Lelaki yang sangat ingin kuhindari justru menjadi suamiku?
•••
Kematian Devano dan pernikahan kedua sang Papa, membuat kehidupan Diandra Gautama Putri berubah. Tidak hanya itu, dia menjadi pasangan seorang Kaiser Blue Maverick ketua geng motor HORIZON. Cowok bad boy yang membencinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tiatricky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28
Diandra yang baru saja datang ke rumah, terkejut melihat Kaiser. Laki-laki itu tampak tampan dan maskulin. Kaos polos tanpa lengan memperlihatkan otot tangan. Pahanya juga tampak berotot.
Gadis itu menggelengkan kepalanya. Dia menuju kearah koper.
"Baru jam segini pulangnya. " Kaiser mencibir dengan sinis.
Diandra tidak menyahut. Dia mengeluarkan sebuah foto keluarganya. Juga mengeluarkan bingkai foto yang baru saja dibeli. Memasukkan foto ke dalam bingkai.
"Permen kesukaan ku. Jadi kangen Mama. "
Kaiser pun penasaran dan beranjak dari kasur. Dia merebut coklat Diandra dan memakannya hingga habis. "Pait. Coklat apaan nih?."
"Itu emang rasanya pait. " Diandra menghela nafas berat. Dia kembali memasukkan bingkai ke dalam koper. "Coklat kan rasa aslinya pait. "
"Kayak masa lalu Lo. " Laki-laki itu kembali kearah kasur.
Diandra mengambil pakaiannya kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Suara shower terdengar di kamar tersebut.
Tujuh menit kemudian, Diandra keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah. "Kamu punya hairdryer? Aku pinjem boleh?."
Kaiser menoleh dan menunjukkan ke tempat hairdryer berada. Gadis itu segera mengambilnya.
Ide licik muncul di benak Kaiser. Menaruh laptopnya di atas meja kemudian mendekatkan pada Diandra. "Lo pakenya salah. Gini caranya. "
Kaiser mengambil alih hairdryer. Mengeringkan rambut pendek kecoklatan gadis itu dengan telaten. Pake shampo apa sih bikin gue hirup terus.
Diandra hanya diam tidak berkutik. Jantung berdebar dengan perasaan gugup menguasainya.
Sepuluh menit kemudian rambut Diandra kering.
"Makasih udah bantuin aku. " Diandra tersenyum tipis pada sang suami.
Grap
Kaiser menaruh hairdryer di atas meja. Menarik tangan Diandra dengan paksa. Lalu mendudukkan gadis itu di pangkuannya. "Gue gak butuh terima kasih doang. Gue pengen lebih dari ini. "
Pipi Diandra bersemu merah. "Ka kamu butuh apa?. Kumohon, jangan seperti ini. " Malu.
Laki-laki itu memeluk Diandra. Menghirup aroma khas gadisnya. Dia menatap wajah pucat sang istri dari kaca. "Lo pikir gue tulus bantuin Lo? Gue pengen jatahnya. "
Kaiser pun menindih tubuh gadis itu dibawahnya. Memegangi bibir itu dengan lembut. "Bibir Lo menggoda banget sih. Kalau habis kayaknya seru deh. "
Diandra melotot ketika kedua jari laki-laki dimasukkan ke dalam mulutnya. Tangan gadis itu memberontak namun tidak bisa.
Hal itu terjadi beberapa detik namun mampu membungkam Diandra.
Kaiser terkekeh geli melihatnya. "Gue dalam posisi sadar sekarang. Gue harap Lo bisa menikmati permainannya. "
Gadis itu tidak menyahut. Dia terdiam membisu seribu bahasa. Dengan jantung berdebar kencang.
Cup
Ciuman itu berlangsung dengan lembut. Mereka berdua memejamkan mata saling menikmatinya.
Beberapa saat kemudian ciuman itu terlepas. Mengatur nafas masing-masing.
"Pinter juga Lo mainnya. Gimana dengan permainan lain?." Kaiser tersenyum miring.
Tanpa disadari, nyaris seluruh kancing terbuka. Diandra yang merasakan tubuhnya kedinginan mencoba untuk melepaskan diri. "Lepasin aku. Aku nggak mau mengikutinya. "
Kaiser memberikan gigitan kecil di bahu Diandra. "Gak peduli. "
Tok tok tok
"Tuan Kai, Nona Diandra, tuan Krisna memanggil!." Suara Astuti dari seberang sana.
Kaiser langsung menjauhkan diri dari Diandra. Dia segera keluar dari kamar tanpa memperdulikan istrinya. Gangguin orang aja.
•••
"Bunda nanya kapan Lo punya anak. "
Kegiatan makan malam terhenti sejenak. Pasutri itu menoleh dengan ekspresi terkejut.
"CK! Bukannya Bunda bilang cuma kontrak doang? Ngapain sampe punya anak segala. Gue gak mau lah. " Kaiser langsung menolak dengan mentah-mentah.
"Kak, aku hanya ingin memberikan keperawanku pada laki-laki yang kucintai dan mencintaiku. Kurasa, aku tidak bisa. " Diandra keberatan.
