Kisah Seorang gadis yang bernama Rere yang berkali kali harus mengalami kegagalan dalam percintaan. Namun takdir berkata lain. Secaratak sengaja ia bertemu cowok yang akhirnya akan menjadi kekasihnya walaupun harus mengalami banyak rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Ahza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 33
Berbohong. Untuk pertama kalinya Rere berbohong kepada Mika. Di dalam hatinya, sungguh ia merasa tak enak sekali. Biasanya, kalau Mika mengajaknya, selalu mengiyakan dan tak pernah menolak. Rere merasa berdosa. Itulah yang membebaninya saat ini.
Dengan perasaan nggak enak ia melalui menit demi menit hingga berganti dengan jam yang sudah menunjukan waktunya untuk pulang. Tepat jam 2 siang, semua aktifitas berhenti. Ada yang merapikan meja kerjanya, ada yang sibuk benerin make up, pokoknya beraneka macam kesibukan karena besok long week end.
"Temen temen, bagaimana kalau besok kita ke puncak, pada setuju nggak,refreshing mata sekaligus otak,biar gak jenuh karena kerjaan...?" usul Ata tiba tiba. Mika saja kaget mendengar usulan Ata, pasalnya dia tak merundingkan hal itu denganya.
"Ata......?" ucap Mika yang mendapat sambutan kedipan mata dari Ata.
"Wah ide bagus tuh, udah lama juga kuta nggak refreshing, liat yang ijo ijo, hehe...." timpal Kevin dan di iyakan oleh Juna.
"Gimana nih dengan cewek cewek nih, pada setuju nggak...?" seru Ata lagi.
"Em gimana ya..." ucap Rere yang tak di teruskan. Wajahnya menyiratkan kalau roman romanya ia nggak akan ikut. Gilang gang melihat Rere berharap sekali kalau ia akan ikut.
"Gimana kamu Gilang, dari tadi diem aja...." celetuk Ata.
"Gua ngikut aja, mbak Rere ikut aja, biar rame...." ujar Gilang dengan wajah penuh harap. Rere terlihat berfikir.
"Iya deh, aku ikut...." jawabnya dan seketika hati Gilang lega mendengarnya.
Setelah musyawarah mufakat, dan keputusan bulat, mereka segera bubar dan meninggalkan kantor. Cindy, Juna, Ata dan juga Mika, langsung ke rencananya, yaitu pergi bareng, entah ke mana dan ngapain. Sania pulang ke kontrakan karena capek dan ingin beristirahat. Kevin ada janji dengan temanya. Sedangkan Rere dan Gilang sudah pasti jalan jalan tanpa sepengetahuan teman temannya. Semua sudah keluar duluan, kini tinggal Rere dan Gilang yang terakhir.
"Mbak Rere, tar mobilnya taruh di apartemen aku saja...." ucap Gilang saat akan keluar dari ruang kerja mereka.
"Di tinggal di apartemen kamu?" tanya Rere.
"Iya, masak mau jalan sendiri sendiri....?" ujar Gilang yang sudah berdiri di dekat Rere.
"Oke deh ga papa, tapi ya masak mbak pake baju kerja kaya gini, kalau kamu sih masih oke...." tukas Rere melihat baju yang di pakainya.
"Jujur nih, mbak itu cantik pakai apa saja kok...."
"Iya iya, ayo berangkat sekarang...."
Gilang mempersilahkan Rere berjalan duluan di depanya. Ia mengikuti Rere dari belakang, seperti seorang suami yang mengiringi langkah istrinya menuju parkiran. Di tempat parkiran, Rere segera masuk ke mobil dan Gilang menaiki motornya. Dengan kecepatan pelan, ia mengekori mobil Rere. Tak sampai 1 jam, sampailah mereka di apartemen Gilang. Memarkirkan motor serta meletakan helmnya di tempat yang sudah di sediakan, dan tentunya sangat aman. Gilang berjalan mendekati Rere yang tidak turun dari mobil.
"Mbak, kok nggak di parkirkan mobilnya....?"
"Pakai mobil mbak aja Lang, mbak capek kalau naik motor kamu...." ucap Rere dengan jujurnya.
"Udah, mbak parkir aja, nggak akan capek kok, percaya deh sama Gilang...." jelas Gilang yang masih menempel di pintu mobil Rere.
"Tapi Lang....." Gilang menganggukan kepala. Menyuruh dengan kodean. Rere mengikuti perintah Gilang dan memarkirkan mobilnya di samping motornya.
"Ayo, ga papa deh mbak capek, karena mbak udah janji sama kamu...." ucap Rere setelah ia keluar dari mobil.
"Ok, mbak tunggu di sini sebentar, jangan ke mana mana.." ucap Gilang. Ia berjalan meninggalkan Rere menuju salah satu mobil yang ada di parkiran tersebut. Tak lama kemudian sebuah mobil melaju ke arah Rere, yang di dalamnya Gilang sudah duduk mengendalikan setirnya. Mobil berhenti tepat di depan Rere. Sebuah mobil ford mustang warna abu tua metalik. Gilang turun dari mobil.
