikut campur, kemudian Fang Tian mencelakainya.

Mo Lian meraih kepala Mo Fefei dan disandarkan pada bahunya. "Kau hanya perlu mengatakannya dengan jujur. Untuk kedepannya kau akan mengetahuinya sendiri," ucapnya mengusap pelan kepala Mo Fefei.

"Kakak! Dia berasal dari Keluarga Fang! Kita tidak dapat menyinggungnya." Mo Fefei membalas perkataan Mo Lian dengan nada sedikit berteriak.

Mo Lian mengusap air mata Mo Fefei. Ia tersenyum lembut. "Kakak memiliki caranya sendiri. Kali ini biarkan Kakakmu melindungimu dari segala hal yang membahayakan, aku akan membiarkan seluruh dunia tahu. Barang siapapun yang mencelakai keluarga kita, mereka akan mendapatkan balasan berkali-kali lipat."

Meski tidak terlalu yakin dengan perkataan Mo Lian, namun perasaan Mo Fefei telah kembali tenang, ia merasa tidak perlu lagi takut mengenai kehidupan sekolahnya yang sangat memprihatinkan. "Terimakasih, Kak."

"Lian'er! Fei'er! Mandi! Ini sudah hampir malam!"

Terdengar teriakan nyaring dari belakang rumah. Keduanya pun bangkit dari tempat duduknya, kemudian masuk ke dalam kamar mandi secara bergantian untuk membersihkan diri.

Setelah selesai membersihkan diri, mereka bertiga makan malam bersama, kemudian melompat ke tempat tidur masing-masing untuk beristirahat.

***

Tidak terasa Mo Lian dan Mo Fefei telah tinggal selama tiga hari di Kota Hanzhong. Hari ini mereka berdua berencana kembali ke Kota Chengdu, dengan membawa ibunya bersama.

Su Jingmei juga sudah keluar dari pekerjaannya di pabrik dan meminum Pil Pembersih Tubuh. Setelah semua kotoran di dalam tubuhnya keluar, penampilannya kembali muda seperti baru berusia 20 tahunan.

Bahkan jika Mo Lian bersanding dengan Su Jingmei. Orang-orang yang tidak mengetahui hubungan mereka berdua pasti akan berpikiran jika keduanya adalah sepasang kekasih.

"Apakah semuanya telah siap?" Mo Lian mengecek kembali bawaan Ibunya. Ia tidak ingin meninggalkan apapun yang ada di rumah ini, meski semua barang ini adalah barang murah yang dapat dibelinya dengan mudah. Tapi barang-barang ini semua memiliki kenangan yang mendalam saat ayahnya masih ada.

"Sudah. Tidak ada lagi yang tertinggal," jawab Su Jingmei.

Ketiganya keluar dari rumah sederhana, mereka bertiga memandangi rumah yang telah ditinggali selama lebih dari 12 tahun. Rumah ini sendiri adalah rumah sewaan, pada tahun ini keluarga mereka belum memiliki rumah, mereka memiliki rumah satu tahun dari sekarang.

Namun meski sudah memiliki rumah sendiri, tapi keluarga mereka dipenuhi dengan kesedihan. Adiknya yang meninggal, dirinya yang cacat, dan ibunya yang selalu murung di dalam ruangan.

Setelah puas memandangi rumah mereka, ketiganya berbalik menuju taxi yang telah menunggu sedari tadi. Mo Lian memasukkan beberapa koper di dalam bagasi, kemudian masuk ke dalam mobil, ia duduk di kursi sebelah sopir.

"Bandara Hanzhong Xiguan."

Sopir menganggukkan kepalanya, kemudian mengemudikan mobilnya menuju Bandara. Puluhan menit kemudian, mobil telah tiba di tempat yang dituju.

Setelah membayarkan sejumlah uang dan mengeluarkan barang bawaan mereka. Ketiganya masuk ke dalam ruang tunggu, untuk tiketnya sendiri ia memesan Business Class melalui pemesanan online.

"Perhatian, para penumpang pesawat ZZZ dengan nomor penerbangan ZA243 tujuan Kota Chengdu dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu A6."

Setelah menunggu lama, akhirnya pemberitahuan keberangkatan pesawat terdengar. Ketiganya berjalan memasuki pintu sesuai dengan arahan dari pemberitahuan. Berbeda dengan sebelumnya, di kabin Businnes Class kini seperti ruang pesawat normal pada umumnya, tidak ada bangku kosong.

Mo Lian bersama Ibu dan Adiknya duduk di bagian terdepan, ia menyandarkan badannya di sandaran kursi kemudian memejamkan matanya untuk mengedarkan kesadarannya.

***

"Ibu-ibu dan Bapak-bapak, sembari kita mulai mendarat, mohon pastikan punggung kursi dan meja anda berada dalam kondisi tegak. Dan pastikan juga sabuk pengaman anda terkait dengan baik dan seluruh barang bawaan tersimpan di bawah kursi anda, atau di penyimpanan atas."

"Atas nama ZZZ Airlines dan seluruh kru, saya ingin berterimakasih kepada anda atas ikut sertanya dalam perjalanan ini. Kami berharap bisa berjumpa kembali dalam penerbangan dikesempatan yang akan datang. Terimakasih."

