Persahabatan antara Celine dan Damian harus ternoda karena kesalahan satu malam yang mereka lakukan.Mereka harus memulai "hubungan" baru tanpa direncanakan dan tanpa rasa cinta.
Cerita ini hanya hayalan author aja yaa,dan karya pertama dari author receh ini.
Mohon dukungannya, saran dan kritiknya.
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ichapurie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Onix Cafè
Damian memasuki cafè menuju meja yang sudah dipesan sahabatnya.
Disana sudah duduk Jovan, Arsen dan Stella mereka bersahabat dari Sekolah Menengah Pertama.
"Selamat Datang pak CEO kita, silahkan duduk dan pesan minuman atau makanannya." sambut Jovan.
"Lebay loe, apa kabar nih semua?" tanya Damian sambil melakukan toss tangan dengan para sahabatnya.
"Baik bro." jawab mereka serempak.
Damian pun memesan makanan dan minuman.
Mereka berempat menikmati minuman dan makanan sambil mengobrol santai.
"Eh Dam gue kemarin sempat WA an sama Celine, dia katanya mau nerusin kuliah di Paris." tanya Stella.
"Iya Stel, gue juga baru banget tahu." jawab Damian pelan.
"Tumben, biasanya elo yang paling tahu apa-apa tentang Celine."
Damian hanya diam, sambil menggedikan bahunya.
"Dia juga daftar mau masuk agency model kan, cocok sih dia jadi model, tinggi banget untuk ukuran cewek." ucap Celine kembali sambil menyuap salad pesanannya.
"Iya gak kayak elo, yang mirip kunti bogel hahaha." bukan Damian yang menjawab melainkan Arsen.
"Eh diem loe, kunti bogel gini, gue juga calon Dokter BTKV." sembur Stella tak terima.
"Udah-udah elo berdua udah kayak pasutri, berantem terus, gue sumpahin kawin loe berdua." ucap Jovan.
"idih amit-amit jabang bayi gorilla, mending gue perawan tua, daripada kawin sama Arsen, gue aja gak tau dia normal apa nggak." seru Stella sambil bergidik ngeri.
"Heh punya gue juga lihat-lihat kali, gak mungkin turn on sama cewek model preman pasar kayak elo, gue kuatir pasien loe, bukannya sembuh malah tambah parah sakit jantungnya kalau dokternya kayak elo." seru Arsen tak kalah sewot.
"Udah guys, stop berdebatan rumah tangga kalian." Damian mencoba melerai perdebatan antara Arsen dan Stella.
Walaupun Arsen dan Stella seperti Kucing dan Tikus, tetapi Stella jika sedang galau Arsen lah tempat curhat pertamanya.
"Guys gue sebenernya pengen cerita sesuatu ke kalian, gue juga mau minta pendapat kalian."
Damian menarik nafas dalam, mungkin ini salahsatu cara agar Damian bisa mengambil tindakan yang tepat, dengan semua masalahnya.
Damian akan menceritakan semua kepada sahabat-sahabatnya ini.
"Cerita apa Dam, kayaknya serius banget." Arsen menatap ke Damian.
"Gu...gu...gue udah nyakitin Celine."
"Nyakitin gimana, bukannya udah biasa elo berdua saling membully." tanya Stella penasaran.
"Bukan nyakitin karena omongan gue, tapi nyakitin karena........"
Akhirnya Damian pun menceritakan semuanya kepada ketiga sahabatnya, tidak ada yang ditutupi.
Damian berharap ketiga temannya bisa memberikan solusi langkah terbaik yang akan Damian ambil.
BUGH !!!
Sebuah pukulan dari Jovan melayang di rahang kiti Damian.
"Kenapa harus Celine bego, kan ada cewek loe yang kayaknya ngebet banget dimakan." geram Jovan.
"Gue juga gak mau kejadian itu terjadi, gue menghindari Alisa, tapi gue lupa ada Celine di Rumah, dan mungkin obat itu udah bekerja diluar batas." jawab Damian sambil memegang rahangnya yang sakit karena ulah Jovan.
"Terus Celine gimana, dan apa yang mau elo lakuin sekarang Dam?" tanya Stella
Sebagai sesama wanita, Stella dapat merasakan pasti Celine sangat terluka.
"Gue kemarin ngajakin Celine nikah, sebagai rasa tanggung jawab, tapi dia gak mau."
"Ya iyalah bego, elo punya Alisa, mana mau Celine di cap pelakor, dan cewek itu pasti maunya nikah sama orang yang cinta sama dia, bukan cuma rasa tanggung jawab." gerutu Stella.
Karena kejadian ini, pupus sudah harapan Jovan dan dia mungkin harus mengubur perasaannya kepada Celine.
Apalagi jika nanti Celine menerima pertanggung jawaban Damian.
"Gue bakalan selesaiin satu-satu dulu, weekend ini gue ke Jakarta, gue mau ketemu Alisa, setelah itu mungkin gue bakal ngomong lagi sama Celine."
"Maaf Jo, gue tahu loe suka sama Celine, tapi beneran Jo semua yang terjadi bukan kemauan gue."
"it's oke Dam, elo udah brengsek sekali, jangan jadi brengsek kedua kali." ucap Jovan sambil mengelus pundak Damian.
"Lagian gue ganteng, gak dapet Celine masih banyak yang antri." kelakar Jovan
Stella yang mendengar hanya mencebikan bibirnya.
"Elo harus cepat beresin semuanya Dam, dan ngomong ke Celine dengan serius, ceritain kejadiannya yang sebenarnya." nasihat Arsen
"iya Sen, tapi Celine itu akhir-akhir ini sibuk, malam kejadian itu aja, pertemuan kita setelah hampir 2 minggu gak ketemu."
"Dia sibuk ngurusin buat ke Paris, buat kuliah dan karir modelnya."
"Celine hebat juga, usaha sendiri bisa masuk ke agency disana dan urus-urus kuliah S2 nya." ucap Stella.
"Dia dibantuin Rayyan, kan Rayyan juga kuliah di luar negeri, jadi dia tanya-tanya mungkin sama Rayyan."
"Eehh tunggu, tunggu... Rayyan , jangan bilang yang elo maksud Rayyan Wijaya anak XII IPA 2, si ganteng kutu buku itu." tebak Stella.
Arsen pun auto menoyor kepala Stella.
"Elo kalau ngomongin cowok ganteng, langsung ileran."
"Wajar ngiler, kan gue cewek normal, gak kayak elo." sungut Stella.
"Iya Rayyan Wijaya, benar gue baru inget kalau dia satu sekolah sama kita dan kakak kelas Celine."
"Wah... Si Rayyan mah kayaknya udah dari dulu suka Celine, kalau di kantin, di perpus gue suka lihat dia merhatiin Celine, cuma karena elo nempel mulu ke Celine udah kayak lintah, jadi Rayyan kayak takut gitu." cerita Stella.
"Apa suka ?" tanya Damian tak percaya.
"Hhhhmmmm" Stella mengangguk.