"Ayo naik mbak..." ucap Gilang yang membukakan pintu untuk Rere.
Benarkah ini mobil Gilang. Semakin ke sini aku semakin penasaran sama kamu Lang. Kamu penuh teka teki dan misterius. Siapa kamu sebenarnya. Kenapa kamu punya motor dan mobil sebagus ini. Bukannya aku meremehkan, tapi masak hanya seorang pekerja kantoran punya barang barang semewah ini.
"Mbak Rere....." panggilan Gilang membuyarkan lamunannya.
"Eh iya Lang...." Rere berjalan dan masuk ke dalam mobil. Mobil yang bagi dirinya terbilang mewah itu. Gilang menutup pintu dan kemudian masuk untuk mengemudi. Setelah memastikan Rere sudah memakai sabuk pengaman, Gilang melajukan mobil dengan pelan. Mobil terlihat keluar meninggalkan basemen tersebut.Berbaur dengan kendaraan lain membelah ramainya arus lalu lintas siang menjelang sore saat itu.
Mega Mall, adalah tujuan utama Gilang. Mall terbesar yang ada di kota tersebut. Sebuah bangunan megah yang berisi toko kios dan tampat usaha lainya, semua komplit ada di situ.
Beruntung sekali sore hari itu sangat cerah. Langit berwarna biru kemerahan. Sebentar lagi senja datang menyapa. Suasana sunset akan menjadi pemandangan indah bagi siapa saja yang melihatnya. Mobil Gilang memasuki pelataran parkir yang sangat luas sekali. Letaknya di depan Mall tersebut. Sebenarnya ada sih basemennya, namun Gilang lebih memilih yang berada di depan mall tersebut.
"Kamu sering ke sini Lang...? Ini sih mallnya kaum elit...." celetuk Rere yang melihat mall tersebut dengan kekaguman. Dengan posisi masih berada di dalam mobil.
"Jarang kok mbak, ayo kita turun. ..." ajak Gilang. Sebelum Rere melepas sabuk pengamanya, Gilang keluar terlebih dahulu untuk membukakan pintu.
"Makasi Gilang..." ucap Rere.
Rere berjalan di samping Gilang. Baju batik yang tadi siang di pakainya, masih melekat di badanya. Lautan manusia memenuhi mall tersebut, menjadi pemandangan pertama saat mereka memasuki pintu utamanya. Ada yang mengunjugi toko fashion, toko perhiasan ada yang berhaha hihi sambil makan di resto dan ada juga yang berlalu lalang sekedar jalan untuk cuci mata.
Gilang mengajak Rere naik kelantai dua. Langkah Gilang terlihat menuju sebuah toko baju dengan pintu kaca yang sangat besar dan mewah.
"Lang, kamu mau beli baju....?" tanya Rere yang heran ketika mereka akan memasukinya.
"Iya mbak Re, ayo....?" ucap Gilang.
Rere mengikuti langkah Gilang. Agak ragu karena Gilang menuju ke bagian busana cewek. Sekali lagi Rere terheran.
"Lang...."
"Sssssttt, Gilang tau apa yang ada dalam pikiran mbak Rere, bukan beli untuk siapa siapa, Gilang mau belikan baju untuk mbak Rere...." jawab Gilang yang mulai memilihkan t-shirt untuk mbak Rerenya.
"Eh nggak usah Gilang, nggak usah..." ucap Rere menolak. Di saat Rere bersikeras menolak, seorang pelayan perempuan datang menghampiri mereka.
"Ada yang bisa saya bantu kak....?" tanya sang pelayan dengan ramah.
"Ada mbak, tolong bantu mbak ini milih baju...." jawab Gilang dengan tangan mengarah ke Rere.
"Oh buat mbaknya, pacarnya ya kak....?" tanya si pelayan lagi tersenyum ramah. Pertanyaan itu membuat Rere terbelalak.
"Bu....."
"Iya mbak..." sahut Gilang dengan cepat sebelum Rere menjawabnya. Rere melihat ke arah Gilang. kedua bola matanya terlibat membulat. Seolah bertanya, maksutnya apa dari ucapan Gilang tadi. Gilang tersenyum sambil mengatupkan kedua tanganya di depan dadanya. Rere hanya bisa memaafkan. Lalu di bantu mbaknya memilih baju. Gilang mengekori Rere yang sedang memilih baju. Setiap tanganya berhenti di satu baju yang menjadi pilihanya, selalu saja ia kembalikan kembali, karena harganya sangat mahal.
Busyeeettt, kaus ini harganya 599.000 ribu. Ya elah, yang bener saja.
Batin Rere saat melihat bandrol yang tergantung di t-shirt yang tengah ia pegang lalu di kembalikannya lagi.
Bersambung