Gadis itu meremas sendok dan garpu. "Aku juga masih ingin melanjutkan ke jenjang perkuliahan. "
Krisna menghela nafas berat. "Bunda dan Ayah bakal ngurusin anak Lo. Mereka pengen kalian mempunyai ikatan rasa saling mencintai, menghargai dan menyayangi satu sama lain. "
Kaiser terkekeh geli mendengarnya. Dia melirik sinis Diandra. "Gue gak bakal peduli apalagi cinta sama cewek killer ini. Justru gue benci adanya. "
Diandra menundukkan kepalanya dalam. Dada terasa sesak dan menyakitkan. "Aku juga nggak maksa lagi sama kamu untuk percaya sama aku. Sungguh. Aku juga tidak tahu harus berbuat seperti apa lagi. "
Krisna menghela nafas berat. "Gak usah sedih. Gue gak mau adik keponakan gue nangis. Apalagi gara-gara serigala berbulu banteng ini. "
Kaiser melotot mendengarnya. "Your cangkem dijaga! Gue kutuk jadi batu tahu rasa Lo."
"Gue gak takut sama Lo. " Krisna menatap sengit adiknya.
"Hihi kak Krisna lucu banget. " Diandra tersenyum kecil mendengarnya.
Kaiser mendekat dan merangkul pundak Diandra. Tangannya meraih sendok berisi nasi dan sup. Sedangkan tangan yang satunya lagi memaksa istrinya untuk mendongak.
"Kai.." Panggil gadis itu menatap Kaiser. "Kamu.."
Hap
"Makan. Nggak usah kebanyakan ngoceh. " Kaiser mendengus dingin.
Mau tidak mau Diandra menguyah makanannya. Walaupun dipaksa.
•••
"Woi! Ambilin gue handuk di lemari. " Teriak Kaiser di dalam kamar mandi.
"Lemari yang mana?." Diandra melihat ada beberapa lemari dengan ukuran kecil dan besar.
"Lemari baju yang gede itu. Handuk kimono. " Jawab Kaiser teriak.
Bergegas gadis itu menuju ke lemari ukuran besar. Membukanya dan terdiam mengamati beberapa saat. Lalu dia mengambil salah satu handuk kimono.
Kepala Kaiser nongol di pintu. Laki-laki itu langsung merebut handuk dengan kasar. Kembali menutup pintu dan tidak lama kemudian dia keluar. "Lo gimana sih nyarinya. Gak becus tahu?!."
Gadis itu menatap dengan bertanya. "Bukannya itu handuk? Semuanya sama aja."
"CK!." Kaiser mendekat kepada istrinya. Menatap cewek itu dingin. "Bawel banget sih Lo. Handuk gue yang warna biru. Nih, ada tulisannya. "
Diandra menoleh dan menyipitkan mata. Gadis itu tanpa sadar mendekatkan wajahnya ke dada Kaiser. "Ah, iya. Aku nggak tahu kalau handuknya ada nama. Maaf. "
Bug
"Aw! Kenapa kamu pukulin aku sih? Sakit. " Diandra memegangi kepalanya yang dipukul Kaiser.
"Gak papa hobi aja. " Lelaki itu menjawab tanpa merasa bersalah. Dia pun berjalan menuju ke lemari. Memilih salah satu set baju tidur dengan dalamannya.
Diandra langsung pergi namun instruksi dari Kaiser menghentikannya.
"Eh, mau pergi kemana sih. Gue gak nyuruh Lo keluar ya. "
Gadis itu berbalik badan dan menghela nafas panjang. "Kenapa? Kamu butuh bantuan ku?."
"Pijitin gue sini. Gue capek banget. " Kaiser mendudukkan dirinya di sofa.
Gadis itu mau tidak mau melakukannya. Dia duduk di belakang Kaiser. Betapa terkejutnya melihat bekas luka di punggung suaminya. "Ini apa?. Sakit ya. "
Kaiser menghela nafas kasar. "Diem. Gue gak perlu ngasih tahu ke Lo. Sekalian sisir rambut gue. "
Diandra menghela nafas berat. Meneguk ludahnya sendiri. Pipi gadis itu bahkan merona merah. Tangannya terulur memijat bahu laki-laki itu. Dia memiliki tubuh ideal seperti ini. Jantungku bahkan berdegup kencang melihatnya.
"Yang kuat mijet nya. Lembek banget sih. " Kaiser mencibir dengan memutar bola matanya jengah.
"Aku udah nyobain sekuat mungkin. Kamu aja yang punya badan besar. Tanganku kecil. " Diandra mendesah pelan.
"Itu bukan urusan gue. Gue cuma minta dilayani doang. Ini kewajiban istri terhadap suami. Ngerti Lo?."
"Iya. Aku tahu. " Gadis itu mencoba untuk melakukan sebisanya.
Tiba-tiba seekor kecoa mendekat pada Diandra. Pijatan gadis itu mulai berkurang. "Hush. Pergi. Aku jijik. "
Kaiser seketika kesal. Dia segera berbalik badan dan bersamaan dengan itu, kecoa hendak terbang kearah Diandra. Gadis itu langsung menjauh dan menubruk dada lelakinya.
Deg
Laki-laki itu terkejut. Reflek tangannya memeluk tubuh gadisnya. "Lo kenapa sih? Gila Lo? Misalnya gue jatuh gimana? Lo mau tanggung jawab hm?."
Jantung Diandra berdegup kencang. "Ma maafkan aku. Aku nggak sengaja. "
Bersambung...