Pesawat mendarat dengan selamat tanpa adanya halangan. Ketiganya keluar dari pesawat membawa koper masing-masing, mereka berjalan menuju terminal di Bandara Shuangliu Chengdu.

Mo Lian melihat sekitar mencari mobil yang digunakan untuk menjemputnya, hingga pandangannya terfokuskan pada mobil mewah yang dikelilingi oleh kerumunan orang, ia pun berjalan menghampiri mobil itu diikuti dengan Ibu dan Adiknya.

Terlihat pria tua berpakaian rapi berdiri di depan mobil itu seperti menunggu orang penting. Saat melihat Mo Lian telah datang, pria tua itu berjalan membelah kerumunan orang. "Selamat datang kembali di Kota Chengdu, Tuan Mo," ucap Lee Dong menundukkan kepalanya sembari menyilangkan satu tangan di depan dada.

Su Jingmei terdiam saat melihat pemandangan ini, ia menolehkan kepalanya melihat Mo Fefei dengan pandangan heran.

Mo Fefei sendiri yang dipandang oleh Ibunya hanya menggelengkan kepalanya pelan dengan kedua bahu terangkat.

Mo Lian mengangguk kecil. "Terimakasih, tolong bawakan barang bawaan mereka berdua," balasnya menunjuk koper yang dibawa Ibu dan Adiknya.

Lee Dong mendongakkan kepalanya melihat koper, kemudian menganggukkan kepalanya. "Baik, Tuan."

Lee Dong membawakan koper, kemudian memasukkannya ke dalam bagasi mobil.

Mo Lian membuka pintu mobil, mengajak Ibu dan Adiknya masuk ke dalam mobil. Setelah semua telah siap, Lee Dong mengemudikan mobilnya menuju Puncak Gunung Emei yang membutuhkan satu jam perjalanan untuk sampai.

Di dalam mobil, Su Jingmei terdiam dengan apa yang dilaluinya kali ini. Ia tidak menyangka putranya dapat memiliki mobil seperti ini, tidak, bahkan beberapa hari sebelumnya juga tidak berharap jika anaknya bisa membawa Bintang Huaxia yang sangat terkenal itu, Yun Ning.

Mo Lian sendiri yang melihat tatapan Ibunya hanya diam dan memejamkan mata. Ia sendiri bingung harus menjelaskannya dari mana, ia juga tidak menyangka kehidupannya akan sangat berubah hanya dalam waktu beberapa hari setelah kelahiran kembalinya.

Untuk saat ini ia tidak ingin memberitahukan hal-hal yang dialaminya. Tapi lambat laun tentunya Mo Lian akan menjelaskan semuanya dari awal sampai akhir.

Satu jam kemudian...

Mobil berhenti di depan gerbang Mansion Bai Long. Keempat orang di dalam mobil keluar, Su Jingmei kembali terdiam dengan mulut sedikit terbuka, ia menolehkan kepalanya menatap wajah Mo Lian. "Lian'er. Bisa jelaskan maksud ini semua?"

Mo Lian tersenyum lembut, ia menggenggam tangan Ibunya. "Tentu, tapi kita harus masuk ke dalam dulu. Tidak bagus berbicara sambil berdiri," balasnya mengajak Ibunya ke dalam, diikuti dengan Mo Fefei dan Lee Dong yang membawakan koper.

Saat telah tiba di dalam ruangan, Mo Lian menjelaskan bahwa dirinya pernah belajar ilmu beladiri dari Master tersembunyi, ia juga belajar beberapa keterampilan medis. Dan secara kebetulan bertemu dengan Keluarga Qin yang sedang mencari orang yang dapat menyembuhkan istri dari pemilik Keluarga Qin, karena ia berhasil menyembuhkannya, Keluarga Qin menghadiahkan Mansion mewah ini padanya.

Su Jingmei yang mendengar ini merasa curiga, namun meski begitu ia tidak menanyakannya lebih jauh dan tetap menerima jawaban dari anaknya. Su Jingmei merasa anaknya sedang menyembunyikan sesuatu dan tidak ingin diberitahukan pada mereka berdua, paling tidak untuk saat ini.

...

***

*Bersambung...

1
Heru Dwiyantono
lanjutkan membaca author
Muhamad Hifni
Kalimantan banyak kuyang
Muhamad Hifni
hati hati mo lian di Kalsel banyak kuyang 😁😁
Heru Dwiyantono
rehat dulu author
Heru Dwiyantono
lanjutkan membaca author
Anonymous
next thor
Heru Dwiyantono
mantap gan
rehat dulu author
Heru Dwiyantono
bgus sekali ya hebat
Heru Dwiyantono
lanjutkan membaca author semakin seru
Heru Dwiyantono
rehat dulu author
Heru Dwiyantono
lanjutkan membaca author
Heru Dwiyantono
rehat dulu author
Heru Dwiyantono
lanjutkan lagi bang mantap nih
Heru Dwiyantono
lanjutkan membaca author semakin seru
Alfa DM
Luar biasa
gempi
k
Agusmar Agus
Luar biasa
Heru Dwiyantono
lanjutkan lagi bang mantap
Heru Dwiyantono
melanjutkan membaca author
noName
gitu dong klu pemeran utama jgn ragu2 tenaga full cerita kkutanya jgn lemah melulu hemat tenaga itu Uda lama cerita gitu skrng power full dong kyk ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!